Saat anda melihat harga saham tertentu yang naik sampai ratusan bahkan ribuan persen dalam kurun waktu yang singkat (saya ambil contoh saham NIKL), saya bisa langsung menebak apa yang ada dalam pikiran anda. Anda pasti bertanya-tanya:
"Bung Heze, harga saham NIKL kok naiknya kenceng banget sih. Saya tunggu koreksi malah naik terus. Apakah harganya masih bisa naik lagi? Saya mau beli sahamnya"
Saya yakin anda pemain saham akan sering menemukan saham2 yang naik kencang sekali. Padahal, kondisi fundamentalnya tidak begitu mendukung. Coba anda perhatikan grafik NIKL, INAF, KAEF.
Terus kalau anda menemukan saham2 yang naik ratusan-ribuan persen dalam kurun waktu singkat, dan anda BELUM SEMPAT beli, apa yang harus anda lakukan? Saran saya, yang harus anda lakukan adalah: Sahamnya nggak usah anda kejar lagi.
Lho Bung Heze ini gimana sih? Kalau sahamnya masih naik lagi kan saya ketinggalan kereta? Protes Anda.
Iya kalau naik lagi. Lha kalau turun gimana, hayo? Perlu anda ketahui, saat ini anda harus mulai menerapkan 'prinsip kehati-hatian' dalam main saham. Mengapa demikian? Kalau dulu harga saham hanya bisa turun maksimal 10% dalam sehari, maka sekarang harga saham bisa turun sampai 30% sehari!
Masalahnya, saham2 yang suka naik kencang (naiknya kebangetan), biasanya harga sahamnya akan turun drastis tisss dalam tempo yang singkat. Saya pernah membahasnya di pos ini: Risiko Besar Main Saham. Apalagi penetapan autoreject simetris membuat harga saham bisa jatuh 'seenaknya sendiri'. Nggak percaya? Perhatikan grafik NIKL dibawah ini.
Grafik NIKL |
Perhatikan grafik diatas. NIKL yang sebelumnya berada di harga 4.000-an, hanya dalam 2 minggu, harga sahamnya turun sampai 2.000!!! Dalam sehari, NIKL bisa turun sampai 23,66%.
Apa jadinya jika anda ngotot beli saham NIKL di harga 4.000 dan dalam waktu singkat harganya amblas jadi 2.000 per lembar? Apakah anda bisa tidur nyenyak?
Bukan hanya saham NIKL, namun coba anda perhatikan juga saham KAEF dan INAF. Baca juga: Belajar dari Saham INAF. Hal ini juga berlaku pada saham2 gorengan. Contohnya saham2 grup Bakrie yang notabene adalah saham gorengan: ELTY, ENRG, DEWA, BUMI, UNSP.
Pada saat diguyur aksi jual, saham2 gorengan Bakrie semuanya harganya turun sampai 27-30% dalam sehari! Padahal sebelumnya saham2 Bakrie naik kencang dan menjadi primadona pasar. Tapi, waktunya profit taking, harganya langsung amblas tanpa ampun.
Jadi, apa pelajaran yang harus anda ambil dari pos saya ini? Yang harus anda ketahui: Anda jangan mengejar saham yang harganya sudah mahal, hanya karena emosi ketinggalan kereta. Emosi tidak akan menyelesaikan masalah, malah bikin saham nyangkut.
Emosi adalah bagian dari tamak/ serakah. Daripada anda membeli barang mahal, lebih baik anda beli barang diskonan. Perlu anda ingat, ketika harga saham sudah naik banyak, cepat atau lambat, suka atau tidak suka harga saham pasti akan koreksi.
Kedua, dengan ditetapkannya aturan auto reject simetris, harga saham dalam sehari saja tidak menutup kemungkinan akan turun sebanyak 25%, terutama untuk saham2 yang sebelumnya sudah naik banyak.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.