Beberapa waktu lalu, saya dapat pertanyaan yang cukup menarik dari rekan trader saham melalui email. Pertanyaannya sebagai berikut:
"Apa kegunaan analisa teknikal? Bukankah setiap saham itu ada bandarnya? Bandar punya peran untuk gerakkan harga saham sesuka hati jadi trader ritel seringkali dipermainkan oleh bandar".
Saya setuju bahwa setiap saham ada bandarnya. Setiap saham ada 'pemain besar' yang berperan menggerakkan harga saham. Itulah mengapa harga saham menjadi lebih likuid, lebih mudah naik dan turun.
Selama ini bandar saham lebih sering dikaitkan dengan saham-saham gorengan, karena di saham gorengan, bandar seringkali 'mempermainkan' harga, dan tidak sedikit trader ritel yang terjebak di saham2 gorengan. Pelajari juga: Kenali Saham Gorengan di Indonesia & Daftar & Contoh Saham Gorengan.
Namun, sebenarnya semua saham ada bandarnya. Saham-saham blue chip ada bandarnya. Saham second liner ada bandarnya.
Kemudian anda bertanya lagi: "Bung Heze kalau saham itu digerakkan bandar, kan trader ritel jadi mudah tertipu dengan pergerakan bandar? Atau bagaimana kalau kita mengikuti saja kemauan bandar saham saja? Kalau bandar beli kita ikut beli. Kalau bandar jual, kita ikut jual."
Mengikuti kemauan bandar juga tidak semudah yang anda pikirkan. Banyak sekali trader yang mencoba mengikuti pergerakan bandar. Ketika ada akumulasi besar di saham tertentu, trader ikut beli saham dalam jumlah besar dengan asumsi harganya akan diangkat.
Sayangnya, bandar saham itu bukan trader sembarangan. Bandar punya modal besar. Bandar umumnya juga bekerja dalam tim dan kemungkinan besar mereka lebih pengalaman daripada trader ritel.
Bandar saham tidak dengan mudah memasang harga saham yang mudah ditebak oleh para trader, yang bisa anda ikuti semudah membalikkan telapak tangan.
Seringkali terjadi, akumulasi bandar hanya sebagai tipuan, di mana setelah terlihat ada akumulasi, bandar kembali menjual sahamnya, sehingga harganya tidak naik seperti yang diharapkan.
Jadi di dalam trading saham, saya menyarankan pada anda untuk TIDAK FOKUS PADA BANDAR SAHAM. Fokuslah pada saham-saham apa yang menguntungkan, yang bisa anda beli tanpa perlu melakukan gambling.
Kalau anda fokus pada bandar, percayalah anda bakalan capek sendiri. Memantau gerak-gerik bandar membutuhkan analisa dan waktu yang tidak sedikit. Apalagi kalau anda adalah pekerja full time, terus memantau pergerakan bandar terlalu membuang waktu anda.
Terus gimana supaya kita tidak terkena jebakan bandar terus?
Supaya anda tidak dipermainkan bandar alias jadi korban bandar saham, tips-nya anda bisa memilih saham-saham di mana PERAN BANDAR TIDAK TERLALU BESAR di saham tersebut. Saham-saham apakah itu?
Jawabannya saham-saham yang likuid, yaitu saham lapis satu (blue chip) atau saham lapis dua. Contohnya seperti saham-saham di indeks LQ45 atau indeks IDX80. Yap, saham2 tersebut adalah contoh saham2 di mana peran bandar saham tidak terlalu besar untuk mempermainkan harga. Kok bisa?
Seperti yang kita bahas tadi, bandar saham lebih banyak di-korelasikan dengan saham gorengan.
"Saham gorengan pasti banyak bandarnya tuh"
"Saham gorengan A turun 20%, bandarnya lagi buang barang"
Hal ini karena saham gorengan adalah saham2 yang pergerakannya sangat tidak likuid, harga sahamnya relatif rendah dan jumlah saham beredar juga kecil. Semakin tidak likuid suatu saham, peran bandar untuk menggerakkan harga semakin mudah.
Bandar saham tidak membutuhkan modal terlalu besar, dan perlawanan bid offer yang tinggi dari trader ritel untuk 'menggoreng' suatu saham. Itulah kenapa saham2 gorengan harganya mudah naik turun dengan cepat dalam waktu singkat.
