Melakukan tindakan averaging up dan averaging down ketika membeli saham biasanya dipengaruhi oleh psikologis trading seseorang. Kedua tindakan tersebut, sangat mencerminkan kondisi perasaan seorang trader saat melakukan averaging up maupun averaging down. Kalau Anda belum memahami istilah averaging up dan averaging down, silahkan baca pos: Averaging Down dan Averaging Up Saham.
Tanya Anda: "Apa maksudnya psikologis?"
Saya mulai satu-persatu. Saya mulai dengan averaging down terlebih dahulu. Seperti di pos yang saya jelaskan, averaging down berarti membeli saham (lagi) pada harga yang lebih rendah karena memang saham yang Anda miliki harganya sedang turun.
Kelebihan averaging down adalah anda bisa mendapatkan saham di harga rata-rata (average) yang lebih murah, sehingga anda lebih mudah untuk menjual saham. Katakanlah anda beli saham di harga 1.000. Lalu ketika saham turun, anda beli lagi, sehingga harga rata-rata anda menjadi 990.
Dengan average price yang lebih murah, anda tidak butuh harga terlalu tinggi untuk take profit, sehingga averaging down setidaknya bisa meminimalkan risiko saham nyangkut di harga puncak.
Namun tidak semua averaging down adalah strategi yang bagus untuk diterapkan. Averaging down juga bisa berisiko untuk trader. Lho, kok bisa?
Namun tidak semua averaging down adalah strategi yang bagus untuk diterapkan. Averaging down juga bisa berisiko untuk trader. Lho, kok bisa?
Membeli saham dengan terus melakukan averaging down terkadang ibarat seperti 'menangkap pisau jatuh'. Yang jadi permasalahan: Anda tidak tahu kapan harga akan balik naik ke harga semula.
Ketika Anda melakukan averaging down, dan ternyata harganya nggak balik naik, maka kepemilikan Anda semakin bertambah dan Anda tidak bisa menjual alias 'nyantol'.
Perlu diingat juga, bahwa modal trading yang anda punya juga terbatas. Anda tidak mungkin bisa terus melakukan averaging down saat saham-saham yang anda pegang harganya turun. Ada suatu titik di mana modal anda akan habis kalau anda averaging terus.
Sebagai contoh konkrtit, banyak trader yang membeli saham BUMI dengan harga Rp8.000 per lembar ketika BUMI masih blue chip tahun 2008, dan ketika BUMI turun sampai Rp7.800, trader beli lagi sahamnya di harga Rp7.700. Dan seterusnya...
Ternyata sahamnya turun terus sampai hari ini mendekati gocap. Sehingga, inilah risiko melakukan averaging down: "Menangkap pisau jatuh".
"Pak Heze, berarti averaging down itu tidak disarankan ya? Apakah averaging dowon benar2 tidak boleh dilakukan?" Tanya anda
Wait, jangan salah anggapan dulu kalau averaging down itu jelek. Faktanya, averaging down juga ada kelebihannya.
Seperti yang saya tulis di beberapa paragraf awal, saya mengatakan bahwa dengan averaging down buruk, anda punya kesempatan untuk dapat harga rata-rata yang lebih murah, namun jika anda sering melakukan averaging down, strategi ini kurang tepat sasaran.
Averaging down saya sarankan untuk anda lakukan hanya bila anda memiliki DASAR YANG KUAT untuk MELAKUKAN AVERARING DOWN. Jika anda melakukan averaging down ketika anda sedang panik, sedang tidak tenang harga turun, ini artinya anda sudah membuat jebakan untuk diri anda sendiri.
Contoh averaging down yang dilakukan atas dasar yang kuat yaitu seperti seorang investor, Lo Kheng Hong yang pernah averaging down di saham PTRO. Anda bisa baca-baca ulasan saya disini: Lo Kheng Hong dan Cara Profit dari Saham PTRO - Part I dan Lo Kheng Hong dan Cara Profit dari Saham PTRO - Part II.
Jadi kalau dasar anda melakukan averaging down sangat kuat, misalnya anda yakin prospek perusahaan akan semakin bagus di masa mendatang dan anda ingin investasi jangka panjang, maka anda bisa melakukannya.
Averaging down lebih saya sarankan untuk anda yang memang sudah banyak mengerti dan praktik trading / investasi, sehingga dengan jam terbang yang lebih, anda akan lebih mampu mengelola emosi trading.
Sebagai tambahan, anda bisa baca pos tentang beberapa strategi averaging down yang benar, untuk menghindari saham nyangkut: Strategi Averaging Down Saham yang Benar.
Bagaimana dengan averaging up sendiri?
Averaging up adalah menambah porsi saham ketika harganya naik, sehingga harga beli rata -rata anda otomatis akan lebih tinggi. Kelebihan averaging up adalah: Anda membeli saham ketika harganya naik.
