Di pasar modal Anda pasti sering mendengar istilah saham gorengan. Saya rasa semua orang bisa mendefinisikan saham gorengan. Ya, saham gorengan adalah saham yang pergerakannya tidak likuid dan mudah dipermainkan oleh bandar saham. Kalau boleh saya katakan, saham gorengan ini banyaknya malah di Indonesia.
Lha, kenapa begitu? Tanya Anda.
Sebenarnya ada kaitannya dengan Hipotesis Pasar Efisien. Namun, saya tidak akan membahas lebih banyak tentang topik tersebut (suatu saat akan saya bahas di pos tersendiri). Berhubung di Indonesia ini banyak saham2 gorengan, maka yang perlu Anda ketahui adalah bagaimana mengenali ciri2 saham gorengan. Oke, here we go.
Pertama. Saham gorengan tidak likuid. Tidak likuid artinya kapitalisasi pasarnya* kecil, tidak banyak terjadi aktivitas jual-beli pada saham tersebut. Bisa dikatakan juga, antrian bid-offernya hanya sedikit. Saham2 yang tidak likuid akan lebih mudah dipermainkan oleh bandar, dibandingkan saham2 likuid dengan kapitaliasasi pasar besar dan jumlah antrian bid-offer yang sangat banyak.
* Kapitalisasi pasar adalah jumlah saham beredar x harga saham perusahaan.
Kedua. Pola grafiknya sangat tidak beraturan. Volume tidak stabil, seringkali grafik terbentuk dengan volume kecil, tiba2 volume jadi sangat besar tanpa penyebab yang jelas. Harga saham nggak bergerak, pada saat2 tertentu saham naik kencang, lalu turun drastis dengan sangat cepat.
Anda ingin lihat contoh pola grafik saham gorengan? Berikut adalah contohnya, saham berkode PRAS.
Tampak jelas sekali, inilah contoh grafik saham gorengan. Volume sangat tidak stabil. Seringkali volume tidak muncul, tiba2 muncul dengan volume besar. Saham sering tidak di-tradingkan (lihat tanda persegi). Kemudian sesekali harga saham naik dan turun begitu drastisnya dengan volume besar (lihat tanda panah). Saham2 dengan grafik seperti ini tidak dapat dianalisis dengan analisis teknikal.
Ketiga. Harga saham cenderung relatif rendah, biasanya dibawah 1.000. Mengapa relatif rendah? Karena semakin kecil harga saham, semakin kecil pula dana yang Anda butuhkan untuk membeli saham. Kemungkinan besar, dan seringkali terbukti saham2 yang digoreng oleh bandar justru adalah saham2 yang harganya rendah, bahkan saham gocap akan kerap mudah menjadi incaran bandar.
Masih ingat ketika saham BUMI yang sudah menjadi gocap kemudian digoreng kembali? Tepatnya pada tanggal 9 Juni 2016, saham BUMI masih tidur nyenyak, pada harga Rp50, tetapi tiba2 saja volume membesar. Dan benar saja, keesokan harinya saham BUMI tiba2 bergerak naik sampai kena auto reject kanan. Keesokan harinya lagi, kena AR kanan sampai ke harga 90. Cepat sekali bukan?
Tiba2 dalam beberapa hari harganya langsung turun drastis, dan sampai saat pos ini ditulis harganya kembali ke 68. Anda bisa lihat grafiknya dibawah. Jelas sekali inilah contoh saham gorengan - Saham BUMI.
Catatan: Harga saham cenderung rendah tidak selalu saham gorengan. Harga saham yang agak tinggi, bisa juga adalah saham gorengan. Namun, secara umum saham gorengan adalah saham2 yang harganya rendah / murah.
Mengapa saham2 murah (yang tidak likuid) banyak yang digoreng? Dari sisi psikologis, orang akan lebih "senang" melihat saham murah ketimbang mahal, karena lebih mudah untuk membeli sahamnya. Investor ritel di pasar modal dengan modal terbatas sangat buannyakk.. Sehingga, dengan harga saham relatif rendah, bandar lebih mudah mengajak Anda para investor ritel dengan dana kecil agar ikut2an masuk di saham sudah direncanakan bandar, dan ujung2nya jadilah nyangkuters..
Keempat. Kebanyakan emiten bermasalah. Emiten mengalami masalah utang, track record direksi yang buruk, kebakaran pabrik dan lain-lain. Emiten yang bermasalah biasanya harga sahamnya cenderung turun drastis. Ketika terjadi penurunan harga saham, bandar bisa menaikkan harga saham secara tidak wajar sewaktu-waktu. Meskipun demikian, perlu Anda ketahui bahwa tidak semua saham gorengan adalah emiten2 yang memiliki masalah internal.
Contohnya, BUMI. Contoh lainnya adalah SIAP, TRAM.
Kelima. Naik turunnya harga saham tidak pasti. Seperti yang saya paparkan di poin kedua, harga saham gorengan tidak menentu, dan tidak dapat dideteksi oleh analisis teknikal.
