Saat ini kita mengenal 2 instrumen utama trading untuk aset non-riil, yaitu trading saham dan trading forex. Sebenarnya trading pada aset non-riil juga bisa dilakukan untuk produk2 derivatif (produk turunan saham). Tapi disini kita hanya akan membahas sedikit perbandingan saham dan forex saja.
Kalau kita bicara tentang saham, maka harga saham sangat mungkin untuk 'digoreng'. Apalagi jika anda trading di saham2 Indonesia, maka saham2 di Bursa Efek sebenarnya tidak banyak yang likuid. Di Bursa Efek banyak saham2 lapis tiga / saham gorengan dan saham2 yang tidak atau jarang diperdagangkan.
Hal ini juga dikarenakan salah satunya, pada saham2 Indonesia, kemungkinan besar yang mentradingkan adalah orang2 Indonesia sendiri dan pemodal asing (sekuritas asing besar yang modalnya juga jumbo). Tapi para trader ritel dari negara2 lain tidak ikut mentradingkan saham2 Indonesia.
Sehingga, wajar saja kalau transaksi saham banyak disusupi oleh bandar dan saham yang tidak likuid akan mudah untuk menjadi target bandar untuk menggocek trader ritel.
Hal ini berbeda dengan forex. Dalam transaksi forex tidak ada yang namanya 'goreng-menggoreng' karena transaksi forex adalah transaksi mata uang yang bukan hanya ditransaksikan orang Indonesia saja, tapi oleh seluruh orang di dunia. Jadi, transaksi forex sangat likuid.
Jadi, apakah risiko saham lebih besar daripada forex dan sebaliknya?
Jawabannya belum tentu. Yang perlu anda ketahui adalah transaksi forex yang begitu likuid justru menyebabkan fluktuatif harga naik-turun yang sangat cepat. Fluktuatif ini seringkali membuat trader menjadi serakah.
Saat harga naik begitu cepat, trader tidak mau segera realisasi profit. Akibatnya, harga kembali jatuh, dan trader yang harusnya sudah bisa mencetak capital gain, justru berubah jadi capital loss.
Hal yang sama juga bisa anda alami di pasar saham. Saya akui memang fluktuatif harga saham tidak se-liar forex, namun banyak saham yang fluktuatif harganya cukup mengocok para trader. Terutama seperti yang saya katakan tadi, bahwa saham banyak bandarnya, maka kenaikan harga saham yang terkesan menarik bisa saja menipu anda.
Jadi kalau ada orang yang menyarankan pada anda:
"Lebih baik trading di forex, soalnya profitnya lebih cepat daripada saham"
"Trading di saham saja karena pergerakan harganya lebih lama, jadi lebih aman daripada forex"
Jangan telan mentah2 saran tersebut. Hanya anda yang tahu apa yang lebih cocok untuk anda. Baik saham maupun forex, anda butuh pengetahuan trading dan anda harus menguasai market yang anda gunakan untuk trading.
Kalau anda berpikir saham lebih aman, maka anda salah. Kalau anda berpikir dengan main forex maka anda bisa lebih cepat kaya, anda salah. Semua memiliki potensi return dan risiko, asalkan anda menguasai analisis dan terus praktik.
Setiap orang pun memiliki karakter trading yang berbeda. Ada orang yang cocok trading di instrumen saham. Ada orang yang lebih cocok trading di instrumen forex.
Tips dari saya, kalau anda ingin belajar tapi anda bingung ingin memulai dari mana, anda bisa coba belajar mana yang membuat anda lebih menarik minat dan perhatian anda. I mean, mulailah dari kemauan anda sendiri. Jangan memulai karena anda tergiur dengan "katanya orang" forex lebih mudah profit daripada saham dan sebaliknya.
Sesuaikan juga dengan profil anda. Kalau anda siap dengan fluktuasi harga yang cepat dan anda memang tertarik, maka anda bisa memulai dengan belajar forex. Tapi kalau anda tidak siap dengan fluktuasi harga terlalu cepat, dan anda punya keinginan paham seluk beluk perusahaan go public, maka belajarlah saham.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.