Penghujung Oktober 2016, saham2 grup Bakrie (B7) yang harganya berada di level Rp50 alias gocap kembali naik dengan cepat. Kenaikan ini diawali dengan naiknya saham BUMI yang salah satunya disebabkan naiknya harga batubara. Anda bisa baca2 lagi pos-nya disini: Belajar Ilmu Bandarmologi: Akumulasi Saham ENRG. Kenaikan saham BUMI ternyata juga diikuti oleh kenaikan saham2 grup Bakrie lainnya. Baca juga: Kenali Saham Gorengan di Indonesia.
Tepatnya pada tanggal 27 Oktober 2016, pasar saham dan para rekan2 trader dihebohkan dengan bangkitnya saham2 grup Bakrie atau yang biasa trader sebut sebagai saham zombie. Saham2 Bakrie yang sebelumnya berada di level gocap, antara lain BUMI, BRMS, UNSP, ENRG dan DEWA tiba2 merangkak naik satu per satu.
Diawali dari kenaikan saham BUMI yang awalnya masih di harga 70-an hingga naik sampai 240! Kenaikan BUMI ternyata juga diikuti kenaikan anak2 usahanya. Kemudian disusul dengan BRMS yang naik dari 50 sampai 100 per lembar. Kemudian disusul dengan kenaikan saham DEWA yang sempat terkena auto reject kanan, ENRG dan terakhir adalah UNSP. Baca juga: Arti dan Ilustrasi Auto Reject. Kenaikan DEWA, UNSP, dan ENRG terjadi cepat sekali dalam satu hari (27 Oktober 2016).
Nah, kenaikan saham2 grup Bakrie yang begitu cepat terjadi hanya dalam waktu singkat, tidak sampai 1 minggu. Bahkan, saham2 DEWA, UNSP dan ENRG mengalami kenaikan yang sangat kencang di sesi I, kemudian akhir sesi II tiba2 semua saham2 Bakrie grup anjlok begitu saja tanpa ampun.
Coba Anda tebak, kira2 siapa yang bisa menaikkan harga saham dan menurunkan secepat itu?
"Bandar" Jawab Anda
Anda cerdas. Bandar inilah yang selalu memainkan harga saham2 yang tidak likuid. Karena bandar memiliki dana yang jumbo, mereka suka "menggoreng" saham (Bakrie grup ini contoh saham2 yang digoreng belakangan ini).
Ya begitulah ciri2 pergerakan saham gorengan. Bukan hanya saham2 grup Bakrie ini saja. Tetapi, kalau Anda perhatikan saham2 yang kapitalisasi pasarnya kecil dan yang umumnya nilai nominal dibawah Rp1.000, pergerakannya tidak jauh2 beda dari saham2 Bakrie ini. Naik begitu cepat, tapi kemudian longsor sangat cepat. Baca juga: Kenali Saham di Indonesia.
Karena Anda adalah pembaca yang kritis, Anda bertanya: "Bung Heze juga ikutan trading saham Bakrie nggak nih?" Tanya Anda
Kalau tebakan Anda, saya ikut trading saham Bakrie, berarti feeling Anda kuat dan tepat. Saya ikut membeli saham Bakrie walaupun saya tidak membeli dalam jumlah lot yang besar (karena risiko saham gorengan sangat tinggi dibandingkan rewardnya). Saya membeli saham Bakrie salah satunya karena saya ingin mempelajari perilaku bandar di pasar saham. Saya membeli 2 saham, yaitu ENRG dan UNSP.
Di pos ini, saya akan memaparkan bagaimana strategi trading di saham gorengan.
[Catatan: Saya tidak menganjurkan Anda untuk terus trading di saham gorengan, karena risikonya sangat besar. Banyak trader yang nyangkut di harga gocap karena risiko saham2 gorengan tidak sebanding dengan rewardnya.
Pemula tidak saya anjurkan trading di saham gorengan, karena potensi risk yang sangat besar. Selain itu, psikologis pemula saham belum terbentuk dengan baik, sehingga saham gorengan bisa sangat berbahaya untuk pemula. Baca juga: Pemula, Hindari Saham Gorengan. Anda boleh trading di saham gorengan dengan lot sekecil mungkin atau hanya sekedar untuk mempelajari perilaku bandar.]
Pemula tidak saya anjurkan trading di saham gorengan, karena potensi risk yang sangat besar. Selain itu, psikologis pemula saham belum terbentuk dengan baik, sehingga saham gorengan bisa sangat berbahaya untuk pemula. Baca juga: Pemula, Hindari Saham Gorengan. Anda boleh trading di saham gorengan dengan lot sekecil mungkin atau hanya sekedar untuk mempelajari perilaku bandar.]
Jika Anda ingin trading di saham gorengan, ada beberapa strategi / tips yang harus Anda terapkan supaya Anda terhindar dari risiko nyangkut dan supaya Anda jangan keep barang (saham) jelek terlalu lama.
