Seorang trader umumnya memiliki pemahaman kalau trading jangka pendek, berarti harus melihat grafik saham yang terjadi dalam beberapa hari terakhir sebagai sinyal. Misalnya: Ketika trader menemukan harga saham turun di ujung tren, kemudian pada hari itu trader menemukan pola doji, maka trader sering beranggapan bahwa doji pada hari terakhir merupakan sinyal beli yang bagus.
Anggapan tersebut benar. Nggak salah. Tetapi, kalau anda trading hanya mengandalkan grafik yang terbentuk dalam beberapa hari terakhir, rasa-rasanya masih kurang. Ada satu hal lagi yang harus anda perhatikan dalam trading: Historis panjang harga saham.
Historis yang saya maksud disini bukan cuma harga saham kemarin, kemarin lusa, minggu lalu. Tetapi historis yang saya maksud minimal 6 bulan - 1 tahun. Apa gunanya?
Pertama, untuk melihat tren. Tapi ada lagi yang sama pentingnya dengan tren, yaitu: Melihat pola yang mungkin akan terulang. Salah sau dari tiga prinsip analisis teknikal adalah history repeat itself. Artinya, sejarah pergerakan harga saham berpotensi terulang kembali. Baca juga: Prinsip-prinsip Dasar Analisis Teknikal.
"Apa maksudnya Bung Heze?" Tanya anda dengan nada bingung
Maksudnya adalah pola grafik yang terbentuk 6 bulan lalu, bisa saja terulang kembali (walaupun tidak sama persis) pada hari ini. Sangat mungkin dan sering terjadi. Sehingga, pada saat anda menemukan pola saham 4 bulan lalu yang membentuk tren turun yang tajam, kemudian hari ini anda melihat ada pola yang sama, maka jangan beli saham tersebut.
Sebaliknya, pada saat anda menemukan pola grafik 3 bulan lalu yang sedang uptrend mengulangi pola grafik hari ini, maka anda bisa mempertimbangkan untuk beli sahamnya.
Oke, sekarang kita masuk ke studi kasus. Saya akan bahas saham JPFA. Perhatikan grafik JPFA dibawah ini.
Saham JPFA memiliki pola yang cukup unik. Harga sahamnya selalu diangkat setinggi mungkin (no 1, 3) kemudian setelah itu juga dijatuhkan sampai benar-benar turun (no 2,4, 5). Nomor 2 (November 2016) terlihat bahwa harga saham JPFA dibanting selama berhari-hari setelah sebelumnya diangkat (no 1). Kemudian diangkat lagi setinggi mungkin (no 3, Maret 2017).
Setelah itu, pola JPFA terulang lagi pada nomor 4. Saya sudah warning pada beberapa rekan yang bertanya ingin koleksi saham JPFA karena harganya sudah diskon. Namun, karena JPFA terlihat ada dua kali pola yang membentuk downtrend, saya tidak menyarankan masuk JPFA.
Ternyata benar, setelah sempat sedikit rebound, JPFA melanjutkan penurunan (nomor 5). Pola yang sama terulang seperti November 2016 dan Maret 2017. Kalau anda melihat pola tersebut, anda mungkin tidak ambil posisi buy dan bisa menghindari jebakan downtrend JPFA.
Itulah contoh yang saya paparkan mengapa melihat historis harga saham secara tren yang lebih panjang itu sangat diperlukan. Mulai sekarang ada baiknya anda mempertimbangkan menggunakan analisis historis harga saham, karena banyak sekali manfaatnya.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.