Sumber gambar: www.potret-news.com
Pasar saham 2015 ditutup kurang sumringah. IHSG tahun 2015 "hanya" mampu bertengger di angka (coming soon until 31 Desember 2015, prediksi saya IHSG hanya mampu maksimal di resisten 4.600). Hal ini mematahkan prediksi dari para analis yang menyatakan bahwa IHSG akan mencapai 5.300 - 6.000 pada tahun 2015. Tidak ada yang menduga, bahwa pasar saham 2015 ternyata mengalami gejolak yang luar biasa. Berikut adalah ulasan pasar saham 2015.
Pasar saham awal tahun 2015 dibuka sumringah, melanjutkan pola uptrend yang terjadi tahun 2014 sejak pemilu presiden. Kenaikan IHSG di awal tahun 2015 dikarenakan January Effect dan ini merupakan psikologi pasar yang selalu berulang. Baca postingan: Awal Tahun, Apakah Waktu yang Tepat untuk Membeli Saham?
Setidaknya sampai akhir April 2015, IHSG terus melanjutkan pola uptrend-nya. IHSG sempat menyentuh level tertingginya pada high 1 April 2015 di level 5.524,09. Angka tersebut merupakan level tertinggi sejak 10 tahun terakhir secara history. Walaupun demikian, uptrend IHSG sampai bulan April 2015 sesungguhnya BUKAN MERUPAKAN CERMINAN KINERJA FUNDAMENTAL INDONESIA. Uptrend IHSG yang melanjutkan 2014 sesungguhnya hanya karena euforia pasar sesaat karena pemilu atau dikenal dengan Jokowi Effect.
Program perbaikan infrastruktur dan perbaikan ekonomi Indonesia dari presiden Jokowi pada 2014 kemarin membuat pelaku pasar banyak menanamkan modalnya di pasar modal Indonesia. Hal ini membuat IHSG menjadi cerah. Program infrastruktur yang dicanangkan pemerintah Indonesia membuat saham2 di sektor properti, konstruksi (naik 52,64%), infrastruktur (naik 24,30%) mengalami kenaikan yang luar biasa. Ini yang turut menyumbang kenaikan IHSG.
Namun, IHSG mulai mengalami masa2 kejatuhan sejak 27 April 2015. IHSG turun dan ditutup di angka 5.224,02. Penurunan IHSG terus berlangsung sampai September 2015. Level support terendah dicapai pada 29 September 2015, IHSG ditutup ke level 4.178. Pelaku pasar panik dan menjual sahamnya. Perhatikan grafik IHSG dibawah.
Berikut penyebab penurunan IHSG yang terjadi selama 2015. Mari kita simak sambil ngopi.
Akhir april 2015, banyak emiten yang melaporkan kinerja kuartal I dengan rapor buruk. Sebagian besar emiten melaporkan penurunan laba bersih dan kerugian. Anjloknya rapor emiten dikarenakan penurunan laju pertumbuhan ekonomi kuartal I. Kuartal I 2015 ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,71%, sedangkan tahun 2014 kuartal I sebesar 5,14%. Prediksi pemerintah yang menaikkan pertumbuhan ekonomi kuartal I 2015 sebesar 5,5% meleset.
Dikutip dari Kompas (5 Mei 2015), penyebab penurunan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia dikeranakan produksi pangan menurun akibat mundurnya perioda tanam. Kedua, melambatnya distribusi perdagangan karena menurunnya pasokan barang impor (brang modal, bahan baku, barang konsumsi). Dari sisi produksi, program konstruksi yang tidak berjalan dengan semestinya seperti yang dicanangkan sebelumnya karena terlambatnya realisasi belanja infrastruktur. Penyebab lainnya adalah melambatnya ekspor jasa karena melambatnya pertumbuhan jumlah wisata mancanegara. Semua pengeluaran konsumsi rumah tangga dan pemerintah melambat turut membuat laju pertumbuhan ekonomi terhambat.
