Sudah sejak dahuluuuu sekali, saham2 yang harganya cenderung rendah, kurang likuid, akan tetapi naik turunnya cepat sekali (Baca: Saham gorengan), justru selalu menjadi daya tarik pelaku pasar. Saya juga enggak tahu kenapa. Bukannya saham2 seperti itu justru potensi risikonya sangat tinggi? Disamping itu, fundamental saham2 gorengan Anda nggak usah tanya, sudah pasti kinerjanya buruk. Baca juga: Kenali Saham Gorengan di Indonesia.
Belakangan ini, saya mengamati beberapa saham gorengan, seperti DSFI, CNKO, BEKS, TAXI, CPRO dan masih banyak lainnya yang kerap menjadi daya tarik. Saat saham2 ini naik kencang, banyak sekali diburu oleh para trader yang sukanya ikut2-an. Bukannya hal ini semakin berisiko? Tapi kalau dipikir-pikir lagi, beli saham gorengan itu menarik juga lho. Pernah suatu hari saat market masih awal buka jam 9, saya melihat saham CNKO, harga best offernya 90.
Setengah jam kemudian, tiba2 harga best bid melonjak menjadi 98. Kemudian saya mulai berhitung dan berangan-angan. Seumpama saya punya uang Rp100 juta, lalu saya beli CNKO di harga 90 sebanyak 11.000 lot (termasuk fee beli). Kemudian saya jual setengah jam kemudian di harga 98 sebanyak 11.000, maka potensi keuntungan saya adalah sekitar Rp8.300.000, hanya dalam waktu setengah jam!
Luar biasa bukan? Rasanya duit segitu pasti melebihi gaji karyawan kantoran dalam sebulan. Ini duit Rp8.300.000 didapat hanya dalam waktu setengah jam.
Luar biasa bukan? Rasanya duit segitu pasti melebihi gaji karyawan kantoran dalam sebulan. Ini duit Rp8.300.000 didapat hanya dalam waktu setengah jam.
Tetapi, saya pribadi nggak pernah mau memburu saham2 gorengan seperti itu. Mengapa? Saya sudah pernah merasakan punya saham gorengan. Dan ternyata saya bisa menyimpulkan satu hal: Perbandingan reward vs risk saham gorengan sama sekali tidak sebanding. Risk jauh lebih besar daripada rewardnya.
Pertama. Kalaupun potensi untung saham gorengan besar, saya nggak pernah bisa tenang. Artinya: Kalau pegang saham gorengan, psikologi akan terganggu, stress, nggak bisa makan dengan tenang.
Kedua. Untung di saham gorengan banyak faktor lucky-nya (keberuntungan). Potensi kerugian di saham gorengan jauh lebih besar.
Ketiga. Kalau saham gorengan sudah nyangkut, pasti tambah stress lagi. Masih mending kalau yang nyangkut saham2 blue chip.
Kalaupun saya trading di saham gorengan, saya pasti trading dengan size (baca: lot) sekecil mungkin. Saya bukan cari untung gede, tetapi hanya ingin mempelajari perilaku pasar, khususnya bandar. Intinya, saham gorengan kelihatannya memang punya daya tarik yang tinggi, tetapi reward tidak sebanding dengan risiko.
Saya tidak menyarankan Anda untuk mengejar saham2 gorengan meskipun saham itu terliht naik berminggu-minggu. Kalau mau beli saham, kembalilah ke fundamental perusahaan (investor), dan analisis teknikal (trader).
Kedua. Untung di saham gorengan banyak faktor lucky-nya (keberuntungan). Potensi kerugian di saham gorengan jauh lebih besar.
Ketiga. Kalau saham gorengan sudah nyangkut, pasti tambah stress lagi. Masih mending kalau yang nyangkut saham2 blue chip.
Kalaupun saya trading di saham gorengan, saya pasti trading dengan size (baca: lot) sekecil mungkin. Saya bukan cari untung gede, tetapi hanya ingin mempelajari perilaku pasar, khususnya bandar. Intinya, saham gorengan kelihatannya memang punya daya tarik yang tinggi, tetapi reward tidak sebanding dengan risiko.
Saya tidak menyarankan Anda untuk mengejar saham2 gorengan meskipun saham itu terliht naik berminggu-minggu. Kalau mau beli saham, kembalilah ke fundamental perusahaan (investor), dan analisis teknikal (trader).
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.