Kalau anda sering mengamati laporan ICMD yang diterbitkan oleh ECFIN, ada beberapa macam rasio keuangan yang ditampilkan untuk selalu dicermati oleh investor. Salah satunya adalah rasio Net Profit Margin (NPM) yang akan saya bahas di pos ini. Jika anda belum tahu ICMD, silahkan baca pos: Analisis Fundamental: Memanfaatkan Laporan ICMD.
Apa kegunaan NPM? Mengapa NPM penting? Net Profit Margin merupakan rasio keuangan yang mengukur perbandingan antara laba bersih terhadap penjualan bersih. Untuk lebih jelasnya, perhatikan rumus NPM dibawah ini
Rasio NPM digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari penjualan bersih. Mengapa rasio ini penting? Keberlangsungan hidup perusahaan sangat tergantung dari penjualan bersih (bukan penjualan yang masih dalam bentuk piutang) yang didapatkannya dalam perioda tertentu.
Kalau perusahaan tidak ada penjualan bersih (omzet), perusahaan pasti tidak akan bisa beroperasi dengan baik Nah, tapi coba anda bayangkan jika perusahaan mampu memperoleh penjualan bersih tetapi beban operasional perusahaan besar sekali
Oleh karena itu, sudah jelas sekali bahwa NPM yang besar yang dikarenakan kenaikan penjualan dan laba bersih, maka perusahaan tersebut memiliki fundamental yang semakin baik pula.
Terdapat beberapa penyebab naiknya rasio NPM:
- Laba bersih dan penjualan bersih meningkat, tetapi persentase kenaikan laba bersih lebih besar.
- Laba bersih dan penjualan bersih turun, tetapi persentase penurunan penjualan lebih besar, sehingga tetap mampu meningkatkan NPM.
- Laba bersih naik namun penjualan bersih turun
Terdapat beberapa penyebab turunnya rasio NPM:
- Laba bersih dan penjualan bersih meningkat, tetapi persentase peningkatan penjualan lebih besar.
- Laba bersih dan penjualan bersih sama-sama mengalami penurunan, dengan persentase penurunan laba bersih yang lebih besar
- Penjualan bersih naik namun laba bersih turun
Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa penyebab naik-turunnya rasio NPM adalah terkait kemampuan perusahaan dalam menghasilkan penjualan bersih yang besar serta meminimalkan biaya-biaya perusahaan, seperti Harga Pokok Penjualan (HPP), beban usaha, beban keuangan, biaya-biaya lainnya.
Dalam menganalisis NPM anda harus jeli. Anda jangan terkecoh menyatakan perusahaan A bagus hanya karena NPM naik terus, padahal omzet sebenarnya turun. Kenaikan NPM perusahaan bisa saja disebabkan karena omzet turun, dan laba juga turun (tetapi persentase penurunan penjualan lebih besar).
Di satu sisi, penurunan NPM yang disebabkan karena penurunan penjualan bersih bukan berarti perusahaan pasti jelek. Penurunan penjualan bersih bisa dikarenakan kondisi ekonomi yang saat itu sedang lesu, sehingga turut menekan kinerja di semua sektor usaha.
Contoh Perhitungan NPM
Oke, sekarang kita masuk contoh cara menghitung rasio NPM. Pada contoh ini saya menggunakan laporan keuangan PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) untuk tahun berakhir 31 Desember 2015. Perhatikan laba bersih, penjualan bersih dan perhitungan NPM ROTI dibawah ini.
Analisis dan interpretasi:
Pada perhitungan diatas menunjukkan pada tahun 2014 NPM ROTI sebesar 10,03% dan pada tahun 2015 sebesar 12,44%. Hal ini artinya bahwa pada tahun 2014 penjualan bersih yang mampu dihasilkan menjadi laba bersih adalah sebesar 10,03%. Sedangkan tahun 2015 ROTI mampu menghasilkan laba bersih dari penjualan bersihnya sebesar 12,44%.
Rasio ini mengalami kenaikan. Hal ini bisa mengindikasikan bahwa memang penjualan bersih ROTI memang mengalami kenaikan dan beban operasional ROTI memang tidak mengalami kenaikan2 yang signifikan, sehingga turut menaikkan rasio NPM-nya.
Secara umum, semakin naik rasio NPM menunjukkan bahwa perusahaan mampu untuk terus bertumbuh (biasanya terlihat dari peningkatan omzet-nya). Nah, apakah NPM ROTI diatas termasuk bagus?
Untuk menilai bagus tidaknya NPM, pertama, anda harus bisa membandingkan dengan sektor industri sejenis. Kalau NPM berada diatas sektor industri, berarti perusahaan bisa dikatakan bagus dan mampu menguasai pangsa pasar dari sisi penjualan / efisiensi biaya.
Kedua, ada baiknya anda menggunakan perioda waktu analisis yang lebih panjang, misalnya 5 tahun. Dengan begitu, anda bisa mengetahui tren naik atau turun NPM sebuah perusahaan. NPM "hanyalah" salah satu rasio keuangan dari buanyaaak rasio2 lainnya.
Jadi, kalau anda ingin menganalisis fundamental perusahaan, anda tidak bisa serta merta hanya menggunakan NPM sebagai patokan. Ada banyak pertimbangan lainnya yang harus anda lihat. Misalnya dengan menganalisis Price Earning Ratio, Price Book Value dan lain2.
Boleh minta referensi buku untuk pembahasan diatas?
ReplyDeleteBisa pakai sumbernya Wild & Subramanyam
Delete