[Bagi Anda yang ingin mendapatkan ebook pasar modal, strategi trading dan belajar saham terbaru, + free software saham dan konsultasi, Anda bisa mendapatkannya disini: Buku Saham.]
Harga saham yang "murah" dengan fluktuatif yang luar biasa memang enak dibeli. Selain itu, Anda bisa dapat cuan hanya dalam hitungan menit. Kalau dalam istilah trader itu disebut dengan scalping trader. Nah, sekarang saya tanya pada Anda yang suka trading di saham yang harganya "murah":
Harga saham yang "murah" dengan fluktuatif yang luar biasa memang enak dibeli. Selain itu, Anda bisa dapat cuan hanya dalam hitungan menit. Kalau dalam istilah trader itu disebut dengan scalping trader. Nah, sekarang saya tanya pada Anda yang suka trading di saham yang harganya "murah":
"Kalau Anda beli ternyata, saham Anda nyantol (nggak bisa jual lagi karena harga turun terus), lalu kemudian harganya jadi Rp50 apa yang Anda lakukan?"
Barangkali Anda akan menjawab kembali: "Tahan saja, kita doakan aja biar harganya kembali."
Itu kalau kembali, kalau nggak kembali? Nah, oleh karena itu saya ingin sharing sedikit supaya Anda tidak gampang terjebak dengan harga saham yang "murah". Trader biasanya suka membeli saham yang harganya turun terus. Di buku (ebook) saya, saya juga menjelaskan strategi bagaimana cara membeli saham downtrend. Klik disini: Buku Pasar Modal. Akan tetapi, tidak semua saham downtrend itu bagus. Ada harga saham dimana pelaku pasar siap untuk menjatuhkannya ke harga Rp50 dan kemungkinan akan sulit bangkit lagi.
Harga saham yang akan dibanting ke Rp50 selain trennya turun, harga sahamnya nyaris nggak pernah rebound. Kalau harga saham downtrend, tapi masih dipertahankan, minimal harga saham tersebut masih membentuk sideways. Kenapa kok membentuk sideways?
"Jadi, apakah kalau harga sahamnya turun tapi masih ada tren sidewaysnya artinya harga saham nggak mungkin jatuh ke Rp50?"
Belum tentu. Mari kita bahas perlahan.
Saya masih ingat benar waktu saham2 ini pergerakannya downtrend, jadi saham gorengan tapi justru sangat disukai oleh trader karena fluktuatifnya cukup tinggi: BUMI, ENRG, TRAM, IATA, BIPI. Saya juga sempat beli dan cuan dari BUMI saat BUMI masih membentuk downtrend tapi masih ada kecenderungan sideways. Harga sahamnya awal 2015 masih bisa dianalisis secara teknikal. Nah sekarang perhatikan grafik saham2 tersebut dibawah. Bagaimana pergerakannya menurut Anda? Esktrem bukan?
Saham2 tersebut ketika mulai menuju Rp50 harga sahamnya "nggak pernah" menunjukkan uptrend.. Artinya, harga sahamnya jatuh terus kalaupun naik, naiknya cuma sedikit (nggak terasa). Kalau Anda perhatikan beberapa grafik diatas, nggak lama kemudian harga sahamnya jatuh ke Rp50 dan akhirnya menjadi saham tidur. Tentu sangat sedih kalau masih menyimpan saham tidur dan nggak bisa jual lagi. Nah, lihatlah pergerakannya. Ciri2 harga saham yang akan dibanting ke harga Rp50 adalah:
- Secara tren, harga sahamnya turun tajam sampai dibawah 200-300, tapi harganya masih terus turun.
- Ditengah-tengah penurunan, harga sahamnya mulai tidak likuid (naik drastis, tiba2 turun drastis).
- Emiten terus menerus ditempa berita buruk dan tak kunjung selesai. Contoh: Berita buruk tentang utang BUMI (Bakrie Group) dan TRAM (kebakaran kapal hingga memburuknya laporan keuangan emiten).
Yang jadi pertanyaan, walaupun harga saham turun terus, apakah berarti sahamnya sama sekali nggak layak dikoleksi? Belum tentu. Saya bahas intinya. Jika ingin membeli saham "murah", maka minimal saham tersebut harus membentuk sideways di sekitar tren turun tersebut.. Baca postingan: Saham Murah Belum Tentu Layak Dikoleksi . Lihat Kasus 1: Saham Murah dan Layak Dibeli. Postingan ini juga sekaligus menjawab keraguan: Apakah kalau harga sahamnya turun tapi masih ada tren sidewaysnya artinya harga saham nggak mungkin jatuh ke Rp50?"
Temukan juga strategi membeli saham donwtrend: Membeli saham downtrend. Beranikah Anda? Disertai bukti2 lanjutan tentang pola2 saham downtrend yang akan bullish. Temukan di buku saya. Klik disini: Buku Pasar Modal.
"Pak, bagaimana jika harga saham sudah menuju Rp50. Mungkin nggak diangkat lagi?"
Bisa saja. Contohnya adalah BKSL dan TAXI. Mari lihat pergerakannya.
Kalau Anda perhatikan saham TAXI dan BKSL, Anda lihat trennya Anda pasti berpikir: "Ini harga sahamnya bakal ke Rp50" . Tapi kalau Anda perhatikan baik2 lagi, setelah harga hampir ke Rp50, ternyata harganya diangkat lagi. Itu artinya harga saham yang sudah menuju Rp50, masih ada potensi untuk diangkat. Asalkan belum jadi saham tidur. Kalau sudah jadi saham tidur agak lama selama beberapa bulan, biasanya harga sahamnya akan susah untuk diangkat kembali.
