Di pasar saham anda pasti sering mendengar istilah 'book value'. Atau kalau diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia adalah 'nilai buku'. Book value merupakan aset bersih perusahaan. Nilai buku didapatkan dengan cara menghitung aset total dikurangi utang total. Kalau anda baca baik-baik definisi nilai buku diatas, maka nilai buku ini sesungguhnya adalah nilai yang didapatkan apabila perusahaan tersebut dijual pemegang saham dengan asumsi seluruh utang perusahaan sudah dilunasi.
Sudah paham sampai disini?
Oke, lalu bagaimana dengan book value per share? Book value per share digunakan untuk melihat seberapa besar nilai buku per saham perusahaan yang layak dihargai oleh investor dan pelaku pasar. Sebagai contoh, jika nilai buku per saham adalah sebesar Rp3.000, sedangkan harga saham saat ini sebesar Rp800, maka tentu saja harga saham saat ini masih terlalu murah, dan masih berpotensi besar untuk naik lagi, setidaknya mendekati nilai buku per sahamnya, Rp3.000.
Cara menghitung book value per share sebuah perusahaan adalah sebagai berikut. Perhatikan rumus dan perhitungannya dibawah ini.
Book value per share = Jumlah Ekuitas / Jumlah Saham yang Beredar
Jumlah ekuitas = Bisa anda dapatkan di laporan keuangan. Baca juga: Cara Mendapatkan Laporan Keuangan Perusahaan
Jumlah saham beredar = Baca juga: Cara Mendapatkan Data Jumlah Saham Beredar dan Kapitalisasi Pasar.
Perhatikan perhitungan book value per share pada laporan keuangan PT Indofood Tbk (INDF) mulai tahun 2011-2015 dibawah ini.
Dari data lima tahun INDF, didapatkanlah nilai buku per saham sebesar angka yang dapat anda lihat pada tabel diatas. Book value per share bisa menjadi salah satu tolak ukur untuk melihat apakah harga saham sudah terlalu mahal atau masih terlalu rendah. Sebagai contoh, book value per share INDF sebesar 4.911.
Tahun 2015, harga saham INDF sempat anjlok sampai 4.500. Artinya, harga saham INDF dapat dikatakan masih murah. Dan benar saja, tahun 2016 INDF mulai naik dengan cepat sampai menyentuh 8.000 per saham. Ketika harga sahamnya sudah di 8.000-an, harganya sulit untuk naik lagi. Mengapa demikian? Sederhana saja, karena harga pasarnya sudah jauh melebihi nilai buku per sahamnya.
Tentunya analisis fundamental book value per share tidak dapat berdiri sendiri. Ada banyak sekali faktor yang harus anda pertimbangkan jika anda ingin membeli saham untuk berinvestasi. Beberapa diantaranya adalah Price Earning Ratio (PER), likuid tidaknya saham, tingkat utang dan lain-lain.
Selamat malam bung heze, untuk analisa fundamental lap. keuangan yang diperlukan itu periodenya tahunan/quartalan? Kemudian apakah perlu kita menganalisa fundamentalnya sampai 5 tahun kebelakang?
ReplyDeleteTerima kasih
Halo,
Delete1. Analisa laporan keuangan umumnya dilakukan untuk periode tahunan, karena laporan keuangan tahunan sudah lengkap (Januari-Desember). Tapi laporan kuartal juga diperlukan, terutama kalau di tahun ini belum penuh 1 tahun, dan baru keluar laporan kuartal.
Katakanlah tahun ini baru keluar laporan kuartal 2, maka laporan kuartal 2 yang dipakai dan dijadikan perbandingan dengan laporan tahunan tahun2 sebelumnya.
Angka laporan kuartalan harus disetahunkan dulu untuk mendapatkan angka estimasi 1 tahun.
2. 3 tahun ini minimal sebenarnya cukup, tapi ada baiknya memang 5 tahun terutama kalau bapak melihat lebih jelas tren kinerja perusahaan.
Semoga membantu