KUARTAL II 2015
Dikutip dari Kompas (5 Agustus 2015), kuartal II 2015 pertumbuhan ekonomi Indonesia turun menjadi hanya 4,67%. Efek dari penyebab penurunan laju ekonomi kuartal I masih berlanjut hingga kuartal II. Di satu sisi, adanya ketidakpastian kondisi pasar keuangan terkait ketidakpastian kenaikan suku bunga the FED jug menyebabkan melemahnya nilai tukar rupiah. Kuartal II dipenuhi ketidakpastian dari sentimen luar negeri, yaitu krisis utang Yunani. Yunani terancam gagal bayar pada 30 juni 2015, sehingga menyebabkan efek domino yang menyebabkan pasar saham Indonesia jatuh. Baca postingan: Efek Domino.
KUARTAL III 2015
Dikutip dari Kompas (25 September 2015), ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 4,9%, lebih baik dari kuartal I dan II, hal ini menyebabkan IHSG rebound. Penyebab meningkatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia, didukung dengan meningkatnya penjualan semen 14%, impor barang modal yang naik signifikan seperti impor baja yang naik 60% dan mulai meningkatnya belanja pemerintah.
KUARTAL IV 2015
Triwulan IV, pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu naik sampai 5,04%. Ternyata jauh lebih baik daripada yang diprediksi oleh para analis. IHSG pun melesat 1,5% lebih. Di satu sisi, sudah mulai terlihat juga optimisme pemerintah dalam merealisasikan infrastruktur mulai Maret 2016.
Penyebab2 utama lainnya anjloknya rapor IHSG secara tren tahun 2015:
Melemahnya nilai tukar rupiah. Nilai tukar Rupiah terus melemah terhadap Dollar AS sampai 14.000.
Inflasi. Inflasi naik hingga 7,26% dari sebelumnya di kisaran 5%.
Melemahnya Ekonomi China. ekonomi China melemah sebanyak 1% dapat berdampak pada perekonomian Indonesia. Proses produksi dan distribusi barang akan terhambat karena Indonesia banyak mengimpor barang2 dari china, seperti besi, baja, mesin pesawat dan lain-lain. Komodita utama perdagangan Indonesia seperti batu bara, minyak kelapa swit dan karet juga diekspor ke China.
Di akhir tahun ini, IHSG cukup fluktuatif cenderung menguat. Selain, pasar menyambut kenaikan suku bunga the FED yang dinilai dapat meningkatkan nilai ekspor ke Amerika, pasar juga sudah mengantisipasi kenaikan suku bunga The FED dengan kenaikan suku bunga acuan sebesar 0,25-0,50%. Akhir tahun juga ada aksi window dressing dan January effect, yang menyebabkan IHSG berpotensi mengalami penguatan. Baca postingan: Awal Tahun, Apakah Waktu yang Tepat untuk Membeli Saham?
Lalu, bagaimana prediksi IHSG di tahun 2016 ini? Baca postingan selanjutnya: Prediksi Pergerakan IHSG 2016.
Namun, IHSG mulai mengalami masa2 kejatuhan sejak 27 April 2015. IHSG turun dan ditutup di angka 5.224,02. Penurunan IHSG terus berlangsung sampai September 2015. Level support terendah dicapai pada 29 September 2015, IHSG ditutup ke level 4.178. Pelaku pasar panik dan menjual sahamnya. Perhatikan grafik IHSG dibawah.
Berikut penyebab penurunan IHSG yang terjadi selama 2015. Mari kita simak sambil ngopi.
KUARTAL I 2015
Akhir april 2015, banyak emiten yang melaporkan kinerja kuartal I dengan rapor buruk. Sebagian besar emiten melaporkan penurunan laba bersih dan kerugian. Anjloknya rapor emiten dikarenakan penurunan laju pertumbuhan ekonomi kuartal I. Kuartal I 2015 ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,71%, sedangkan tahun 2014 kuartal I sebesar 5,14%. Prediksi pemerintah yang menaikkan pertumbuhan ekonomi kuartal I 2015 sebesar 5,5% meleset.
