Anda yang hobi baca-baca analisis fundamental, terutama rasio keuangan. Selama ini kita mengenal rasi-rasio keuangan yang umum dipakai seperti PER, EPS, ROA, ROE, CR dan lain-lain. Bahkan ukuran2 rasio seperti PER, PBV, ROE, EPS sering dijadikan tolok ukur untuk prediksi harga saham di masa mendatang.
Namun kalau anda perhatikan pada laporan keuangan perbankan secara lebih detail, emiten2 bank memiliki struktur laporan keuangan yang sedikit berbeda dengan perusahaan2 lain. Dengan demikian, perusahaan bank juga memiliki beberapa ukuran rasio keuangan yang sedikit berbeda dengan perusahaan2 umumnya.
Ada beberapa rasio keuangan bank penting yang perlu anda perhatikan jika anda sering menganalisis laporan keuangan perbankan. Kita langsung saja bahas.
1. Non Performing Loan (NPL)
NPL adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar perbandingan kredit macet dengan total kredit yang diberikan kepada debitur. NPL sangat penting bagi bank karena salah satu kegiatan utama bank adalah menyalurkan kredit pada masyarakat.
Nah, kalau banyak sekali nasabah yang tidak mampu mengembalikan pinjamannya kepada bank alias kredit macet, hal ini bisa memperburuk likuiditas perbankan. Maka dari itu, kalau ada perbankan yang NPL-nya tinggi sekali, maka anda harus menghindari saham tersebut, terutama kalau anda investor.
NPL bank yang tinggi menunjukkan bahwa perbankan tidak mampu menyeleksi nasabah yang memiliki track record yang baik, sehingga risiko kredit macet bank bertambah besar.
Kalau anda ingin tahu bagaimana cara mendapatkan nilai NPL, dan kredit macet bank itu yang seperti apa, anda bisa baca tulisan saya disini: Cara Menghitung Non Performing Loan (NPL) pada Laporan Keuangan Bank.
2. Capital Adequacy Ratio (CAR)
CAR biasa disebut dengan rasio kecukupan modal bank. Intinya, digunakan untuk melihat seberapa besar perbandingan modal bersih bank dibandingkan dengan total aset tertimbang menurut risiko (ATMR).
ATMR merupakan aset perusahaan setelah dikurangi dengan unsur faktor risiko, faktor operasional yang berpotensi mengurangi aset atau ekuitas perusahaan. CAR yang bagus adalah CAR yang semakin besar, karena CAR yang semakin besar menunjukkan bahwa perbankan memiliki modal yang semakin kuat untuk mengimbangi aset perusahaan.
Bank Indonesia (BI) sendiri menetapkan CAR perbankan minimal 8%. Jadi apabila ada bank yang CAR-nya mendekati atau dibawah 8%, maka bank tersebut akan terkena ancaman likuidasi, karena itu artinya modal bank tidak mencukupi.
Jika anda ingin tahu lebih banyak tentang CAR perbankan, anda bisa baca pos saya disini: Cara Menghitung Capital Adequacy Ratio (CAR) Bank.
3. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
BOPO merupakan ukuran profitabilitas perbankan. BOPO membandingkan beban operasional dibagi pendapatan operasional.
BOPO yang bagus adalah yang nilai rasionya semakin kecil. BOPO yang kecil mengindikasikan bahwa perusahaan mampu menekan beban operasionalnya dan meningkatkan pendapatan operasional, sehingga dari sisi profitabilitas, perbankan lebih bagus. Logikanya, kalau pendapatan lebih besar daripada beban, maka kinerja perusahaan semakin baik.
Untuk mengetahui BOPO lebih dalam, dan cara menghitung BOPO, anda bisa baca pos saya disini: Cara Menghitung Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).
4. Net Interest Margin (NIM)
Selain BOPO, ukuran profitabilitas bank lainnya adalah NIM. NIM membandingkan pendapatan bunga bank dengan aset produktif. Aset produktif adalah aset-aset bank yang mampu menghasilkan pendapatan bunga tersebut.
Nah, jika NIM perbankan semakin besar, artinya perusahaan mampu menghasilkan pendapatan bunga yang besar dari aset-aset produktifnya. Dengan kata lain, profitabilitas perbankan semakin baik, karena pendapatan bunga yang besar, akan berdampak pada laba perusahaan.
