Salah satu analisis keuangan yang bisa anda gunakan untuk melakukan analisis fundamental adalah rasio margin laba bersih atau sering disebut sebagai net profit margin (NPM). Net profit margin (NPM) adalah rasio untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari penjualannya.
Rasio NPM membandingkan antara laba bersih dengan penjualan bersih. Berikut adalah rumus NPM:
NPM dapat mencerminkan seberapa efektif perusahaan meminimalkan beban-beban operasionalnya. Mengapa? Karena besar kecilnya laba bersih yang mampu diperoleh dari penjualan sangat dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan dalam menekan beban pokok penjualan, beban operasional, beban umum dan administrasi serta beban2 lainnya. Sebagai contoh, perhatikan laporan keuangan ASII dibawah ini.
Perhatikan, bahwa untuk mencapai laba bersih (laba tahun berjalan), maka perusahaan harus mengeluarkan beban-beban, yaitu beban pokok pendapatan (seluruh biaya yang harus dikeluarkan untuk menghasilkan produk), beban penjualan, beban umum dan administrasi (beban2 operasional, gaji, beban pemasaran dan lain2), serta beban lain2 yang menjadi kewajiban perusahaan.
Jadi pendapatan bersih (dalam hal ini adalah penjualan bersih) bukanlah laba bersih, karena masih ada beban-beban yang harus dikeluarkan. Setelah pendapatan dikurangi dengan beban, barulah menghasilkan laba bersih.
Dengan kata lain, jika pendapatan bersih perusahaan besar, tapi perusahaan tidak mampu mengelola beban / pengeluarannya, maka hal tersebut akan berdampak pada penurunan laba bersih perusahaan. Yang artinya, perusahaan tersebut tetap saja dikatakan jelek dari sisi fundamentalnya, karena sesungguhnya yang harus menjadi fokus anda terhadap perusahaan (sebagai investor) bukan hanya omzetnya, tetapi laba bersih.
Rasio NPM yang bagus adalah NPM yang terus atau cenderung mengalami kenaikan tren dari tahun ke tahun. NPM yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan mampu menekan beban-beban penjualannya, sehingga meningkatkan laba bersih (Meningkatkan rasio NPM).
Sekarang kita akan masuk ke contoh cara menghitung NPM. Saya akan menggunakan contoh laporan keuangan PT Astra International Tbk (ASII). Perhatikan NPM ASII dibawah:
Pada perhitungan NPM ASII, tampak bahwa NPM ASII memiliki NPM yang selalu naik selama 3 tahun. NPM ASII awalnya adalah 8%, kemudian naik menjadi 10% dan meningkat lagi menjadi 11%.
Cara baca data NPM diatas kira-kira seperti ini: Penjualan perusahaan yang mampu diubah menjadi laba bersih adalah sebesar 8%, dan meningkat menjadi 10% pada tahun berikutnya, meningkat lagi menjadi 11%. Atau, laba bersih perusahaan adalah 8%, 10% dan 11% dari penjualan bersih.
Interpretasi dan analisis NPM:
Kenaikan tren NPM ASII mengindikasikan bahwa ASII mampu mengubah penjualan menjadi laba bersih lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa ASII mampu menekan biaya-biayanya, seperti beban pokok penjualan, beban umum dan administrasi, beban keuangan dan beban2 lainnya, sehingga omzet perusahaan mampu memberikan kontribusi yang lebih besar terhaadap laba bersih.
Tidak sedikit perusahaan yang mampu mencetak penjualan yang tinggi, tetapi setelah dikurangi dengan beban-beban, laba bersih yang didapatkan tidak sesuai dengan harapan, sehingga disaat penjualan bersih meningkat, namun NPM-nya justru turun, karena perusahaan tidak mampu mengelola beban-bebannya dengan baik.
Oleh karena itu, NPM ini adalah rasio keuangan fundamental yang cukup penting bagi anda, terutama kalau anda mau memutuskan investasi saham, karena NPM bukan hanya melihat berapa besar penjualan, berapa besar laba bersih, tapi juga mengukur kemampuan perusahaan untuk mengelola beban.
Jadi dalam analisis fundamental, jangan hanya melihat penjualan bersih / omzet. Tapi coba anda bandingkan laba bersih dengan penjualan bersih. Kalau trennya naik, berarti perusahaan tersebut selain profitable, memiliki manajemen biaya yang baik. Tentunya, semakin besar laba bersih, nantinya anda bisa mendapatkan keuntungan-keuntungan dari perusahaan, seperti pembagian dividen yang lebih besar dan lain2.
Sebenarnya, selain menganalisis dari tren NPM, anda bisa menganalisis bagus tidaknya NPM dari perbandingan sektor sejenis. Jadi ASII misalnya. ASII masuk dalam sektor manufaktur di sub sektor otomotif.
Di mana sektor ini juga terdiri dari beberapa perusahaan yang usahanya sejenis dengan ASII seperti GJTL, AUTO, BRAM, GJTL dan lain2. Anda bisa membandingkan NPM ASII dengan emiten2 sejenis. Kalau NPM ASII / perusahaan yang anda analisis berada diatas rata2 industri, maka ASII adalah perusahaan profitable.
Rasio NPM membandingkan antara laba bersih dengan penjualan bersih. Berikut adalah rumus NPM:
NPM dapat mencerminkan seberapa efektif perusahaan meminimalkan beban-beban operasionalnya. Mengapa? Karena besar kecilnya laba bersih yang mampu diperoleh dari penjualan sangat dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan dalam menekan beban pokok penjualan, beban operasional, beban umum dan administrasi serta beban2 lainnya. Sebagai contoh, perhatikan laporan keuangan ASII dibawah ini.