Tapi perlu Anda ingat, bahwa harga saham yang sudah benar2 jatuh biasanya sulit kembali ke harga semula apalagi sampai breakout. Kenaikannya pun tidak signifikan dan kemudian harga keesokan harinya bisa langsung turun sampai 5% lebih. Bahkan saham tidur, bisa tiba2 diangkat, tapi kemudian harga sahamnya akan kembali lagi ke Rp50.. Contohnya adalah BUMI... Lihat grafik BUMI diatas. So, hindari saja saham2 yang akan bergerak menuju Rp50. Jangan sampai saham Anda nyangkut kemudian Anda nggak bisa jual karena harganya terlanjur turun terlalu banyak dan akhirnya jadi saham tidur.
"Jadi, apakah kalau harga sahamnya turun tapi masih ada tren sidewaysnya artinya harga saham nggak mungkin jatuh ke Rp50?"
Belum tentu. Mari kita bahas perlahan.
Saya masih ingat benar waktu saham2 ini pergerakannya downtrend, jadi saham gorengan tapi justru sangat disukai oleh trader karena fluktuatifnya cukup tinggi: BUMI, ENRG, TRAM, IATA, BIPI. Saya juga sempat beli dan cuan dari BUMI saat BUMI masih membentuk downtrend tapi masih ada kecenderungan sideways. Harga sahamnya awal 2015 masih bisa dianalisis secara teknikal. Nah sekarang perhatikan grafik saham2 tersebut dibawah. Bagaimana pergerakannya menurut Anda? Esktrem bukan?
Saham2 tersebut ketika mulai menuju Rp50 harga sahamnya "nggak pernah" menunjukkan uptrend.. Artinya, harga sahamnya jatuh terus kalaupun naik, naiknya cuma sedikit (nggak terasa). Kalau Anda perhatikan beberapa grafik diatas, nggak lama kemudian harga sahamnya jatuh ke Rp50 dan akhirnya menjadi saham tidur. Tentu sangat sedih kalau masih menyimpan saham tidur dan nggak bisa jual lagi. Nah, lihatlah pergerakannya. Ciri2 harga saham yang akan dibanting ke harga Rp50 adalah:
- Secara tren, harga sahamnya turun tajam sampai dibawah 200-300, tapi harganya masih terus turun.
- Ditengah-tengah penurunan, harga sahamnya mulai tidak likuid (naik drastis, tiba2 turun drastis).
- Emiten terus menerus ditempa berita buruk dan tak kunjung selesai. Contoh: Berita buruk tentang utang BUMI (Bakrie Group) dan TRAM (kebakaran kapal hingga memburuknya laporan keuangan emiten).
Yang jadi pertanyaan, walaupun harga saham turun terus, apakah berarti sahamnya sama sekali nggak layak dikoleksi? Belum tentu. Saya bahas intinya. Jika ingin membeli saham "murah", maka minimal saham tersebut harus membentuk sideways di sekitar tren turun tersebut.. Baca postingan: Saham Murah Belum Tentu Layak Dikoleksi . Lihat Kasus 1: Saham Murah dan Layak Dibeli. Postingan ini juga sekaligus menjawab keraguan: Apakah kalau harga sahamnya turun tapi masih ada tren sidewaysnya artinya harga saham nggak mungkin jatuh ke Rp50?"
Temukan juga strategi membeli saham donwtrend: Membeli saham downtrend. Beranikah Anda? Disertai bukti2 lanjutan tentang pola2 saham downtrend yang akan bullish. Temukan di buku saya. Klik disini: Buku Pasar Modal.
"Pak, bagaimana jika harga saham sudah menuju Rp50. Mungkin nggak diangkat lagi?"
Bisa saja. Contohnya adalah BKSL dan TAXI. Mari lihat pergerakannya.
Tapi perlu Anda ingat, bahwa harga saham yang sudah benar2 jatuh biasanya sulit kembali ke harga semula apalagi sampai breakout. Kenaikannya pun tidak signifikan dan kemudian harga keesokan harinya bisa langsung turun sampai 5% lebih. Bahkan saham tidur, bisa tiba2 diangkat, tapi kemudian harga sahamnya akan kembali lagi ke Rp50.. Contohnya adalah BUMI... Lihat grafik BUMI diatas. So, hindari saja saham2 yang akan bergerak menuju Rp50. Jangan sampai saham Anda nyangkut kemudian Anda nggak bisa jual karena harganya terlanjur turun terlalu banyak dan akhirnya jadi saham tidur.
wow keren deh ..
ReplyDeletejangan lupa mampir di blog ane http://jhangsoen.com
Terima kasih kunjungannya Jhangsoen
DeleteHalo, gimana dengan nasib MDRN? sudah mendekati 100 nih.
ReplyDeletesaya agak pesimis dengan MDRN kalau dilihat dari tren. Saham ini dari grafik, turun perlahan tapi pasti... Dan, MDRN diperdagangkan denga volume kecil..
DeleteSaran saya: jangan masuk di saham ini... Karena volume kecil, saham ini rentang digoreng bandar.. Saham ini pernah stock split tahun 2012. Tapi entah mengapa trennya turun terus sampai sekarang..