Pertama. Jangan serakah. Terapkan strategi masuk- keluar dengan cepat. Saya ulangi sekali lagi: Terapkan strategi masuk-keluar dengan cepat.
Perhatikan portofolio saham dibawah ini. Tanggal 27 Oktober 2016, saya membeli dua saham grup Bakrie, yaitu UNSP dan ENRG.
Perhatikan portofolio saham dibawah ini. Tanggal 27 Oktober 2016, saya membeli dua saham grup Bakrie, yaitu UNSP dan ENRG.
Kedua. Berani cut loss. Kalau tiba2 harga saham turun meluncur dengan cepat, Anda harus berani ambil tindakan cut loss. Jangan dibiarkan. Kalau Anda tidak mau dan tidak berani ambil tindakan cut loss, saham Anda bisa nyangkut, dan Anda hanya bisa berharap kapan bandar akan menggoreng saham Anda lagi supaya naik. Lebih baik cut loss sedini mungkin dan kerugian Anda dapat ditekan, daripada tidak mau cut loss dan seluruh modal Anda nyangkut.
Ketiga. Jangan pernah hold barang terlalu lama. Jika Anda membeli saham gorengan, sebisa mungkin Anda harus menjualnya pada hari itu juga, jika harga saham sudah naik cepat. Jika Anda perhatikan saham UNSP dan ENRG yang saya beli, saya membeli hari itu dan menjual pada hari yang sama.
Mengapa demikian?
Perbandingan risk dan reward di saham gorengan yang tidak sebanding membuat trader selalu merasa was-was kalau harus "membawa pulang" saham gorengan. Jika Anda menyimpan saham gorengan sampai market tutup, psikologis Anda sangat rentan terganggu. Mau makan kepikiran, mau tidur nggak tenang, mau aktivitas lainnya juga nggak enak. Anda memang bisa untung besar dari saham gorengan, tapi sekali lagi risiko saham gorengan, apalagi risiko psikologis Anda akan lebih besar dibandingkan reward yang Anda peroleh.
Semua kembali lagi pada diri Anda. Anda mau melakukan aktivitas dengan tenang, atau Anda menjalankan aktivitas dengan beban pikiran karena menyimpan saham2 gorengan yang arah pergerakannya tidak jelas?
Keempat. Target take profit. Saya menyarankan para trader JANGAN PERNAH menetapkan target take profit untuk saham gorengan yang terlalu tinggi. Sudah banyak rekan2 trader yang sahamnya malah jadi nyangkut (padahal sebelumnya sudah untung kalau mau dijual lebih awal).
Keinginan untuk terus mengejar profit adalah sifat greed / tamak seorang trader. Baca juga: Psikologi Pasar: Fear And Greed (Part I). Psikologi Pasar: Fear And Greed (Part II). Psikologi Pasar: Fear And Greed (Part III).
Perhatikan tabel buy dan sell diatas pada saat saya membeli saham ENRG dan UNSP. Pada saat saya membeli saham UNSP, saya membeli di harga Rp58 dan langsung menjual ketika naik di harga Rp62. Demikian juga ketika saya membeli saham ENRG. Saya membeli di harga Rp56 dan menjual sebagian kecil di harga Rp57, dan sisanya saya jual di harga Rp61. Saya nggak ngarep jual di harga 70 atau 100. Karena saham2 tersebut adalah saham gorengan yang tidak bisa diandalkan untuk menjual di harga tinggi.
Jadi, kalau Anda trading di saham gorengan, jangan serakah. Kalau sudah naik waktunya jual. Bagaimana kalau sahamnya dijual ternyata malah naik lagi? Ya sudah biarkan saja, setidaknya Anda sudah profit, sudah mengamankan portofolio Anda dan tidak rakus dalam mencari profit.
Ketiga. Jangan pernah hold barang terlalu lama. Jika Anda membeli saham gorengan, sebisa mungkin Anda harus menjualnya pada hari itu juga, jika harga saham sudah naik cepat. Jika Anda perhatikan saham UNSP dan ENRG yang saya beli, saya membeli hari itu dan menjual pada hari yang sama.
Mengapa demikian?
Perbandingan risk dan reward di saham gorengan yang tidak sebanding membuat trader selalu merasa was-was kalau harus "membawa pulang" saham gorengan. Jika Anda menyimpan saham gorengan sampai market tutup, psikologis Anda sangat rentan terganggu. Mau makan kepikiran, mau tidur nggak tenang, mau aktivitas lainnya juga nggak enak. Anda memang bisa untung besar dari saham gorengan, tapi sekali lagi risiko saham gorengan, apalagi risiko psikologis Anda akan lebih besar dibandingkan reward yang Anda peroleh.
