Sebagian besar pembaca yang membaca judul diatas, pasti akan bertanya-tanya: "PER kok dikaitkan dengan trader. Bukannya PER itu lebih digunakan oleh seorang fundamentalis ya?" Benar, secara umum PER digunakan oleh seorang fundamentalis, khususnya seorang value investor untuk menilai saham2 yang masih murah, sehingga saham tersebut masih memiliki peluang naik dalam jangka panjang dibandingkan sektor sejenis.
Tapi apakah seorang trader juga membutuhkan analisis PER?
Jawabannya: Butuh. Mengapa demikian? Perlu anda ketahui, saham2 yang secara PER masih rendah, biasanya saham tersebut memiliki peluang untuk naik lebih cepat dalam jangka pendek, menengah hingga panjang.
Sedangkan saham2 yang PER-nya sudah sangat tinggi, harga sahamnya akan cenderung stagnan. Itulah kenapa ada banyak saham yang secara fundamental (kinerja) bagus, tapi harga sahamnya di harga itu-itu saja. Ya karena PER-nya memang sudah mahal, sehingga harga saham cenderung sulit naik lagi.
Jika anda belum tahu apa itu PER dan analisisnya, bisa baca disini: Analisis Fundamental Saham: Price Earning Ratio (PER).
[Catatan: Di pasar saham tidak ada yang absolut. PER tinggi secara umum harga saham akan sulit naik, tapi hal itu bukanlah rumus. Sebaliknya, PER yang rendah harga sahamnya berpeluang naik, namun bukan berarti setiap saham yang PER-nya rendah PASTI sahamnya mudah naik]
Saya beri contoh beberapa saham properti yang berhasil naik dalam waktu beberapa bulan dibandingkan saham2 sektor sejenis, yaitu APLN, BKSL. Banyak trader yang bertanya-tanya, apa yang membuat saham BKSL dan APLN mengalami kenaikan, padahal sektor properti lainnya harganya masih stagnan saja?
Terlepas dari berita apapun itu, termasuk goreng-menggoreng saham, kita akan menganalisis lebih dalam analisis PER beberapa saham di sektor properti. Saya akan menggunakan analisis laporan keuangan kuartal I / 2017. Perhatikan tabel dibawah ini.
Untuk sektor properti sendiri, PER industrinya adalah sebesar 18,94 kali. Disini kita bisa melihat ada beberapa saham, seperti APLN, BKSL, LPCK yang PER-nya jauh sekali dibawah PER industrinya. Hal ini menandakan bahwa saham2 tersebut harganya masih murah secara valuasi (sampai analisis laporan kuartal I / 2017).
Kalau dibandingkan dengan saham2 properti lainnya yang memiliki fundamental yang cukup baik, seperti PWON PPRO, BSDE, PER saham2 tersebut sudah cukup tinggi dan berada jauh diatas rata2 industrinya, termasuk dibandingkan dengan APLN dan BKSL.
Itulah alasan mengapa saham2 seperti PWON, PPRO yang secara fundamental OK, tapi harga sahamnya nggak naik secara drastis. Ya karena secara PER-nya saja sudah berada jauh diatas PER industri alias kemahalan.
PER yang rendah ini akan terefleksi dari harga sahamnya. APLN dan BKSL membentuk tren naik sejak bulan Juli 2017. APLN misalnya, bergerak dari harga 180 hingga 310. Sementara untuk saham2 properti lainnya yang PER-nya masih tinggi, harganya memang naik, tapi kenaikannya tidak setinggi saham2 yang PER-nya masih rendah.
Jadi kalau anda sedang mencari saham2 untuk trading, ada baiknya anda mempertimbangkan juga saham2 yang secara valuasi masih murah, karena saham2 tersebut memiliki peluang naik cepat lebih banyak daripada saham2 yang secara valuasi sudah mahal.
Inilah pentingnya PER untuk seorang trader. Memang, tidak semua trader membutuhkan analisis PER. Seorang scalper tentu tidak terlalu membutuhkan analisis PER dalam tradingnya.
"Tapi Bung Heze, kalau kita membandingkan PER saham dengan PER industri, bukankah kita menghabiskan waktu terlalu banyak untuk menghitung PER satu-per-satu" Tanya anda
Tenang.. Anda tidak perlu susah2 menghitung PER, karena semua datanya sudah disediakan di situs IDX. Anda hanya tinggal mengunduhnya sesuai dengan keperluan anda. Bagaiamana cara mencari data PER industri dan emiten secara lengkap? Silahkan baca: Cara Mencari PER Saham: PER Perusahaan dan PER Industri.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.