Mengenai cara menghitung NIM, interpetasi NIM dan memahami NIM perbankan lebih lanjut, anda bisa membaca pos saya disini: Rumus NIM dan Cara Menghitung NIM Bank.
5. Loan to Deposit Ratio (LDR)
LDR merupakan ukuran likuiditas perbankan. LDR membandingkan total kredit yang diberikan dengan total dana pihak ketiga (giro, tabungan, deposito) plus modal inti dan laba ditahan.
Kegunaan mengetahui LDR adalah untuk melihat seberapa besar modal yang dimiliki perusahaan mampu memberikan pinjaman kepada nasabah. Apabila LDR perusahaan besar, hal ini mengindikasikan perusahaan tidak memiliki modal yang cukup untuk memberikan kredit / menyediakan dana kepada debiturnya.
Jika anda ingin tahu lebih banyak tentang LDR, anda bisa baca pos saya disini: Rasio Bank: Rumus Loan to Deposit Ratio (LDR)
6. Loan to Asset Ratio (LAR)
LAR hampir mirip dengan LDR, namun pembaginya adalah total aset (kredit yang diberikan / total aset). LAR ini menunjukkan kemampuan perbankan dalam memenuhi permintaan kredit menggunakan aset bank. Untuk LAR, anda bisa melihat penjelasan dan contoh cara menghitugnya di laporan keuangan disini: Rasio Bank: Rumus Loan To Asset Ratio (LAR).
Itulah jenis-jenis rasio keuangan bank yang dapat digunakan untuk menilai fundamental perbankan. Sebenarnya masih ada banyak rasio, tetapi 6 rasio ini saya pikir sudah cukup mewakili anda untuk membaca kondisi likuiditas maupun profitabilitas bank.
Kalau anda sebagai trader, mungkin anda nggak terlalu butuh rasio-rasio ini. Tetapi, jika anda sering membaca berita tentang kinerja bank, anda pasti sering mendengar istilah2 seperti NPL, CAR, NIM, BOPO tersebut.
Jadi dengan mengetahui rasio2 tersebut, paling tidak anda bisa nyambung jika membaca berita ekonomi pasar modal tentang emiten perbankan.
Namun kalau anda perhatikan pada laporan keuangan perbankan secara lebih detail, emiten2 bank memiliki struktur laporan keuangan yang sedikit berbeda dengan perusahaan2 lain. Dengan demikian, perusahaan bank juga memiliki beberapa ukuran rasio keuangan yang sedikit berbeda dengan perusahaan2 umumnya.
Ada beberapa rasio keuangan bank penting yang perlu anda perhatikan jika anda sering menganalisis laporan keuangan perbankan. Kita langsung saja bahas.
1. Non Performing Loan (NPL)
NPL adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar perbandingan kredit macet dengan total kredit yang diberikan kepada debitur. NPL sangat penting bagi bank karena salah satu kegiatan utama bank adalah menyalurkan kredit pada masyarakat.
Nah, kalau banyak sekali nasabah yang tidak mampu mengembalikan pinjamannya kepada bank alias kredit macet, hal ini bisa memperburuk likuiditas perbankan. Maka dari itu, kalau ada perbankan yang NPL-nya tinggi sekali, maka anda harus menghindari saham tersebut, terutama kalau anda investor.
NPL bank yang tinggi menunjukkan bahwa perbankan tidak mampu menyeleksi nasabah yang memiliki track record yang baik, sehingga risiko kredit macet bank bertambah besar.
Kalau anda ingin tahu bagaimana cara mendapatkan nilai NPL, dan kredit macet bank itu yang seperti apa, anda bisa baca tulisan saya disini: Cara Menghitung Non Performing Loan (NPL) pada Laporan Keuangan Bank.
2. Capital Adequacy Ratio (CAR)
CAR biasa disebut dengan rasio kecukupan modal bank. Intinya, digunakan untuk melihat seberapa besar perbandingan modal bersih bank dibandingkan dengan total aset tertimbang menurut risiko (ATMR).