SAHAM GORENGAN ATAU BUKAN????????
Di Facebook Belajar Saham, seringkali saya sering menerima pertanyaan dari rekan2: "Pak, ada rekomendasi saham gorengan nggak?" "Pak, saham gorengan itu apa aja?"
Nah, kalau Anda ingin tahu daftar saham gorengan yang ada di pasar saham Indonesia, maka saya nggak akan memberikan daftarnya.
"Lho, kenapa? Kok pelit banget" Protes Anda.
Menentukan saham gorengan atau bukan adalah penilaian yang agak SUBJEKTIF. Apa artinya? Artinya setiap orang, setiap broker, setiap dari Anda, bisa saja memiliki interpretasi yang berbeda-beda untuk menentukan apakah saham A, saham B, saham C termasuk dalam jenis saham gorengan atau bukan. Tidak percaya? Saya beri contoh.
Saham Sri Isman Rejeki (SRIL) adalah saham LQ45 selama beberapa perioda - saat pos ini ditulis SRIL masih masuk anggota LQ45. Tetapi, banyak trader yang menyebut SRIL adalah saham gorengan. Harga saham SRIL selalu sideways. Tiba2 dengan volume besar SRIL naik kencang, hanya satu-dua hari, lalu turun lagi dengan cepat... Berarti SRIL juga saham gorengan? Dipikir-pikir, iya juga sih....
Tapi kalau dibilang gorengan kok masuk LQ45? Nah inilah, subjektifitas penilaian setiap orang terhadap saham gorengan bisa saja berbeda. Itulah mengapa saya tidak pernah memberikan daftar saham gorengan, bahkan memberikan rekomendasi saham gorengan. Toh, saya juga nggak punya teman bandar.
Bagaimana, Anda sudah paham tentang saham gorengan?
Lha, kenapa begitu? Tanya Anda.
Sebenarnya ada kaitannya dengan Hipotesis Pasar Efisien. Namun, saya tidak akan membahas lebih banyak tentang topik tersebut (suatu saat akan saya bahas di pos tersendiri). Berhubung di Indonesia ini banyak saham2 gorengan, maka yang perlu Anda ketahui adalah bagaimana mengenali ciri2 saham gorengan. Oke, here we go.
Pertama. Saham gorengan tidak likuid. Tidak likuid artinya kapitalisasi pasarnya* kecil, tidak banyak terjadi aktivitas jual-beli pada saham tersebut. Bisa dikatakan juga, antrian bid-offernya hanya sedikit. Saham2 yang tidak likuid akan lebih mudah dipermainkan oleh bandar, dibandingkan saham2 likuid dengan kapitaliasasi pasar besar dan jumlah antrian bid-offer yang sangat banyak.
* Kapitalisasi pasar adalah jumlah saham beredar x harga saham perusahaan.
Kedua. Pola grafiknya sangat tidak beraturan. Volume tidak stabil, seringkali grafik terbentuk dengan volume kecil, tiba2 volume jadi sangat besar tanpa penyebab yang jelas. Harga saham nggak bergerak, pada saat2 tertentu saham naik kencang, lalu turun drastis dengan sangat cepat.
Anda ingin lihat contoh pola grafik saham gorengan? Berikut adalah contohnya, saham berkode PRAS.
Tampak jelas sekali, inilah contoh grafik saham gorengan. Volume sangat tidak stabil. Seringkali volume tidak muncul, tiba2 muncul dengan volume besar. Saham sering tidak di-tradingkan (lihat tanda persegi). Kemudian sesekali harga saham naik dan turun begitu drastisnya dengan volume besar (lihat tanda panah). Saham2 dengan grafik seperti ini tidak dapat dianalisis dengan analisis teknikal.
Ketiga. Harga saham cenderung relatif rendah, biasanya dibawah 1.000. Mengapa relatif rendah? Karena semakin kecil harga saham, semakin kecil pula dana yang Anda butuhkan untuk membeli saham. Kemungkinan besar, dan seringkali terbukti saham2 yang digoreng oleh bandar justru adalah saham2 yang harganya rendah, bahkan saham gocap akan kerap mudah menjadi incaran bandar.
Masih ingat ketika saham BUMI yang sudah menjadi gocap kemudian digoreng kembali? Tepatnya pada tanggal 9 Juni 2016, saham BUMI masih tidur nyenyak, pada harga Rp50, tetapi tiba2 saja volume membesar. Dan benar saja, keesokan harinya saham BUMI tiba2 bergerak naik sampai kena auto reject kanan. Keesokan harinya lagi, kena AR kanan sampai ke harga 90. Cepat sekali bukan?
Tiba2 dalam beberapa hari harganya langsung turun drastis, dan sampai saat pos ini ditulis harganya kembali ke 68. Anda bisa lihat grafiknya dibawah. Jelas sekali inilah contoh saham gorengan - Saham BUMI.