Sedangkan di saham2 likuid, peran bandar untuk mengangkat harga pun ada. Namun peran bandar tidak sekuat di saham2 gorengan, karena pada saham likuid, banyak trader ritel yang mentradingkan sahamnya.
Sehingga, akan lebih banyak permintaan dan penawaran harga yang terbentuk. Inilah yang membuat saham2 likuid pergerakan harganya jadi lebih stabil, karena ada banyak bid offer, sehingga mekanisme harga saham dapat lebih tercermin dari ANALISA TEKNIKAL.
Saham-saham yang likuid, lebih mudah dianalisa, baik dengan analisa teknikal (chart), bid offer maupun dikombinasikan dengan analisa market.
Hal ini sering terjadi di pasar saham. Kalau saham likuid sudah benar-benar murah / diskon, mayoritas pelaku pasar, baik trader maupun bandar akan memiliki pikiran yang: Saatnya saham dibeli. Nah, kalau pembeli (permintaan) dominan, maka harga saham akan cenderung naik. Pelajari juga: Full Praktik Menemukan Saham Diskon & Murah.
Sehingga, anda juga lebih mudah mengambil momentum dan mendapatkan profit di saham2 likuid, serta meminimalkan jebakan bandar.
Tetapi kalau anda trading di saham-saham yang nggak jelas arah dan polanya, anda akan cenderung lebih sulit menemukan momentum2 bagus seperti ini, karena harga saham lebih banyak digerakkan bandar.
Itulah mengapa banyak trader ritel yang mengeluhkan saham nyangkut setelah terkena 'jebakan batman' karena trader membeli saham-saham yang nggak jelas.
Kesimpulannya, bandar saham itu ada di semua saham. Saham yang tidak likuid sampai saham blue chip pun ada bandarnya. Saran saya, jangan fokus pada bandar. Jangan terlalu mengikuti bandar. Anda akan capek sendiri.
Fokuslah untuk mencari saham-saham yang layak ditradingkan, yang bisa anda analisa dengan analisa teknikal, dan dapat menghasilkan profit lebih konsisten.
"Apa kegunaan analisa teknikal? Bukankah setiap saham itu ada bandarnya? Bandar punya peran untuk gerakkan harga saham sesuka hati jadi trader ritel seringkali dipermainkan oleh bandar".
Saya setuju bahwa setiap saham ada bandarnya. Setiap saham ada 'pemain besar' yang berperan menggerakkan harga saham. Itulah mengapa harga saham menjadi lebih likuid, lebih mudah naik dan turun.
Selama ini bandar saham lebih sering dikaitkan dengan saham-saham gorengan, karena di saham gorengan, bandar seringkali 'mempermainkan' harga, dan tidak sedikit trader ritel yang terjebak di saham2 gorengan. Pelajari juga: Kenali Saham Gorengan di Indonesia & Daftar & Contoh Saham Gorengan.
Namun, sebenarnya semua saham ada bandarnya. Saham-saham blue chip ada bandarnya. Saham second liner ada bandarnya.
Kemudian anda bertanya lagi: "Bung Heze kalau saham itu digerakkan bandar, kan trader ritel jadi mudah tertipu dengan pergerakan bandar? Atau bagaimana kalau kita mengikuti saja kemauan bandar saham saja? Kalau bandar beli kita ikut beli. Kalau bandar jual, kita ikut jual."
Mengikuti kemauan bandar juga tidak semudah yang anda pikirkan. Banyak sekali trader yang mencoba mengikuti pergerakan bandar. Ketika ada akumulasi besar di saham tertentu, trader ikut beli saham dalam jumlah besar dengan asumsi harganya akan diangkat.
Sayangnya, bandar saham itu bukan trader sembarangan. Bandar punya modal besar. Bandar umumnya juga bekerja dalam tim dan kemungkinan besar mereka lebih pengalaman daripada trader ritel.
Bandar saham tidak dengan mudah memasang harga saham yang mudah ditebak oleh para trader, yang bisa anda ikuti semudah membalikkan telapak tangan.
