Analisis tren adalah salah satu analisis yang sangat penting dalam trading saham, karena analisis tren merupakan cerminan psikologis pasar dalam trading saham. Harga saham historis yang ada dalam chart sebuah tren saham, bisa menggambarkan perilaku atau kecenderungan psikologis pasar.
Analisis tren yang dikombinasikan dengan indikator adalah analisa yang digunakan untuk mengetahui kapan teknikal suatu saham akan berada pada fase jenuh beli, dan kapan teknikal saham berada pada fase jenuh jual.
Anda yang belum terbiasa mengamati chart saham, ada baiknya anda mulai mengamati chart, dan mendalami makna dari setiap chart yang ada. Di pos ini, kita akan mempraktikannya.
Sekarang coba perhatikan dan analisalah grafik saham yang terbentuk dibawah ini:
Analisis tren yang dikombinasikan dengan indikator adalah analisa yang digunakan untuk mengetahui kapan teknikal suatu saham akan berada pada fase jenuh beli, dan kapan teknikal saham berada pada fase jenuh jual.
Anda yang belum terbiasa mengamati chart saham, ada baiknya anda mulai mengamati chart, dan mendalami makna dari setiap chart yang ada. Di pos ini, kita akan mempraktikannya.
Sekarang coba perhatikan dan analisalah grafik saham yang terbentuk dibawah ini:
Sudah?
Apa yang anda lihat dari grafik BBNI diatas?
Harga saham yang fluktuatif? Trennya cenderung turun? Technical rebound? Jawabannya benar semua.
Dalam analisis teknikal, harga saham yang turun pasti akan naik lagi. Dan harga saham yang naik, tidak akan selamanya naik. Pasti ada waktunya saham tersebut akan turun lagi. Hal ini yang biasa kita sebut dengan siklus harga saham yang menyebabkan adanya fluktuatif pada harga saham.
Dalam siklus analisis teknikal kita mengenal fase-fase penting, terutama fase risiko dan euforia. Ketika harga saham bergerak di kedua fase ini, harga saham sangat berpotensi untuk turun / koreksi. Sebaliknya ketika harga saham berada dalam fase depresi, disitulah para pencari kesempatan emas, mulai melakukan akumulasi saham, sehingga harga saham akan naik kembali.
Tentang fase siklus harga saham ini, saya juga pernah membahasnya secara detail disini: Memahami Fase Siklus Harga Saham.
Artinya sebagai seorang trader, momentum dari fluktuatif inilah yang harus anda manfaatkan untuk trading, untuk mencari kesempatan mendapatkan profit.
Sudah menjadi hal umum saat harga saham naik, banyak orang yang euforia. Disinilah anda harus mulai menjual saham anda yang sudah naik, bukan terus membeli saham. Dan saat harga saham turun hingga mencapai puncak jenuh jualnya, inilah saatnya membeli, bukan ikut-ikutan panik dan depresi.
Sudah banyak sekali contoh yang terjadi di pasar saham. Saat IHSG anjlok drastis, dan saham2 blue chip turun terus, seluruh sektor di Bursa Efek harga sahamnya jatuh, saham BBRI yang awalnya harganya 3.900 dan turun terus sampai 2.750, banyak sekali trader yang mulai putus asa dan pesimis dengan IHSG.
Namun di saat-saat banyak trader yang sudah mulai pesimis itulah, kemudian banyak harga saham yang kembali rebound, termasuk saham2 blue chip dan saham2 properti yang sudah diskon besar-besaran. Ini artinya jika anda masuk dalam kelompok trader yang mudah pesimis, anda tidak bisa melihat momentum yang sangat bagus ketika IHSG anjlok.
Sebaliknya, jika anda bisa melihat dan memaknai analisis teknikal, bahwa prinsip analisis teknikal saham itu selalu bergerak naik dan turun, maka anda pasti bisa memanfaatkan momentum ini untuk mendapat profit.