Catatan: Harga saham cenderung rendah tidak selalu saham gorengan. Harga saham yang agak tinggi, bisa juga adalah saham gorengan. Namun, secara umum saham gorengan adalah saham2 yang harganya rendah / murah.
Mengapa saham2 murah (yang tidak likuid) banyak yang digoreng? Dari sisi psikologis, orang akan lebih "senang" melihat saham murah ketimbang mahal, karena lebih mudah untuk membeli sahamnya. Investor ritel di pasar modal dengan modal terbatas sangat buannyakk.. Sehingga, dengan harga saham relatif rendah, bandar lebih mudah mengajak Anda para investor ritel dengan dana kecil agar ikut2an masuk di saham sudah direncanakan bandar, dan ujung2nya jadilah nyangkuters..
Keempat. Kebanyakan emiten bermasalah. Emiten mengalami masalah utang, track record direksi yang buruk, kebakaran pabrik dan lain-lain. Emiten yang bermasalah biasanya harga sahamnya cenderung turun drastis. Ketika terjadi penurunan harga saham, bandar bisa menaikkan harga saham secara tidak wajar sewaktu-waktu. Meskipun demikian, perlu Anda ketahui bahwa tidak semua saham gorengan adalah emiten2 yang memiliki masalah internal.
Contohnya, BUMI. Contoh lainnya adalah SIAP, TRAM.
Kelima. Naik turunnya harga saham tidak pasti. Seperti yang saya paparkan di poin kedua, harga saham gorengan tidak menentu, dan tidak dapat dideteksi oleh analisis teknikal.
SAHAM GORENGAN ATAU BUKAN????????
Di Facebook Belajar Saham, seringkali saya sering menerima pertanyaan dari rekan2: "Pak, ada rekomendasi saham gorengan nggak?" "Pak, saham gorengan itu apa aja?"
Nah, kalau Anda ingin tahu daftar saham gorengan yang ada di pasar saham Indonesia, maka saya nggak akan memberikan daftarnya.
"Lho, kenapa? Kok pelit banget" Protes Anda.
Menentukan saham gorengan atau bukan adalah penilaian yang agak SUBJEKTIF. Apa artinya? Artinya setiap orang, setiap broker, setiap dari Anda, bisa saja memiliki interpretasi yang berbeda-beda untuk menentukan apakah saham A, saham B, saham C termasuk dalam jenis saham gorengan atau bukan. Tidak percaya? Saya beri contoh.
Saham Sri Isman Rejeki (SRIL) adalah saham LQ45 selama beberapa perioda - saat pos ini ditulis SRIL masih masuk anggota LQ45. Tetapi, banyak trader yang menyebut SRIL adalah saham gorengan. Harga saham SRIL selalu sideways. Tiba2 dengan volume besar SRIL naik kencang, hanya satu-dua hari, lalu turun lagi dengan cepat... Berarti SRIL juga saham gorengan? Dipikir-pikir, iya juga sih....
Tapi kalau dibilang gorengan kok masuk LQ45? Nah inilah, subjektifitas penilaian setiap orang terhadap saham gorengan bisa saja berbeda. Itulah mengapa saya tidak pernah memberikan daftar saham gorengan, bahkan memberikan rekomendasi saham gorengan. Toh, saya juga nggak punya teman bandar.
Bagaimana, Anda sudah paham tentang saham gorengan?
Pak... yang disebut BANDAR itu siapa sih... kok sepertinya powerful... pinter banget... gak pernah rugi..
ReplyDeleteBandar atau market maker adalah sekelompok orang atau insitusi yang memiliki "kendali" terhadap saham, karena mereka memiliki modal yang sangat besar. Dengan modal yang besar inilah, mereka bisa menaikturunkan harga saham (Bandar biasanya bekerja secara berkelompok, karena dengan berkelompok modal dan kemampuan mereka semakin kuat).
DeleteSemua saham seharusnya ada bandarnya atau market maker. Itulah yang menyebabkan harga saham menjadi lincah. Hanya saja, kemampuan / kekuasaan bandar menggoreng terhadap saham2 yang likuid tidak akan sekuat kalau menggoreng saham2 tidak likuid.
Bandar powerful?
Anda benar. Bandar sangat powerfull karena mereka punya modal yang super besar. Investor ritel seperti kebanyakan orang (Anda dan saya juga termasuk), rasa2nya nggak mungkin mengalahkan bandar, karena investor ritel modalnya nggak seberapa...
Siapa bilang bandar nggak pernah rugi? (nyangkut)
Haloo min, salam kenal bagus juga penjelasan anda ttg saham. Bolehkah saya minta kontak anda? Terima kasih
ReplyDeleteDear Grady Julio,
Deletejika anda ingin kontak saya, saya hanya menggunakan email dan facebook:
Email: suksesbelajarsaham@gmail.com
Facebook: http://www.facebook.com/profile.php?id=100009846129455