Seringkali terjadi, akumulasi bandar hanya sebagai tipuan, di mana setelah terlihat ada akumulasi, bandar kembali menjual sahamnya, sehingga harganya tidak naik seperti yang diharapkan.
Jadi di dalam trading saham, saya menyarankan pada anda untuk TIDAK FOKUS PADA BANDAR SAHAM. Fokuslah pada saham-saham apa yang menguntungkan, yang bisa anda beli tanpa perlu melakukan gambling.
Kalau anda fokus pada bandar, percayalah anda bakalan capek sendiri. Memantau gerak-gerik bandar membutuhkan analisa dan waktu yang tidak sedikit. Apalagi kalau anda adalah pekerja full time, terus memantau pergerakan bandar terlalu membuang waktu anda.
Terus gimana supaya kita tidak terkena jebakan bandar terus?
Supaya anda tidak dipermainkan bandar alias jadi korban bandar saham, tips-nya anda bisa memilih saham-saham di mana PERAN BANDAR TIDAK TERLALU BESAR di saham tersebut. Saham-saham apakah itu?
Jawabannya saham-saham yang likuid, yaitu saham lapis satu (blue chip) atau saham lapis dua. Contohnya seperti saham-saham di indeks LQ45 atau indeks IDX80. Yap, saham2 tersebut adalah contoh saham2 di mana peran bandar saham tidak terlalu besar untuk mempermainkan harga. Kok bisa?
Seperti yang kita bahas tadi, bandar saham lebih banyak di-korelasikan dengan saham gorengan.
"Saham gorengan pasti banyak bandarnya tuh"
"Saham gorengan A turun 20%, bandarnya lagi buang barang"
Hal ini karena saham gorengan adalah saham2 yang pergerakannya sangat tidak likuid, harga sahamnya relatif rendah dan jumlah saham beredar juga kecil. Semakin tidak likuid suatu saham, peran bandar untuk menggerakkan harga semakin mudah.
Bandar saham tidak membutuhkan modal terlalu besar, dan perlawanan bid offer yang tinggi dari trader ritel untuk 'menggoreng' suatu saham. Itulah kenapa saham2 gorengan harganya mudah naik turun dengan cepat dalam waktu singkat.
Sedangkan di saham2 likuid, peran bandar untuk mengangkat harga pun ada. Namun peran bandar tidak sekuat di saham2 gorengan, karena pada saham likuid, banyak trader ritel yang mentradingkan sahamnya.
Sehingga, akan lebih banyak permintaan dan penawaran harga yang terbentuk. Inilah yang membuat saham2 likuid pergerakan harganya jadi lebih stabil, karena ada banyak bid offer, sehingga mekanisme harga saham dapat lebih tercermin dari ANALISA TEKNIKAL.
Saham-saham yang likuid, lebih mudah dianalisa, baik dengan analisa teknikal (chart), bid offer maupun dikombinasikan dengan analisa market.
Hal ini sering terjadi di pasar saham. Kalau saham likuid sudah benar-benar murah / diskon, mayoritas pelaku pasar, baik trader maupun bandar akan memiliki pikiran yang: Saatnya saham dibeli. Nah, kalau pembeli (permintaan) dominan, maka harga saham akan cenderung naik. Pelajari juga: Full Praktik Menemukan Saham Diskon & Murah.
Sehingga, anda juga lebih mudah mengambil momentum dan mendapatkan profit di saham2 likuid, serta meminimalkan jebakan bandar.
Tetapi kalau anda trading di saham-saham yang nggak jelas arah dan polanya, anda akan cenderung lebih sulit menemukan momentum2 bagus seperti ini, karena harga saham lebih banyak digerakkan bandar.
Itulah mengapa banyak trader ritel yang mengeluhkan saham nyangkut setelah terkena 'jebakan batman' karena trader membeli saham-saham yang nggak jelas.
Kesimpulannya, bandar saham itu ada di semua saham. Saham yang tidak likuid sampai saham blue chip pun ada bandarnya. Saran saya, jangan fokus pada bandar. Jangan terlalu mengikuti bandar. Anda akan capek sendiri.
Fokuslah untuk mencari saham-saham yang layak ditradingkan, yang bisa anda analisa dengan analisa teknikal, dan dapat menghasilkan profit lebih konsisten.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.