Baca Part sebelumnya: Teknik Analisa Tape Reading Saham - Bagian I. Berdasarkan pengalaman saya trading, saya pernah menerapkan strategi ini pada saham-saham seperti BUMI, TRAM, TLKM dan memang terbukti berhasil..
Yang saya ingat betul saat saya membeli TLKM karena saat itu saya melihat TLKM sudah turun banyak. Pada saat awal sesi I, TLKM memiliki antrian bid yang jauh lebih besar dibandingkan offernya. Di satu sisi, TLKM sedang diakumulasi oleh sekuritas asing dalam jumlah yang cukup besar.
TLKM dibuka di harga 4.000 dan saya masuk TLKM di harga 4.010. Tidak lama kemudian, sesuai prediksi TLKM mengalami kenaikan hingga 4.130 dalam beberapa menit. Namun kemudian saya memutuskan untuk menjual TLKM di harga 4.110, dengan profit sekitar 2%, karena setelah saya lihat, jumlah bid yang mendominasi ini hanya terjadi sementara.
Dan benar saja, nggak lama kemudian TLKM balik turun lagi ke 3.990. Sekuritas asing yang awalnya memasang order bid yang besae mendadak 'hilang', dan mulai banyak yang memasang antrian jual (offer), sehingga perlahan tapi pasti harga bergerak turun.
Jadi, meskipun saya bisa profit di TLKM, tetapi kalau saya lengah sedikit saja alias nggak cepat jual, maka saham TLKM akan keburu turun lagi. Dalam banyak kasus, tidak sedikit saham2 yang dianalisa menggunakan TR justru meleset.
[Analisa TR ini sangat efektif digunakan untuk trading harian alias intraday trading. Cara lebih lanjut tentang praktik analisa tape reading, dan kombinasi analisa teknikal untuk mendapatkan saham2 yang bisa naik harian, anda bisa mendapatkan praktiknya disini: Ebook Intraday & One Day Trading Saham. ]
So sebelum anda memutuskan untuk trading menggunakan TR, ada baiknya anda mengetahui beberapa kelemahan strategi tape reading:
Yang saya ingat betul saat saya membeli TLKM karena saat itu saya melihat TLKM sudah turun banyak. Pada saat awal sesi I, TLKM memiliki antrian bid yang jauh lebih besar dibandingkan offernya. Di satu sisi, TLKM sedang diakumulasi oleh sekuritas asing dalam jumlah yang cukup besar.
TLKM dibuka di harga 4.000 dan saya masuk TLKM di harga 4.010. Tidak lama kemudian, sesuai prediksi TLKM mengalami kenaikan hingga 4.130 dalam beberapa menit. Namun kemudian saya memutuskan untuk menjual TLKM di harga 4.110, dengan profit sekitar 2%, karena setelah saya lihat, jumlah bid yang mendominasi ini hanya terjadi sementara.
Dan benar saja, nggak lama kemudian TLKM balik turun lagi ke 3.990. Sekuritas asing yang awalnya memasang order bid yang besae mendadak 'hilang', dan mulai banyak yang memasang antrian jual (offer), sehingga perlahan tapi pasti harga bergerak turun.
Jadi, meskipun saya bisa profit di TLKM, tetapi kalau saya lengah sedikit saja alias nggak cepat jual, maka saham TLKM akan keburu turun lagi. Dalam banyak kasus, tidak sedikit saham2 yang dianalisa menggunakan TR justru meleset.
[Analisa TR ini sangat efektif digunakan untuk trading harian alias intraday trading. Cara lebih lanjut tentang praktik analisa tape reading, dan kombinasi analisa teknikal untuk mendapatkan saham2 yang bisa naik harian, anda bisa mendapatkan praktiknya disini: Ebook Intraday & One Day Trading Saham. ]
So sebelum anda memutuskan untuk trading menggunakan TR, ada baiknya anda mengetahui beberapa kelemahan strategi tape reading:
1. Bid-offer terkadang menipu trader
Saya tidak menyarankan anda trading menggunakan TR pada saham lapis tiga yang tidak likuid. Tidak likuid disini maksudnya adalah saham-saham yang jumlah split (jumlah orang yang antri harga) sangat sedikit hanya 1-5 orang saja. Ini sangat berbahaya karena bid-offer seperti ini bisa menipu trader.
Di jam trading saya pernah mengamati saham ERTX. Saham ini kelihatannya cukup menarik karena harganya lagi naik 7%, dan jumah bid-nya sangat dominan dibandingkan jumlah offernya. Secara analisis, seharusnya ERTX akan naik lebih tinggi karena tekanan belinya sangat kuat. Berikut bid-offer ERTX yang pernah saya amati.
Hati-hati jika menemukan antrian seperti ini dengan split yang sedikit. Antrian seperti ini memang sengaja menjebak trader, dengan membuat kesan seolah-olah harga sahamnya akan diangkat naik. Bandar menjebak dengan cara memasang bid yang jauh lebih tinggi dibandingkan offer.
Ketika para trader ritel sudah mulai banyak yang masuk, dan harga saham mulai naik karena "dibantu" oleh para ritel tadi, bandar akan langsung mencabut / withdraw seluruh order bid-nya, sehingga harga sahamnya langsung anjlok dalam hitungan detik. Antrian harga ERTX dengan cepat berubah. Harga 163,162,161,160,159,158 langsung hilang dan turun menjadi 151.