Perhatikan, bahwa untuk mencapai laba bersih (laba tahun berjalan), maka perusahaan harus mengeluarkan beban-beban, yaitu beban pokok pendapatan (seluruh biaya yang harus dikeluarkan untuk menghasilkan produk), beban penjualan, beban umum dan administrasi (beban2 operasional, gaji, beban pemasaran dan lain2), serta beban lain2 yang menjadi kewajiban perusahaan.
Jadi pendapatan bersih (dalam hal ini adalah penjualan bersih) bukanlah laba bersih, karena masih ada beban-beban yang harus dikeluarkan. Setelah pendapatan dikurangi dengan beban, barulah menghasilkan laba bersih.
Dengan kata lain, jika pendapatan bersih perusahaan besar, tapi perusahaan tidak mampu mengelola beban / pengeluarannya, maka hal tersebut akan berdampak pada penurunan laba bersih perusahaan. Yang artinya, perusahaan tersebut tetap saja dikatakan jelek dari sisi fundamentalnya, karena sesungguhnya yang harus menjadi fokus anda terhadap perusahaan (sebagai investor) bukan hanya omzetnya, tetapi laba bersih.
Rasio NPM yang bagus adalah NPM yang terus atau cenderung mengalami kenaikan tren dari tahun ke tahun. NPM yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan mampu menekan beban-beban penjualannya, sehingga meningkatkan laba bersih (Meningkatkan rasio NPM).
Sekarang kita akan masuk ke contoh cara menghitung NPM. Saya akan menggunakan contoh laporan keuangan PT Astra International Tbk (ASII). Perhatikan NPM ASII dibawah:
Pada perhitungan NPM ASII, tampak bahwa NPM ASII memiliki NPM yang selalu naik selama 3 tahun. NPM ASII awalnya adalah 8%, kemudian naik menjadi 10% dan meningkat lagi menjadi 11%.
Cara baca data NPM diatas kira-kira seperti ini: Penjualan perusahaan yang mampu diubah menjadi laba bersih adalah sebesar 8%, dan meningkat menjadi 10% pada tahun berikutnya, meningkat lagi menjadi 11%. Atau, laba bersih perusahaan adalah 8%, 10% dan 11% dari penjualan bersih.
Interpretasi dan analisis NPM:
Kenaikan tren NPM ASII mengindikasikan bahwa ASII mampu mengubah penjualan menjadi laba bersih lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa ASII mampu menekan biaya-biayanya, seperti beban pokok penjualan, beban umum dan administrasi, beban keuangan dan beban2 lainnya, sehingga omzet perusahaan mampu memberikan kontribusi yang lebih besar terhaadap laba bersih.
Tidak sedikit perusahaan yang mampu mencetak penjualan yang tinggi, tetapi setelah dikurangi dengan beban-beban, laba bersih yang didapatkan tidak sesuai dengan harapan, sehingga disaat penjualan bersih meningkat, namun NPM-nya justru turun, karena perusahaan tidak mampu mengelola beban-bebannya dengan baik.
Oleh karena itu, NPM ini adalah rasio keuangan fundamental yang cukup penting bagi anda, terutama kalau anda mau memutuskan investasi saham, karena NPM bukan hanya melihat berapa besar penjualan, berapa besar laba bersih, tapi juga mengukur kemampuan perusahaan untuk mengelola beban.
Jadi dalam analisis fundamental, jangan hanya melihat penjualan bersih / omzet. Tapi coba anda bandingkan laba bersih dengan penjualan bersih. Kalau trennya naik, berarti perusahaan tersebut selain profitable, memiliki manajemen biaya yang baik. Tentunya, semakin besar laba bersih, nantinya anda bisa mendapatkan keuntungan-keuntungan dari perusahaan, seperti pembagian dividen yang lebih besar dan lain2.
Sebenarnya, selain menganalisis dari tren NPM, anda bisa menganalisis bagus tidaknya NPM dari perbandingan sektor sejenis. Jadi ASII misalnya. ASII masuk dalam sektor manufaktur di sub sektor otomotif.
Di mana sektor ini juga terdiri dari beberapa perusahaan yang usahanya sejenis dengan ASII seperti GJTL, AUTO, BRAM, GJTL dan lain2. Anda bisa membandingkan NPM ASII dengan emiten2 sejenis. Kalau NPM ASII / perusahaan yang anda analisis berada diatas rata2 industri, maka ASII adalah perusahaan profitable.
Pagi pak.
ReplyDeleteUntuk menghitung NPM apakah menggunakan laba tahun berjalan atau laba komprehensif tahun berjalan?
Mohon pencerahannya, karena setelah laba tahun berjalan biasanya ada remeasurement lagi untuk beberapa item.
Selamat pagi..
ReplyDeleteNPM lebih akurat jika dihitung menggunakan laba bersih tahun berjalan (setelah pajak). Karena komponen penambah dan pengurang laba bersih tahun berjalan sudah menggambarkan aktivitas operasional perusahaan.
Sedangkan laba komprehensif ditambah / dikurangkan dengan item2 diluar aktivitas operasional, dan tidak direklasifikasi ke LR periode setelahnya.
Jadi, kalau mau membandingkan sales, lebih akurat jika dibandingkan dengan laba bersih tahun berjalan setelah pajak.