Semua kembali lagi pada diri Anda. Anda mau melakukan aktivitas dengan tenang, atau Anda menjalankan aktivitas dengan beban pikiran karena menyimpan saham2 gorengan yang arah pergerakannya tidak jelas?
Keempat. Target take profit. Saya menyarankan para trader JANGAN PERNAH menetapkan target take profit untuk saham gorengan yang terlalu tinggi. Sudah banyak rekan2 trader yang sahamnya malah jadi nyangkut (padahal sebelumnya sudah untung kalau mau dijual lebih awal).
Keinginan untuk terus mengejar profit adalah sifat greed / tamak seorang trader. Baca juga: Psikologi Pasar: Fear And Greed (Part I). Psikologi Pasar: Fear And Greed (Part II). Psikologi Pasar: Fear And Greed (Part III).
Perhatikan tabel buy dan sell diatas pada saat saya membeli saham ENRG dan UNSP. Pada saat saya membeli saham UNSP, saya membeli di harga Rp58 dan langsung menjual ketika naik di harga Rp62. Demikian juga ketika saya membeli saham ENRG. Saya membeli di harga Rp56 dan menjual sebagian kecil di harga Rp57, dan sisanya saya jual di harga Rp61. Saya nggak ngarep jual di harga 70 atau 100. Karena saham2 tersebut adalah saham gorengan yang tidak bisa diandalkan untuk menjual di harga tinggi.
Jadi, kalau Anda trading di saham gorengan, jangan serakah. Kalau sudah naik waktunya jual. Bagaimana kalau sahamnya dijual ternyata malah naik lagi? Ya sudah biarkan saja, setidaknya Anda sudah profit, sudah mengamankan portofolio Anda dan tidak rakus dalam mencari profit.
Terima kasih, Pak atas penjelasannya. Ini menjawab pertanyaan saya di komentar pada artikel Fraksi Harga Saham. Ada pertanyaan yg ingin saya ajukan, Pak. Adakah tools untuk mengamati kegiatan bandar, kapan badar melakukan akumulasi dan kapan bandar melakukan distribusi. Kata teman saya ada di broker summary gitu. Namun saya blm bisa memahami hal tersebut. Mohon bimbingannya, Pak. May God Always Blessing Us. Terima Kasih.
ReplyDeleteuntuk memahami perilaku bandar, Anda bisa di broker summary / melihat saham2 yang banyak dibeli dalam jumlah (yang pergerakannya agak janggal). Semua bisa anda lihat di software trading.
DeleteNamun, ada satu cara lagi, yaitu dengan melihat volume (untuk saham2 tidur). Baca pos:
http://www.sahamgain.com/2016/10/analisis-volume-membaca-saham-tidur.html
Yang perlu anda ketahui, jangan terpaku pada akumulasi dan distribusi. Bisa saja ada akumulasi tetapi ternyata saham belum diangkat juga, dan sebaliknya.
Siap, Pak Heze
ReplyDeleteTentang Tim Grittani, Pak Heze pasti tau nama itu ya. Kira2 sistem trading apa yang digunakan oleh Tim Grittani sehingga bisa menggulung profit luar biasa di penny stock atas bimbingan Timothy Sykes ...
Saya tidak mempelajari sistem trading mereka. Lagian, trading di saham gorengan sangat berisiko. Saya sarankan, kalau ingin main saham gorengan gunakan lot sekecil mungkin
Deleteslmt pagi Pak,
ReplyDeletesy baru belajar mengenai saham, dan sy ada bbrp pertanyaan :
1. apa maksud dari kutipan diatas "Anda hanya bisa berharap kapan bandar akan
menggoreng saham Anda"?
2. mohon koreksinya, bukankah saham yg sdh dijual/beli dapat dijual/beli setiap saat
sesuai keinginan kita?
3. Jika kita membeli saham gocap dan kita biarkan dan berharap harga naik, apakah modal
kita akan habis?
Demikian pertanyaan sy, mohon dijawab ya pak....tq..
Halo Bolan,
Delete1. Perhatikan lagi kutipan diatas: "Kalau Anda tidak mau dan tidak berani ambil tindakan cut loss, saham Anda bisa nyangkut, dan Anda hanya bisa berharap kapan bandar akan menggoreng saham Anda lagi supaya naik" Kasus disini adalah ketika harga saham anda sudah nyangkut. Artinya, harganya sudah turun sampai harga minimum yaitu Rp50 atau saham tersebut sudah tidak ditradingkan bandar. Kalau harganya sudah mentok di Rp50, gimana mau jual sahamnya? Satu2nya cara ya nunggu bandar naikin harga sahamnya lagi.
2. Modal anda tidak akan habis sama sekali. Tapi istilah yang lebih tepat adalah modal anda "terpenjara", karena anda tidak bisa gunakan modal tersebut untuk apa2 lagi.