Hal ini sebenarnya bukan hanya terjadi pada saham2 lapis tiga yang kurang likuid, tetapi saham2 lapis dua dan satu pun bisa mengalami hal yang sama. Hanya bedanya, pada saham2 lapis satu dan dua, dinamika harganya tidak secepat saham lapis tiga.
Seperti contoh TLKM tadi. Secara analisis TR, TLKM memang sangat bagus untuk beli, dan seharusnya harganya bisa naik lebih tinggi. Namun faktanya, antrian bid yang dipasang oleh sekuritas asing ternyata hanya bertujuan untuk menipu trader ritel, setelah harga saham naik sedikit, asing langsung pada jual.
Bagi anda yang belum terbiasa melihat keadaan seperti ini, dan anda berpikir harga saham akan naik terus, kemungkinan saham anda justru akan berbalik turun dengan cepat jika anda tidak segera take profit.
Saya tidak menyarankan anda trading menggunakan TR pada saham lapis tiga yang tidak likuid. Tidak likuid disini maksudnya adalah saham-saham yang jumlah split (jumlah orang yang antri harga) sangat sedikit hanya 1-5 orang saja. Ini sangat berbahaya karena bid-offer seperti ini bisa menipu trader.
Di jam trading saya pernah mengamati saham ERTX. Saham ini kelihatannya cukup menarik karena harganya lagi naik 7%, dan jumah bid-nya sangat dominan dibandingkan jumlah offernya. Secara analisis, seharusnya ERTX akan naik lebih tinggi karena tekanan belinya sangat kuat. Berikut bid-offer ERTX yang pernah saya amati.
Hati-hati jika menemukan antrian seperti ini dengan split yang sedikit. Antrian seperti ini memang sengaja menjebak trader, dengan membuat kesan seolah-olah harga sahamnya akan diangkat naik. Bandar menjebak dengan cara memasang bid yang jauh lebih tinggi dibandingkan offer.
Ketika para trader ritel sudah mulai banyak yang masuk, dan harga saham mulai naik karena "dibantu" oleh para ritel tadi, bandar akan langsung mencabut / withdraw seluruh order bid-nya, sehingga harga sahamnya langsung anjlok dalam hitungan detik. Antrian harga ERTX dengan cepat berubah. Harga 163,162,161,160,159,158 langsung hilang dan turun menjadi 151.
Hal ini sebenarnya bukan hanya terjadi pada saham2 lapis tiga yang kurang likuid, tetapi saham2 lapis dua dan satu pun bisa mengalami hal yang sama. Hanya bedanya, pada saham2 lapis satu dan dua, dinamika harganya tidak secepat saham lapis tiga.
Seperti contoh TLKM tadi. Secara analisis TR, TLKM memang sangat bagus untuk beli, dan seharusnya harganya bisa naik lebih tinggi. Namun faktanya, antrian bid yang dipasang oleh sekuritas asing ternyata hanya bertujuan untuk menipu trader ritel, setelah harga saham naik sedikit, asing langsung pada jual.
Bagi anda yang belum terbiasa melihat keadaan seperti ini, dan anda berpikir harga saham akan naik terus, kemungkinan saham anda justru akan berbalik turun dengan cepat jika anda tidak segera take profit.
2. Sulit diterapkan jika kekuatan bid dan offer berimbang
Seperti yang saya jelaskan di Part I, kita bisa mengeksekusi buy dan sell analisis dengan teknik TR jika bid dominan atau offer yang dominan. Namun, jika posisi bid dan offer cenderung seimbang, eksekusi ini akan jadi membingungkan.
Atau jika awalnya bid lebih kuat dari offer, tetapi kemudian jumlah bid berkurang banyak, atau jumlah offer meningkat tajam, sehingga bid-offer seimbang, maka eksekusi akan lebih sulit dilakukan. Artinya, metode TR ini terkadang kurang fleksibel, karena dalam praktikknya banyak saham yang bid-offernya cenderung seimbang.
Seperti yang saya jelaskan di Part I, kita bisa mengeksekusi buy dan sell analisis dengan teknik TR jika bid dominan atau offer yang dominan. Namun, jika posisi bid dan offer cenderung seimbang, eksekusi ini akan jadi membingungkan.
Atau jika awalnya bid lebih kuat dari offer, tetapi kemudian jumlah bid berkurang banyak, atau jumlah offer meningkat tajam, sehingga bid-offer seimbang, maka eksekusi akan lebih sulit dilakukan. Artinya, metode TR ini terkadang kurang fleksibel, karena dalam praktikknya banyak saham yang bid-offernya cenderung seimbang.
3. Mudah berubah sewaktu-waktu
Menerapkan strategi TR artinya anda tidak bisa menyimpan saham terlalu lama, karena dinamika di pasar saham sangat cepat. Saham yang awalnya terlihat dominan di posisi bid, beberapa menit kemudian sangat mungkin yang terjadi adalah sebaliknya. Jadi, analisis TR ini bisa meleset seketika pada saat dinamika pasar berubah dengan cepat.
Jadi, gimana cara menerapkan strategi TR yang lebih akurat? Atau lebih tepatnya, gimana cara menerapkan strategi TR, agar tetap aman bagi psikologis trader? Mau tahu jawabannya? Silahkan baca jawabannya di Part III: Teknik Analisa Tape Reading Saham - Bagian III.
Terima kasih untuk share ilmunya, Pak.
ReplyDeleteSama-sama pak
Delete