Dalam trading saham, anda mungkin sering mendengar istilah VOLUME. Atau bahkan anda juga menggunakan analisis volume ini sebagai salah satu dasar untuk melihat kecenderungan pergerakan saham.
Ada banyak kegunaan volume dalam trading saham. Salah satunya volume bisa digunakan untuk melihat likuid tidaknya suatu saham. Kalau volume saham semakin besar, berarti saham tersebut semakin likuid. Sebaliknya, volume yang sedikit menunjukkan saham semakin tidak likuid.
Volume sendiri mengukur minat pelaku pasar terhadap saham. Jadi semakin banyak orang yang mentradingkan suatu saham, volume tentu cenderung lebih besar dibandingkan saham yang sepi.
Nah, tapi banyak yang salah kaprah dengan volume ini. Banyak yang beranggapan bahwa saham yang volatilitas-nya sangat tinggi, atau saham2 yang naik-turunnya sangat cepat berarti saham tersebut volumenya tinggi.
Ada banyak kegunaan volume dalam trading saham. Salah satunya volume bisa digunakan untuk melihat likuid tidaknya suatu saham. Kalau volume saham semakin besar, berarti saham tersebut semakin likuid. Sebaliknya, volume yang sedikit menunjukkan saham semakin tidak likuid.
Volume sendiri mengukur minat pelaku pasar terhadap saham. Jadi semakin banyak orang yang mentradingkan suatu saham, volume tentu cenderung lebih besar dibandingkan saham yang sepi.
Nah, tapi banyak yang salah kaprah dengan volume ini. Banyak yang beranggapan bahwa saham yang volatilitas-nya sangat tinggi, atau saham2 yang naik-turunnya sangat cepat berarti saham tersebut volumenya tinggi.
Terbalik...
Yang benar adalah: Semakin cepat dan mudah suatu saham naik (volatilitas tinggi), maka volume-nya semakin kecil. Lho kok bisa?
Semakin gampang saham tersebut naik, artinya tidak banyak orang yang mentradingkan saham tersebut. Sedikitnya orang yang berminat dengan suatu saham bisa jadi karena saham beredarnya kecil, sehingga tidak banyak trader yang bisa mentradingkan sahamnya.
Apabila sedikit orang yang berminat trading di saham tersebut, maka saham2 yang cenderung sepi akan lebih mudah menjadi incaran dan permainan para bandar saham.
Bandar saham lebih mudah masuk di saham2 yang sepi, membuat isu-isu tentang saham tersebut seolah sahamnya bagus, memasang order beli-jual seolah sahamnya ramai dan banyak peminat. Padahal yang beli hanya sekumpulan orang dengan modal besar, dan jumlah lot-nya di tiap antrian harga tetep aja tidak banyak.
Dan pada saat trader-trader ritel mulai ikutan masuk sehingga harga sahamnya mulai melambung tinggi, bandar yang sudah merasa untung gede, bisa saja menjual sahamnya dalam waktu cepat, sehingga harga sahamnya bisa naik dan turun dengan drastis. Kalau anda belum tahu siapa itu bandar saham, anda bisa baca disini: Siapa itu Bandar? Bagaimana Cara Bandar Menggoreng Saham?
Sebaliknya, semakin rendah volatilitas saham, berarti volume saham tersebut CENDERUNG lebih tinggi. Karena semakin banyak trader yang beli saham, akan semakin sulit bagi bandar ataupun pihak lain mengangkat dan menurunkan harga sahamnya secepat mungkin.
Saham-saham yang ramai peminat menyebabkan terjadinya tarik ulur antara permintaan dan penawaran antar para trader, sehingga harganya akan lebih sulit naik dan turun drastis dalam waktu cepat.
Sehingga inilah yang menyebabkan volume saham-saham yang ramai akan cenderung besar, karena adanya frekuensi buy sell yang jauh lebih besar.
Tapi perlu anda ingat juga, bahwa saham yang volatilitasnya nggak terlalu tinggi, bukan berarti juga saham tersebut volumenya besar. Karena ada juga saham yang volatilitasnya rendah tapi tidak likuid, sehingga volumenya kecil.
Nah, kalau anda mau melihat volume, anda sebenarnya bisa melihatnya melalui indikator volume. Berikut contoh tampilan volume.
