Di pasar saham, ketika anda memutuskan untuk membeli saham, harus berhadapan dengan ratusan macam saham di Bursa Efek. Nah, dari sekian banyak saham yang ada, anda harus mampu memilih setidaknya 2-6 saham saja. Anda tidak mungkin membeli semua saham karena anda juga memiliki keterbatasan modal.
Di Bursa Efek, memang jumlah saham yang ada cukup banyak, namun saham2 yang likuid paling cuman puluhan saja. Bahkan, ratusan saham yang ada kebanyakan jarang / bahkan tidak diperdagangkan sama sekali. Kalau anda trading, coba anda perhatikan banyak sekali saham yang tidak ada antria bid-offer sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa saham2 tersebut memang tidak ada peminatnya sama sekali.
Di Bursa Efek, memang jumlah saham yang ada cukup banyak, namun saham2 yang likuid paling cuman puluhan saja. Bahkan, ratusan saham yang ada kebanyakan jarang / bahkan tidak diperdagangkan sama sekali. Kalau anda trading, coba anda perhatikan banyak sekali saham yang tidak ada antria bid-offer sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa saham2 tersebut memang tidak ada peminatnya sama sekali.
Di satu sisi, hampir setiap tahun selalu ada saja perusahaan yang terkena force delisting dari Bursa. Belakangan ini, BEI melakukan force delisting pada beberapa emiten yaitu INVS, BRAU, CPGT.
Ternyata banyak trader / investor ritel yang modalnya nyangkut cukup panjang di tiga saham tersebut. Banyak trader yang memiliki saham CPGT, dikarenakan melihat CPGT yang harganya sudah mulai turun terus, dan banyak rekan yang nyangkut di CPGT saat awal tahun 2017 hanya karena tergiur saat CPGT sempat digoreng lagi naik dari level 50.
Sebenarnya, sudah banyak kasus trader yang sahamnya nyangkut di saham2 tertentu karena trader membeli saham tanpa mempertimbangkan analisis teknikal dan kondisi fundamental perusahaan secara jelas.
Contoh lainnya, saya pernah mendapatkan pertanyaan dari salah seorang rekan trader: "Pak Heze, saya sejak tahun 2015 nyangkut di saham SIAP. Kira-kira kapan SIAP bisa naik lagi?"
Lalu saya bertanya lagi pada trader: "Kenapa kok beli SIAP? SIAP kan emitennya sedang bermasalah. Harga sahamnya jatuh terus".
Ternyata alasan trader membeli SIAP adalah karena harga sahamnya sudah diskon besar, di mana SIAP pernah naik sampai 320 dan saat itu SIAP jatuh ke 85, maka trader memborong SIAP dan berharap SIAP akan naik lagi seperti sebelumnya. Namun, kini SIAP tidak pernah kembali lagi ke harganya dan harga saham SIAP sekarang sudah tidak diperdagangkan.
Maka dari itu, dalam trading anda harus mampu selektif memilih saham yang baik. Jangan pernah nekad membeli saham yang memiliki fundamental yang tidak jelas. Atau membeli saham hanya karena harga sahamnya sudah terlihat diskon. Saham yang harganya turun terus dan terlihat diskon, belum tentu harga sahamnya murah secara valuasi dan belum tentu harga sahamnya akan diangkat naik tinggi.
Oleh karena itu, selektiflah memilih saham dan jangan lupa untuk membatas risiko trading. Seperti yang saya tuliskan di pos ini: Cara Mengalokasikan Modal Trading yang Efektif, saya menyarankan pada trader agar lebih banyak mengalokasikan modal trading pada saham-saham lapis satu, kemudian diikuti dengan saham2 lapis dua, dan alokasikan modal paling kecil pada saham lapis tiga.
Intinya, jangan hobi membeli saham2 yang kurang likuid, fundamental perusahaan bermasalah dan sudah berkali-kali terkena suspen. Baca juga: Studi Kasus: Risiko Membeli Saham Tidak Likuid dan Cepat Naik
Ternyata banyak trader / investor ritel yang modalnya nyangkut cukup panjang di tiga saham tersebut. Banyak trader yang memiliki saham CPGT, dikarenakan melihat CPGT yang harganya sudah mulai turun terus, dan banyak rekan yang nyangkut di CPGT saat awal tahun 2017 hanya karena tergiur saat CPGT sempat digoreng lagi naik dari level 50.
Sebenarnya, sudah banyak kasus trader yang sahamnya nyangkut di saham2 tertentu karena trader membeli saham tanpa mempertimbangkan analisis teknikal dan kondisi fundamental perusahaan secara jelas.
Contoh lainnya, saya pernah mendapatkan pertanyaan dari salah seorang rekan trader: "Pak Heze, saya sejak tahun 2015 nyangkut di saham SIAP. Kira-kira kapan SIAP bisa naik lagi?"
Lalu saya bertanya lagi pada trader: "Kenapa kok beli SIAP? SIAP kan emitennya sedang bermasalah. Harga sahamnya jatuh terus".
Ternyata alasan trader membeli SIAP adalah karena harga sahamnya sudah diskon besar, di mana SIAP pernah naik sampai 320 dan saat itu SIAP jatuh ke 85, maka trader memborong SIAP dan berharap SIAP akan naik lagi seperti sebelumnya. Namun, kini SIAP tidak pernah kembali lagi ke harganya dan harga saham SIAP sekarang sudah tidak diperdagangkan.
Maka dari itu, dalam trading anda harus mampu selektif memilih saham yang baik. Jangan pernah nekad membeli saham yang memiliki fundamental yang tidak jelas. Atau membeli saham hanya karena harga sahamnya sudah terlihat diskon. Saham yang harganya turun terus dan terlihat diskon, belum tentu harga sahamnya murah secara valuasi dan belum tentu harga sahamnya akan diangkat naik tinggi.
Oleh karena itu, selektiflah memilih saham dan jangan lupa untuk membatas risiko trading. Seperti yang saya tuliskan di pos ini: Cara Mengalokasikan Modal Trading yang Efektif, saya menyarankan pada trader agar lebih banyak mengalokasikan modal trading pada saham-saham lapis satu, kemudian diikuti dengan saham2 lapis dua, dan alokasikan modal paling kecil pada saham lapis tiga.
Intinya, jangan hobi membeli saham2 yang kurang likuid, fundamental perusahaan bermasalah dan sudah berkali-kali terkena suspen. Baca juga: Studi Kasus: Risiko Membeli Saham Tidak Likuid dan Cepat Naik
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.