Baca part sebelumnya: Menjadi Trader atau Investor Saham?- Part III. Jika anda ingin tahu, saya adalah trader atau investor, saya hampir sama dengan kebanyakan trader - seperti yang ada ada hasil survei diatas, yaitu saya adalah swing trader yang trading jangka pendek, hanya rentang waktu satu hari sampai kurang dari satu bulan saja. Namun di satu sisi, saya juga seorang investor.
Ada saham yang sengaja saya pegang untuk jangka panjang, karena berdasarkan analisis saya menggunakan strategi growth investor, saham perusahaan tersebut bisa bertumbuh dalam jangka waktu beberapa tahun kedepan. Namun, porsi modal trading saya jauh lebih besar.
Terus, kesimpulannya investasi sama trading yang lebih baik yang mana?
Trading dan investasi nggak ada yang lebih baik. Semua kembali lagi pada diri Anda, kembali lagi pada karakter Anda masing2. Dan seperti yang sudah saya paparkan, menjadi trader ataupun investor, semua kembali pada tujuan Anda masing2...
Nah, sekarang saya akan menjelaskan materi yang jauh lebih berbobot lagi. Harap anda simak baik2, supaya anda tidak salah jalan. Setelah membaca tiga Part pos saya sebelumnya, anda mungkin bertanya-tanya:
"Kalau pemaparan Bung Heze di part2 sebelumnya itu lebih pada keinginan dan kebutuhan saya, untuk memutuskan jadi trader atau investor. Lalu, bagaimana saya bisa berkata bahwa saya cocok jadi trader / investor tanpa melakukan praktik di kondisi pasar saham secara riil / praktik di lapangan?"
Pertanyaan bagus. Itulah yang akan saya bahas di pos ini. Untuk memutuskan menjadi seorang trader atau investor saham ada, maka Anda harus mempertimbangkan:
Tingkat kesabaran dan mental Anda. Misalkan, Anda jago menganalisis suatu saham, katakanlah saham A untuk jangka panjang. Anda pintar membaca laporan keuangan, Anda paham betul lini bisnis perusahaan tersebut, Anda paham betul proyek2 perusahaan dan potensinya untuk jangka panjang. Intinya, Anda sangat jago dalam analisis fundamental.
Kemudian Anda berkata akan berinvestasi pada perusahaan A, Anda membeli sahamnya di harga Rp900 per lembar saham. Dua bulan kemudian harga sahamnya ternyata naik drastis sampai Rp1.200.
Karena profitnya sudah besar, tiba2 Anda tidak tahan dan menjual sahamnya. Jika Anda adalah tipe orang seperti demikian, maka Anda 100% tidak cocok menjadi investor, meskipun Anda jago analisis fundamental.
Demikian juga, apabila ketika Anda membeli saham, tapi tangan Anda gatal untuk menjual saham tersebut ketika naik, maka Anda bukanlah tipe investor, Anda adalah tipe trader. Atau, Anda tidak tahan ketika melihat harga saham di portofolio Anda yang terus menerus turun.
Anda tidak tahan kalau tidak sering memantau pergerakan harga saham Anda di depan layar monitor. Jika Anda adalah tipe seperti demikian, maka Anda lebih cocok untuk menjadi seorang trader.
Jadi jangan mengaku Anda adalah seorang investor saham, padahal Anda baru pegang saham yang Anda yakini naik, namun 1 bulan kemudian waktu harganya naik 15%, langsung Anda jual karena Anda tidak tahan melihat profit besar.
Menjadi investor atau trader bukan hanya soal ilmu analisa. Lalu hal apalagi yang anda butuhkan? Baca pos selanjutnya: Menjadi Trader atau Investor Saham? - Part V
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.