Cara melihat volume kecil atau besar melalui indikator, bisa anda lihat melalui bar-bar yang terbentuk pada indikator volume. Anda bisa cari settingan volume di chart saham anda masing2. Semakin besar / panjang suatu bar volume di chart, maka saham tersebut umumnya memiliki bid-offer (peminat) yang banyak dan volatilitas yang lebih rendah.
Anda bisa bandingkan juga volume saham yang punya volatilitas tinggi, dan volume saham yang volatilitasnya rendah. Perhatikan lagi contoh saham WAPO dibawah ini:
Saham yang volatilitasnya sangat tinggi, umumnya punya volume yang kecil, yang ditandari dengan bar volume yang rendah atau sedikit. Contohnya seperti WAPO diatas. Sedangkan pada saham ASII tadi, bisa anda lihat perbandingan volumenya dengan WAPO.
Jadi untuk anda yang mau trading di saham yang volumenya cenderung tinggi dan low risk, tradinglah di saham2 yang ramai dan volatilitasnya wajar. Jangan terbalik menginterpretasikan antara saham dengan volume.
Semakin gampang saham tersebut naik, artinya tidak banyak orang yang mentradingkan saham tersebut. Sedikitnya orang yang berminat dengan suatu saham bisa jadi karena saham beredarnya kecil, sehingga tidak banyak trader yang bisa mentradingkan sahamnya.
Apabila sedikit orang yang berminat trading di saham tersebut, maka saham2 yang cenderung sepi akan lebih mudah menjadi incaran dan permainan para bandar saham.
Bandar saham lebih mudah masuk di saham2 yang sepi, membuat isu-isu tentang saham tersebut seolah sahamnya bagus, memasang order beli-jual seolah sahamnya ramai dan banyak peminat. Padahal yang beli hanya sekumpulan orang dengan modal besar, dan jumlah lot-nya di tiap antrian harga tetep aja tidak banyak.
Dan pada saat trader-trader ritel mulai ikutan masuk sehingga harga sahamnya mulai melambung tinggi, bandar yang sudah merasa untung gede, bisa saja menjual sahamnya dalam waktu cepat, sehingga harga sahamnya bisa naik dan turun dengan drastis. Kalau anda belum tahu siapa itu bandar saham, anda bisa baca disini: Siapa itu Bandar? Bagaimana Cara Bandar Menggoreng Saham?
Sebaliknya, semakin rendah volatilitas saham, berarti volume saham tersebut CENDERUNG lebih tinggi. Karena semakin banyak trader yang beli saham, akan semakin sulit bagi bandar ataupun pihak lain mengangkat dan menurunkan harga sahamnya secepat mungkin.
Saham-saham yang ramai peminat menyebabkan terjadinya tarik ulur antara permintaan dan penawaran antar para trader, sehingga harganya akan lebih sulit naik dan turun drastis dalam waktu cepat.
Sehingga inilah yang menyebabkan volume saham-saham yang ramai akan cenderung besar, karena adanya frekuensi buy sell yang jauh lebih besar.
Tapi perlu anda ingat juga, bahwa saham yang volatilitasnya nggak terlalu tinggi, bukan berarti juga saham tersebut volumenya besar. Karena ada juga saham yang volatilitasnya rendah tapi tidak likuid, sehingga volumenya kecil.
Nah, kalau anda mau melihat volume, anda sebenarnya bisa melihatnya melalui indikator volume. Berikut contoh tampilan volume.
Cara melihat volume kecil atau besar melalui indikator, bisa anda lihat melalui bar-bar yang terbentuk pada indikator volume. Anda bisa cari settingan volume di chart saham anda masing2. Semakin besar / panjang suatu bar volume di chart, maka saham tersebut umumnya memiliki bid-offer (peminat) yang banyak dan volatilitas yang lebih rendah.
Anda bisa bandingkan juga volume saham yang punya volatilitas tinggi, dan volume saham yang volatilitasnya rendah. Perhatikan lagi contoh saham WAPO dibawah ini:
Saham yang volatilitasnya sangat tinggi, umumnya punya volume yang kecil, yang ditandari dengan bar volume yang rendah atau sedikit. Contohnya seperti WAPO diatas. Sedangkan pada saham ASII tadi, bisa anda lihat perbandingan volumenya dengan WAPO.
Jadi untuk anda yang mau trading di saham yang volumenya cenderung tinggi dan low risk, tradinglah di saham2 yang ramai dan volatilitasnya wajar. Jangan terbalik menginterpretasikan antara saham dengan volume.
Brarti selama ini persepsi saya salah
ReplyDelete