Setiap kali ada isu, rencana, dan kebijakan the FED yang akan menaikkan atau menurunkan suku bunga, selalu ada dampak yang timbul secara langsung ke pasar saham Indonesia (IHSG). Menjelang pengumuman kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS), para pelaku pasar selalu wait and see.
The FED adalah bank sentral AS. Kalau di Indonesia, sama seperti Bank Indonesia (BI). The FED ini memiliki kewajiban salah untuk mengendalikan tingkat inflasi melalui penentuan kenaikan atau penurunan suku bunga. Sebagai contoh, terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika serikat membuat The FED harus segera menaikkan suku bunga.
Hal ini dilakukan karena kebijakan Trump yang akan menggelontorkan dana besar untuk infrastruktur dan membangkitkan kembali industri2 di AS akan berdampak pada kenaikan inflasi dengan cepat. Oleh karena itu, The FED perlu menaikkan suku bunga (rencananya proyeksi kenaikannya di sekitar 0,25%).
Lalu, apa dampak jika The FED menaikkan suku bunga ke pasar saham Indonesia? Saham-saham apa saja yang terpengaruh akibat the FED?
Saat AS menaikkan suku bunga hal ini akan membuat dana asing keluar dari emerging market, termasuk Indonesia. Para pelaku pasar akan lebih tertarik untuk bermain di mata uang Dollar AS atau deposito pada instrumen investasi AS, karena saat suku bunga naik, maka bunga deposito naik dan mata uang Dollar akan menguat.
Dampak ke IHSG pun juga terasa secara langsung. Setiap mulai ada wacana rencana kenaikan suku bunga, IHSG biasanya akan cenderung bergerak flat dan sedikit menurun. Emiten2 saham di Indonesia juga terkena dampaknya.
Dikarenakan kenaikan suku bunga AS, maka akan melemahkan nilai tukar Rupiah dan menguatkan Dollar AS. Pelemahan nilai tukar Rupiah akan berdampak negatif pada emiten2 yang bergantung pada bahan baku impor. Contohnya, KAEF, KLBF, INAF.
Mayoritas bahan baku KLBF didapatkan dari impor, sehingga adanya fluktuatif nilai tukar Rupiah membuat adanya gejolak pada laba KLBF. Selain itu, perusahaan di sektor otomotif seperti ASII juga akan terkena dampak negatif dari gejolak fluktuatif nilai tukar Rupiah.
Emiten2 yang memiliki utang luar negeri dalam bentuk Dollar AS juga akan terimbas negatif akibat kenaikan suku bunga The FED. Sehingga, kalau anda melihat The FED mulai membuat kebijakan menaikkan suku bunga, dan saat IHSG sudah mulai bergerak flat, anda harus mulai mengurangi trading di emiten2 yang terimbas langsung pada kenaikan suku bunga The FED.
"Bung Heze, dengan kenaikan suku bunga The FED apakah ada emiten2 yang terkena sentimen positifnya?" Tanya Anda.
Tentu saja ada. Emiten2 yang terkena dampak positifnya yaitu emiten2 yang berbasis ekspor. Biasaya adalah emiten perkebunan dan pertambangan. Coba anda perhatikan saham2 seperti ANTM, LSIP, MEDC, AISA yang mulai bergerak naik saat The FED berencana menaikkan suku bunga (Setelah terpilihnya Mr.Trump sebagai presiden AS).
Hal ini dilakukan karena kebijakan Trump yang akan menggelontorkan dana besar untuk infrastruktur dan membangkitkan kembali industri2 di AS akan berdampak pada kenaikan inflasi dengan cepat. Oleh karena itu, The FED perlu menaikkan suku bunga (rencananya proyeksi kenaikannya di sekitar 0,25%).
Lalu, apa dampak jika The FED menaikkan suku bunga ke pasar saham Indonesia? Saham-saham apa saja yang terpengaruh akibat the FED?
Saat AS menaikkan suku bunga hal ini akan membuat dana asing keluar dari emerging market, termasuk Indonesia. Para pelaku pasar akan lebih tertarik untuk bermain di mata uang Dollar AS atau deposito pada instrumen investasi AS, karena saat suku bunga naik, maka bunga deposito naik dan mata uang Dollar akan menguat.
Dampak ke IHSG pun juga terasa secara langsung. Setiap mulai ada wacana rencana kenaikan suku bunga, IHSG biasanya akan cenderung bergerak flat dan sedikit menurun. Emiten2 saham di Indonesia juga terkena dampaknya.
Dikarenakan kenaikan suku bunga AS, maka akan melemahkan nilai tukar Rupiah dan menguatkan Dollar AS. Pelemahan nilai tukar Rupiah akan berdampak negatif pada emiten2 yang bergantung pada bahan baku impor. Contohnya, KAEF, KLBF, INAF.
Mayoritas bahan baku KLBF didapatkan dari impor, sehingga adanya fluktuatif nilai tukar Rupiah membuat adanya gejolak pada laba KLBF. Selain itu, perusahaan di sektor otomotif seperti ASII juga akan terkena dampak negatif dari gejolak fluktuatif nilai tukar Rupiah.
Emiten2 yang memiliki utang luar negeri dalam bentuk Dollar AS juga akan terimbas negatif akibat kenaikan suku bunga The FED. Sehingga, kalau anda melihat The FED mulai membuat kebijakan menaikkan suku bunga, dan saat IHSG sudah mulai bergerak flat, anda harus mulai mengurangi trading di emiten2 yang terimbas langsung pada kenaikan suku bunga The FED.
"Bung Heze, dengan kenaikan suku bunga The FED apakah ada emiten2 yang terkena sentimen positifnya?" Tanya Anda.
Tentu saja ada. Emiten2 yang terkena dampak positifnya yaitu emiten2 yang berbasis ekspor. Biasaya adalah emiten perkebunan dan pertambangan. Coba anda perhatikan saham2 seperti ANTM, LSIP, MEDC, AISA yang mulai bergerak naik saat The FED berencana menaikkan suku bunga (Setelah terpilihnya Mr.Trump sebagai presiden AS).
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.