Dikutip dari Kompas (5 Mei 2015), penyebab penurunan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia dikeranakan produksi pangan menurun akibat mundurnya perioda tanam. Kedua, melambatnya distribusi perdagangan karena menurunnya pasokan barang impor (brang modal, bahan baku, barang konsumsi). Dari sisi produksi, program konstruksi yang tidak berjalan dengan semestinya seperti yang dicanangkan sebelumnya karena terlambatnya realisasi belanja infrastruktur. Penyebab lainnya adalah melambatnya ekspor jasa karena melambatnya pertumbuhan jumlah wisata mancanegara. Semua pengeluaran konsumsi rumah tangga dan pemerintah melambat turut membuat laju pertumbuhan ekonomi terhambat.
KUARTAL II 2015
Dikutip dari Kompas (5 Agustus 2015), kuartal II 2015 pertumbuhan ekonomi Indonesia turun menjadi hanya 4,67%. Efek dari penyebab penurunan laju ekonomi kuartal I masih berlanjut hingga kuartal II. Di satu sisi, adanya ketidakpastian kondisi pasar keuangan terkait ketidakpastian kenaikan suku bunga the FED jug menyebabkan melemahnya nilai tukar rupiah. Kuartal II dipenuhi ketidakpastian dari sentimen luar negeri, yaitu krisis utang Yunani. Yunani terancam gagal bayar pada 30 juni 2015, sehingga menyebabkan efek domino yang menyebabkan pasar saham Indonesia jatuh. Baca postingan: Efek Domino.
KUARTAL III 2015
Dikutip dari Kompas (25 September 2015), ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 4,9%, lebih baik dari kuartal I dan II, hal ini menyebabkan IHSG rebound. Penyebab meningkatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia, didukung dengan meningkatnya penjualan semen 14%, impor barang modal yang naik signifikan seperti impor baja yang naik 60% dan mulai meningkatnya belanja pemerintah.
KUARTAL IV 2015
Triwulan IV, pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu naik sampai 5,04%. Ternyata jauh lebih baik daripada yang diprediksi oleh para analis. IHSG pun melesat 1,5% lebih. Di satu sisi, sudah mulai terlihat juga optimisme pemerintah dalam merealisasikan infrastruktur mulai Maret 2016.
Penyebab2 utama lainnya anjloknya rapor IHSG secara tren tahun 2015:
Melemahnya nilai tukar rupiah. Nilai tukar Rupiah terus melemah terhadap Dollar AS sampai 14.000.
Inflasi. Inflasi naik hingga 7,26% dari sebelumnya di kisaran 5%.
Melemahnya Ekonomi China. ekonomi China melemah sebanyak 1% dapat berdampak pada perekonomian Indonesia. Proses produksi dan distribusi barang akan terhambat karena Indonesia banyak mengimpor barang2 dari china, seperti besi, baja, mesin pesawat dan lain-lain. Komodita utama perdagangan Indonesia seperti batu bara, minyak kelapa swit dan karet juga diekspor ke China.
Di akhir tahun ini, IHSG cukup fluktuatif cenderung menguat. Selain, pasar menyambut kenaikan suku bunga the FED yang dinilai dapat meningkatkan nilai ekspor ke Amerika, pasar juga sudah mengantisipasi kenaikan suku bunga The FED dengan kenaikan suku bunga acuan sebesar 0,25-0,50%. Akhir tahun juga ada aksi window dressing dan January effect, yang menyebabkan IHSG berpotensi mengalami penguatan. Baca postingan: Awal Tahun, Apakah Waktu yang Tepat untuk Membeli Saham?
Lalu, bagaimana prediksi IHSG di tahun 2016 ini? Baca postingan selanjutnya: Prediksi Pergerakan IHSG 2016.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.