Di pasar saham, anda akan sering mendengar anjuran, misalnya: "Tidak ada orang pintar di pasar modal, karena semua orang pasti bisa salah dan pasar saham tidak bisa dipastikan pergerakannya". Mendengar kata2 ini mungkin anda akan bertanya-tanya:
"Masa sih iya? Kalau nggak ada orang pintar di pasar modal terus kenapa ada orang yang bisa kaya dari saham? Yang bisa dapat cuan gede dari saham berarti pintar donk, jarang merugi"
Kalau anda punya pikiran seperti itu, anda salah. Seseorang yang kenyang pengalaman di dunia saham (baca: Trader pro), tetap bisa salah dan tetap disiplin dalam membatasi kerugian (cut loss). Hanya bedanya, seorang trader pro bisa mendapatkan keuntungan berlipat dengan kerugian seminimal mungkin. Tapi bukan berarti nggak pernah cut loss.
Apalagi ngarep analisisnya selalu benar terus tanpa pernah salah. Tidak, bukan seperti itu. Sesuai dengan judul pos ini, saya selalu ingin menekankan pada anda bahwa analisis teknikal yang anda dan saya gunakan sehari-hari tidak akan pernah luput dari kesalahan.
Sebagai contoh, kalau di grafik anda menemukan harga saham naik disertai volume yang besar, maka menurut konsep analisis teknikal, saham tersebut harusnya akan naik keesokan harinya. Memang benar, konsepnya seperti itu. Dan pada praktikknya memang juga sering terjadi.
Tapi, anda jangan berasumsi bahwa harga saham PASTI 100% akan naik. Di pasar saham, kita hanya bisa memprediksi. Namun, yang namanya prediksi bisa saja meleset. Badan meteorologi pun bisa salah dalam memprediksi cuaca. Saya yakin, para kru yang bekerja di badan meteorologi pasti semuanya adalah orang2 yang mengerti tentang ilmu cuaca. Bukankah begitu?
Oke, lalu pelajaran apa yang bisa diambil dari pos ini Bung Heze? Tanya anda
Ada dua pelajaran yang ingin saya sampaikan di pos ini. Pertama, jangan pernah menjadikan analisis teknikal sebagai rumus. Karena saat trader menganggap analisis teknikal adalah rumus, ketika prediksinya meleset, trader biasanya cenderung menyalahkan analisis teknikal bahkan orang lain.
Inilah yang sering terjadi. Ketika prediksi salah, anda harus siap untuk membatasi kerugian. Baca juga: Sampai Batas Toleransi Berapa Saya Cut Loss Saham? - Part I. Sampai Batas Toleransi Berapa Saya Cut Loss Saham? - Part II.
Kedua, jangan overconfidence. Saya sering menemukan trader pemula yang merasa hebat hanya karena profit dan berhasil membaca analisis teknikal dengan benar. Padahal, baru main saham 6 bulan, satu tahun sudah merasa hebat.
Ketika market mulai down, mulai crash trader pemula yang suka overconfidence baru mulai terasa bahwa analisisnya sering meleset. Nah, jadi kalau anda berhasil mendapatkan profit karena anda mampu menganalisa dengan baik, anda harus tetap fokus dan jangan euforia.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.