Saham yang harganya sudah mahal atau tinggi secara analisa fundamental adalah saham2 yang punya potensi turun atau stagnan (sideways atau hanya menguat terbatas).
Bagaimana cara mengetahui suatu saham harganya sudah overvalued atau belum? Di pos sebelumnya: Cara Mengetahui Saham yang Undervalue (Valuasi Saham), kita sudah membahas tentang cara menganalisa saham2 yang harganya murah secara analisa fundamental (undervalue).
Jadi di pos ini kita akan melakukan analisa sebaliknya, yaitu menentukan saham-saham yang overvalued. Menentukan saham2 yang overalued bisa dilakukan menggunakan analisis Price Earning Ratio (PER) dan Price to Book Value (PBV).
Rumus dan analisa PER & PBV bisa anda baca kembali pada tulisan saya disini: Analisis Fundamental Saham: Price Earning Ratio (PER) dan Analisis Fundamental Saham: Price to Book Value.
Seperti pos sebelumnya (mencari saham undervalue), kita akan menggunakan contoh yang sama yaitu menggunakan analisa PER untuk mencari saham2 overvalue. Kita akan menggunakan contoh emiten di sektor FINANCE, sub sektor perbankan.
Kita menggunakan contoh laporan keuangan Q1/2019 dan datanya kita setahunkan. Berikut perhitungan PER untuk saham2 di sub sektor perbankan.
Catatan: Saham2 yang EPS minus, dan saham2 yang tidak bergerak kita buang dari perhitungan PER, agar hasil valuasinya lebih akurat. Dari olah data, kita menemukan 25 saham perbankan yang bisa kita lihat valuasinya.
Dari data diatas, rata-rata PER industri perbankan adalah sebesar 64 kali. Saham2 perbankan yang PER-nya berada diatas2 / mendekati rata2 industrinya, dapat dikatakan sudah overvalued atau kemahalan,
Saham2 yang berada diatas rata2 industrinya adalah saham BINA (930 kali), BTPN (142 kali), DNAR (94 kali) dan PNBS (59 kali) yang PER-nya mendekati rata2 industri.
Untuk menentukan saham2 yang overvalue, anda bisa menyaring kembali. Anda bisa menentukan saham2 yang PER-nya jauh lebih mahal dibandingkan saham2 yang PER-nya lagi murah saat itu.
Pada tabel diatas, kita temukan saham2 yang PER-nya lumayan tinggi yaitu saham AGRO (32 kali), BABP (50 kali), BBCA (31 kali), BRIS (28 kali), BTPS (23 kali), MCOR (29 kali).
Saham Overvalued |
Dari data diatas, rata-rata PER industri perbankan adalah sebesar 64 kali. Saham2 perbankan yang PER-nya berada diatas2 / mendekati rata2 industrinya, dapat dikatakan sudah overvalued atau kemahalan,
Saham2 yang berada diatas rata2 industrinya adalah saham BINA (930 kali), BTPN (142 kali), DNAR (94 kali) dan PNBS (59 kali) yang PER-nya mendekati rata2 industri.
Untuk menentukan saham2 yang overvalue, anda bisa menyaring kembali. Anda bisa menentukan saham2 yang PER-nya jauh lebih mahal dibandingkan saham2 yang PER-nya lagi murah saat itu.
Pada tabel diatas, kita temukan saham2 yang PER-nya lumayan tinggi yaitu saham AGRO (32 kali), BABP (50 kali), BBCA (31 kali), BRIS (28 kali), BTPS (23 kali), MCOR (29 kali).
Kenapa dikatakan PER-nya lumayan tinggi? Hal ini karena kalau kita bandingkan, ada banyak saham yang PER-nya jauh lebih rendah, misalnya BBTN (9 kali), BBNI (11 kali), BJBR (9 kali), BJTM (6 kali), BNGA (7 kali) dan lain2.
Maka saham2 yang PER-nya diatas itu, atau bahkan diatas 20 kali, bisa dikatakan sebagai saham yang lagi overvalued, meskipun mungkin saham2 tersebut masih berada dibawah rata-rata industrinya.
Jadi untuk menentukan saham2 yang sudah overvalue, anda bisa menggunakan dua cara itu tadi, yaitu: Melihat saham2 yang berada diatas rata2 PER industri. Kedua, menyaring lagi saham2 yang PER-nya cenderung tinggi / perbandingan PER-nya terlalu jauh jika dibandingkan dengan saham2 yang PER-nya rendah di satu sub sektor.
Saham2 yang overvalued memang bukan jaminan bahwa saham tersebut nggak akan naik lagi. Anda mungkin pernah menemukan saham2 yang secara PER sudah tinggi, tetapi sahamnya masih naik terus. Contohnya yang pernah terjadi pada saham UNVR.
Tapi memang saham2 yang sudah overvalue, apalagi kalau grafiknya sudah sulit naik. Jadi penting juga bagi anda untuk menganalisa saham2 yang lagi overvalue, terutama untuk anda fundamentalist.
Saham overvalued bisa anda jadikan sebagai pilihan saham (tunggu PER-nya murah baru dibeli), namun analisa2 anda juga harus didukung dengan analisa fundamental (kinerja) dan likuiditas saham.
Maka saham2 yang PER-nya diatas itu, atau bahkan diatas 20 kali, bisa dikatakan sebagai saham yang lagi overvalued, meskipun mungkin saham2 tersebut masih berada dibawah rata-rata industrinya.
Jadi untuk menentukan saham2 yang sudah overvalue, anda bisa menggunakan dua cara itu tadi, yaitu: Melihat saham2 yang berada diatas rata2 PER industri. Kedua, menyaring lagi saham2 yang PER-nya cenderung tinggi / perbandingan PER-nya terlalu jauh jika dibandingkan dengan saham2 yang PER-nya rendah di satu sub sektor.
Saham2 yang overvalued memang bukan jaminan bahwa saham tersebut nggak akan naik lagi. Anda mungkin pernah menemukan saham2 yang secara PER sudah tinggi, tetapi sahamnya masih naik terus. Contohnya yang pernah terjadi pada saham UNVR.
Tapi memang saham2 yang sudah overvalue, apalagi kalau grafiknya sudah sulit naik. Jadi penting juga bagi anda untuk menganalisa saham2 yang lagi overvalue, terutama untuk anda fundamentalist.
Saham overvalued bisa anda jadikan sebagai pilihan saham (tunggu PER-nya murah baru dibeli), namun analisa2 anda juga harus didukung dengan analisa fundamental (kinerja) dan likuiditas saham.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.