Sebagai contoh, saat pelaku pasar sudah banyak yang desperate dengan saham2 blue chip yang turun terus, saya coba akumulasi saham BBRI di kisaran harga 2.800. Anda bisa baca-baca lagi tulisan saya disini: Memahami Aliran Dana Asing: Studi Kasus Saham BBRI. Tidak lama kemudian saham BBRI terus mengalami kenaikan hingga 3.200. Ini adalah satu dari sekian banyak contoh bagaimana anda harus memahami pola fluktuatif dalam pasar saham.
Apa yang anda lihat dari grafik BBNI diatas?
Harga saham yang fluktuatif? Trennya cenderung turun? Technical rebound? Jawabannya benar semua.
Dalam analisis teknikal, harga saham yang turun pasti akan naik lagi. Dan harga saham yang naik, tidak akan selamanya naik. Pasti ada waktunya saham tersebut akan turun lagi. Hal ini yang biasa kita sebut dengan siklus harga saham yang menyebabkan adanya fluktuatif pada harga saham.
Dalam siklus analisis teknikal kita mengenal fase-fase penting, terutama fase risiko dan euforia. Ketika harga saham bergerak di kedua fase ini, harga saham sangat berpotensi untuk turun / koreksi. Sebaliknya ketika harga saham berada dalam fase depresi, disitulah para pencari kesempatan emas, mulai melakukan akumulasi saham, sehingga harga saham akan naik kembali.
Tentang fase siklus harga saham ini, saya juga pernah membahasnya secara detail disini: Memahami Fase Siklus Harga Saham.
Artinya sebagai seorang trader, momentum dari fluktuatif inilah yang harus anda manfaatkan untuk trading, untuk mencari kesempatan mendapatkan profit.
Sudah menjadi hal umum saat harga saham naik, banyak orang yang euforia. Disinilah anda harus mulai menjual saham anda yang sudah naik, bukan terus membeli saham. Dan saat harga saham turun hingga mencapai puncak jenuh jualnya, inilah saatnya membeli, bukan ikut-ikutan panik dan depresi.
Sudah banyak sekali contoh yang terjadi di pasar saham. Saat IHSG anjlok drastis, dan saham2 blue chip turun terus, seluruh sektor di Bursa Efek harga sahamnya jatuh, saham BBRI yang awalnya harganya 3.900 dan turun terus sampai 2.750, banyak sekali trader yang mulai putus asa dan pesimis dengan IHSG.
Namun di saat-saat banyak trader yang sudah mulai pesimis itulah, kemudian banyak harga saham yang kembali rebound, termasuk saham2 blue chip dan saham2 properti yang sudah diskon besar-besaran. Ini artinya jika anda masuk dalam kelompok trader yang mudah pesimis, anda tidak bisa melihat momentum yang sangat bagus ketika IHSG anjlok.
Sebaliknya, jika anda bisa melihat dan memaknai analisis teknikal, bahwa prinsip analisis teknikal saham itu selalu bergerak naik dan turun, maka anda pasti bisa memanfaatkan momentum ini untuk mendapat profit.
Sebagai contoh, saat pelaku pasar sudah banyak yang desperate dengan saham2 blue chip yang turun terus, saya coba akumulasi saham BBRI di kisaran harga 2.800. Anda bisa baca-baca lagi tulisan saya disini: Memahami Aliran Dana Asing: Studi Kasus Saham BBRI. Tidak lama kemudian saham BBRI terus mengalami kenaikan hingga 3.200. Ini adalah satu dari sekian banyak contoh bagaimana anda harus memahami pola fluktuatif dalam pasar saham.
Jadi dalam trading, anda tidak perlu panik dengan harga saham yang turun, atau terlalu euforia dengan harga saham yang naik. Karena siklus ini akan terus dan selalu terjadi, terutama pada saham2 yang likuid, yang banyak peminatnya.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.