Belum lama ini saya menerima pertanyaan dari seorang trader tentang cara melakukan averaging down di saham. Kira-kira isi pertanyaannya seperti ini:
"Pak Heze, saya kapan hari baca artikelnya Pak Heze tentang averaging down disini Mana yang Boleh: Averaging Up atau Averaging Down? Pak Heze mengatakan bahwa averaging down memang tidak disarankan, tetapi dalam beberapa kasus kita boleh melakukan averaging down jika kita memiliki dasar yang kuat. Dasar yang kuat itu yang seperti apa Pak? Boleh di share pengalamannya?"
Ini adalah pertanyaan bagus, dan saya juga mengucapkan terima kasih pada rekan-rekan yang aktif memberikan pertanyaan2 bagus seperti ini. Apalagi anda yang teliti membaca pos demi pos yang sering saya terbitkan tentang strategi trading.
Oke cukup curhatnya.. Jadi sebenarnya averaging down itu cukup berisiko, karena anda menambah porsi saham saat harganya turun.
Let say anda beli saham ASII di harga 7.000 sebanyak 10 lot. Nggak tahunya ASII turun sampai 6.950, dan anda memutuskan beli lagi di 6.950 sebanyak 10 lot. Artinya, harga rata2 anda sekarang adalah 6.975 alias lebih rendah, karena sebelumnya anda punya di harga 7.000.
Artinya anda tidak perlu menjual di harga terlalu tinggi untuk mendapatkan profit. Masalahnya sekarang, kalau harga saham ASII belum naik juga, tapi turun lagi ke 6.800, maka risiko loss / floating loss anda juga akan lebih besar, karena jumlah lot yang anda pegang bertambah banyak.
Kalau anda punya modal jumbo, tidak masalah anda mau averaging down lagi. Tapi gimana kalau modal anda kecil dan sangat terbatas? Ya kemungkinan besar saham anda akan nyangkut kalau harganya turun terus karena 'amunisi' anda juga udah habis kan?
Saya ingat tahun 2015 saat kondisi ekonomi global sedang buruk, banyak sekali trader yang mengeluh nyangkut dalam jumlah besar, karena melakukan averaging down terus. Dan tidak sedikit trader yang ujung2nya cut loss. Inilah alasan mengapa averaging down itu sangat berisiko.
Tapi karena di pos tersebut saya menuliskan "dalam beberapa kasus averaging down bisa dilakukan asal anda memiliki dasar yang kuat", maka itu artinya averaging down boleh-boleh saja anda lakukan.
Saya pribadi juga pernah melakukan averaging down, dan strategi averaging down ternyata tidaklah buruk. Artinya averaging down bukanlah sesuatu yang harus 100% anda hindari dalam trading. Tapi sekali lagi, averaging down haruslah dilakukan dengan cara yang benar.
Sedikit bercerita pengalaman pribadi, saya pernah membeli saham PWON di harga 610. Untuk dapat profit, paling tidak saya harus jual PWON di harga 620 (setelah dikurang fee).
Ternyata harga saham PWON turun sampai 590. Dan PWON turun lagi sampai 570. Saya kemudian melakukan averaging down sebanyak 2 kali di harga 565 dan 570.
Jadi harga rata2 PWON yang saya dapatkan di harga 580,33. Beberapa hari kemudian PWON rebound sampai 595, dan saya bisa menjual profit PWON di 595. Jadi dengan averaging down yang saya lakukan, saya tidak perlu nunggu PWON naik ke 620, tapi saat PWON sudah di 595, saya sudah bisa menjual profit.
"Terus gimana melakukan averaging down saham yang benar?"
Syarat pertama, averaging down tidak boleh anda lakukan dalam keadaan emosi dan panik. Ingat, averaging down itu cukup berisiko. Saat pikiran anda dalam keadaan emosi, takut harga saham turun lagi, hal ini akan membuat anda tidak bisa berpikir dengan baik.
Akhirnya averaging down dilakukan dengan cara yang salah, dengan terus menerus membeli saham sampai modal habis, padahal harga saham masih turun terus.
Kedua, averaging down sebaiknya anda lakukan di saham yang anda yakin dengan kemampuan rebound saham tersebut. Hal ini bisa anda amati dari titik2 support tiap saham dan pola candlesticknya. Saham2 yang sudah tertahan di support, disitulah anda bisa mulai melakukan averaging down.
Untuk hal ini, memang dibutuhkan jam terbang trading yang lebih tinggi. Semakin pengalaman anda, anda akan lebih tahu kapan waktunya averaging down dan kapan tidak bisa averaging down.
Hal ini sama ketika trader bertanya pada saya: "Bung Heze gimana cara kita melihat pasar saham saat itu ramai atau sepi? Apakah dari running tradenya?"
Saya tidak melihat pasar saham ramai atau sepi dari running trade, tetapi dari pergerakan bid-offer saham2 yang biasa saya amati, disitu sudah dapat menggambarkan pasar lagi sepi atau ramai. Kok bisa tahu? Ya karena saya mengamati pasar saham setiap hari. Jadi, faktor jam terbang trading akan menentukan seberapa besar kemampuan anda untuk mengambil keputusan, termasuk dalam konteks ini adalah averaging down.
Ketiga, averaging down tidak saya sarankan pada saham-saham lapis tiga alias saham gorengan, karena saham gorengan (sangat) berbahaya. Pengalaman saya, saya beberapa kali melakukan averaging down HANYA DI SAHAM LQ45 saja seperti PWON, BBRI, AKRA, BMRI dan lain2. Dan memang saham2 terbukti tidak lama kemudian berbalik rebound setelah menyentuh harga support tertentu.
Di pos ini anda sudah mendapatkan strategi penting averaging down saham: Kalau mau averaging down jangan berada dalam keadaan panik / fear / greed, averaging down saat saham turun di harga support, averaging down di saham2 yang likuid dan anda yakini saja.
Kemudian anda bertanya lagi: "Apakah kita harus punya modal besar untuk averaging down Pak Heze?"
Harus saya akui besar kecilnya modal sangat berpengaruh. Kalau nggak percaya, anda bisa baca-baca lagi tentang kisah Lo Kheng Hong yang averaging down di saham PTRO: Lo Kheng Hong dan Cara Profit dari Saham PTRO - Part II.
Intinya, dengan modal yang lebih besar, anda punya kekuatan yang lebih untuk averaging down. Kalau nggak punya modal besar?
Ya tidak perlu memaksakan. Lama-kelamaan saat modal anda bertambah, anda akan memiliki kemampuan yang lebih besar untuk averaging down, dan harus dengan cara yang benar juga tentunya.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.