Averaging up adalah menambah porsi saham ketika harganya naik, sehingga harga beli rata -rata anda otomatis akan lebih tinggi. Kelebihan averaging up adalah: Anda membeli saham ketika harganya naik.
Saham-saham yang mampu memberikan profit adalah saham2 yang harganya bullish. Sehingga ketika anda berhasil averaging up, itu artinya saham yang anda beli terbukti naik / bullish.
Teknik averaging up juga bagus diterapkan untuk trader jangka menengah atau investor jangka panjang, karena averaging up menunjukkan bahwa saham-saham anda memang sedang naik. Investor bisa menambah porsi saham, dengan menunggu konfirmasi tren harga saham naik.
Namun averaging up juga ada kekurangannya. Averaging up yang dilakukan terlalu sering, membuat harga beli rata-rata anda menjadi tinggi. Otomatis anda butuh harga yang lebih tinggi juga untuk take profit.
Risiko averaging up, kalau harga rata2 anda jadi tinggi dan tiba-tiba harga saham turun, maka saham anda yang semula sudah untung bisa berbalik floating loss. Tapi kalau anda dapat di harga bawah dan tidak averaging up, mungkin saja saham anda masih bisa profit ketika turun karena masih diatas harga beli.
Oleh karena itu, menjalankan strategi averaging up juga harus dilakukan dengan strategi yang benar. Anda bisa pelajari beberapa cara dan teknik melakukan averaging up saham disini: Strategi Averaging Up Saham dan Teknik Tepat Melakukan Averaging Up.
Informasi yang jarang didapat dari blog lain gan.... :-D
ReplyDeleteTrims Bung Wahyu
DeleteBung Heze, bagaimana jika kita average down saham yang kita yakini suatu saat (entah itu cepat atau lambat) saham tersebut pasti akan naik lagi. Misalnya nih dalam kasus WSBP, banyak retail yang nyangkut di saham ini semenjak IPO (termasuk saya), sehingga melakukan average down pada saham ini, karena memiliki keyakinan perusahaan akan menghasilkan kinerja yang baik di masa yang akan datang. Apakah hal tersbeut dibenarkan atau bagaimana Pak ? terima kasih.
ReplyDeleteAveraging down secara umum tidak disarankan untuk trader..
DeleteTapi dalam sedikit kasus kalau anda benar2 memiliki keyakinan akan fundamental perusahaan, anda bisa melakukan averaging down...
Sebagai contoh Lo Kheng Hong melakukan averaging down pada saham PTRO beberapa kali ketika harganya turun. Karena sejatinya saham PTRO Lo Kheng Hong ketika dibeli di kisaran tahun 2013-2014 sekitar harga 1.100-an, harganya dalam beberapa tahun turun ke 300.
karena beliau punya keyakinan fundamental, beliau melakukan av. down.
Tapi sekali lagi saya tekankan bahwa averaging down umumnya memang tidak saya sarankan, dan jangan sampai tindakan ini menjadi kebiasaan. Lakukan averaging down kalau anda benar2 yakin..
Lo Kheng Hong melakukan averaging down selain karena yakin dengan fundamental PTRO, Lo Kheng Hong memiliki dana super besar, sehingga bisa menambah jumlah saham sebanyak mungkin saat harganya turun berapapun..
Nah, kalau anda mau averaging down perhatikan juga modal anda. Jangan sampai bablas melakukan averaging down dengan modal terbatas hanya karena ingin mendapat saham di harga rendah
Terima kasih atas jawabannya Pak. Setelah membaca penjelasan Pak Heze di atas, saya semakin paham pentingnya cut loss, namun demikian dalam prakteknya ternyata suangat sulit sekali untuk dilakukan apalagi saat ini porto saya di WSBP sekitar 30% dari keseluruhan modal. Sebagai pemula yang baru belajar untuk mencari jati diri sebagai trader atau investor, maka saya pada saat ini mencoba untuk bermain dengan time frame yang agak panjang untuk WSBP (2-3 tahun), dan mencoba untuk bermain dengan time frame yang lebih pendek untuk saham lainnya.
ReplyDeleteSekali lagi terima kasih Pak Heze atas jawabannya yang mencerahkan.
Apa beda avg down dengan beli saham ketika anjlok
ReplyDeleteaveraging down = membeli saham beberapa kali di level harga yang lebih rendah..
DeleteMisalnya: 10 Januari anda membeli ANTM di harga 600. 13 Januari beli lagi di 550. 16 Januari beli lagi di 400.
Beli saham ketika harga anjlok artinya membeli saham di harga bottom (harga supportnya), di mana saham tersebut ada potensi untuk rebound..
Beli saham saat harganya anjlok lebih mengarah pada strategi wait and see trader untuk menunggu saham turun di harga support (tidak membeli beberapa kali), sedangkan averaging down biasanya dilakukan trader untuk menambah porsi kepemilikan dengan cara beli beberapa kali