ATMR merupakan aset perusahaan setelah dikurangi dengan unsur faktor risiko, faktor operasional yang berpotensi mengurangi aset atau ekuitas perusahaan. CAR yang bagus adalah CAR yang semakin besar, karena CAR yang semakin besar menunjukkan bahwa perbankan memiliki modal yang semakin kuat untuk mengimbangi aset perusahaan.
Bank Indonesia (BI) sendiri menetapkan CAR perbankan minimal 8%. Jadi apabila ada bank yang CAR-nya mendekati atau dibawah 8%, maka bank tersebut akan terkena ancaman likuidasi, karena itu artinya modal bank tidak mencukupi.
Jika anda ingin tahu lebih banyak tentang CAR perbankan, anda bisa baca pos saya disini: Cara Menghitung Capital Adequacy Ratio (CAR) Bank.
3. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
BOPO merupakan ukuran profitabilitas perbankan. BOPO membandingkan beban operasional dibagi pendapatan operasional.
BOPO yang bagus adalah yang nilai rasionya semakin kecil. BOPO yang kecil mengindikasikan bahwa perusahaan mampu menekan beban operasionalnya dan meningkatkan pendapatan operasional, sehingga dari sisi profitabilitas, perbankan lebih bagus. Logikanya, kalau pendapatan lebih besar daripada beban, maka kinerja perusahaan semakin baik.
Untuk mengetahui BOPO lebih dalam, dan cara menghitung BOPO, anda bisa baca pos saya disini: Cara Menghitung Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).
4. Net Interest Margin (NIM)
Selain BOPO, ukuran profitabilitas bank lainnya adalah NIM. NIM membandingkan pendapatan bunga bank dengan aset produktif. Aset produktif adalah aset-aset bank yang mampu menghasilkan pendapatan bunga tersebut.
Nah, jika NIM perbankan semakin besar, artinya perusahaan mampu menghasilkan pendapatan bunga yang besar dari aset-aset produktifnya. Dengan kata lain, profitabilitas perbankan semakin baik, karena pendapatan bunga yang besar, akan berdampak pada laba perusahaan.
Mengenai cara menghitung NIM, interpetasi NIM dan memahami NIM perbankan lebih lanjut, anda bisa membaca pos saya disini: Rumus NIM dan Cara Menghitung NIM Bank.
5. Loan to Deposit Ratio (LDR)
LDR merupakan ukuran likuiditas perbankan. LDR membandingkan total kredit yang diberikan dengan total dana pihak ketiga (giro, tabungan, deposito) plus modal inti dan laba ditahan.
Kegunaan mengetahui LDR adalah untuk melihat seberapa besar modal yang dimiliki perusahaan mampu memberikan pinjaman kepada nasabah. Apabila LDR perusahaan besar, hal ini mengindikasikan perusahaan tidak memiliki modal yang cukup untuk memberikan kredit / menyediakan dana kepada debiturnya.
Jika anda ingin tahu lebih banyak tentang LDR, anda bisa baca pos saya disini: Rasio Bank: Rumus Loan to Deposit Ratio (LDR)
6. Loan to Asset Ratio (LAR)
LAR hampir mirip dengan LDR, namun pembaginya adalah total aset (kredit yang diberikan / total aset). LAR ini menunjukkan kemampuan perbankan dalam memenuhi permintaan kredit menggunakan aset bank. Untuk LAR, anda bisa melihat penjelasan dan contoh cara menghitugnya di laporan keuangan disini: Rasio Bank: Rumus Loan To Asset Ratio (LAR).
Itulah jenis-jenis rasio keuangan bank yang dapat digunakan untuk menilai fundamental perbankan. Sebenarnya masih ada banyak rasio, tetapi 6 rasio ini saya pikir sudah cukup mewakili anda untuk membaca kondisi likuiditas maupun profitabilitas bank.
Kalau anda sebagai trader, mungkin anda nggak terlalu butuh rasio-rasio ini. Tetapi, jika anda sering membaca berita tentang kinerja bank, anda pasti sering mendengar istilah2 seperti NPL, CAR, NIM, BOPO tersebut.
Jadi dengan mengetahui rasio2 tersebut, paling tidak anda bisa nyambung jika membaca berita ekonomi pasar modal tentang emiten perbankan.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.