Kalau anda sedang mengamati volume, grafik saham dan memantau pergerakan saham tertentu, anda pasti sering menemukan volume saham yang naik drastis, tapi harga saham malah cenderung sideways atau turun.
Yup, inilah yang akan menjadi pembahasan kita di pos ini, karena banyak juga rekan-rekan trader yang menanyakan: Mengapa saham A, saham B volumenya sangat tinggi tapi kok harganya malah turun?
Sebelum saya melanjutkan, anda bisa perhatikan tampilan indikator VOLUME di grafik. Volume terdiri dari bar-bar. Berikut tampilannya:
Volume saham |
Volume saham adalah indikator untuk mengukur ramai sepinya transaksi suatu saham. Jadi kalau bar volume semakin tinggi, itu artinya semakin ramai saham tersebut ditradingkan, dan sebaliknya.
Pada gambar diatas, bisa anda lihat ada volume yang bar-nya sangat tinggi, dan yang bar-nya rendah. Pada volume bar yang sangat tinggi, berarti saham tersebut sedang banyak ditradingkan dibandingkan hari2 biasanya.
Di pos ini: Volume dan Harga Saham, saya juga menjelaskan lebih detail tentang interpretasi volume saham. Anda bisa pelajari kembali.
Banyak yang menginterpretasikan kalau volume saham naik, berarti harga saham akan naik, entah naiknya hari ini atau keesokan harinya. Banyak trader beranggapan volume saham naik, berarti semakin banyak yang beli, sehingga harganya bakalan naik.
Tidak salah juga menginterpretasikan seperti. Tetapi hal ini tidak sepenuhnya benar. Memang bisa jadi volume saham yang tinggi berarti saat itu banyak yang beli.
Tapi kita harus kembali lagi pada interpretasi volume. Volume bukan digunakan untuk menunjukkan seberapa banyak trader yang beli dan jual. Volume digunakan untuk menunjukkan ramai tidaknya transaksi saham.
Artinya, ketika volume saham naik drastis dibandingkan hari-hari sebelumnya, bukan berarti saat itu lebih banyak trader yang membeli saham daripada yang jual.
Kalau transaksi saham ramai, tetapi diikuti dengan permintaan beli dan jual yang sama kuatnya, maka otomatis volume akan meningkat, tetapi bisa jadi harga saham nggak naik signifikan, karena bull vs bear-nya seimbang.
Dan kalaupun hari itu sedang banyak yang antri beli dan volume naik, bisa jadi juga sebagian besar trader atau bandar masih menahan harganya, sehingga harganya belum naik dalam waktu sehari-dua hari.
Sebagai contoh, perhatikan grafik saham RALS berikut ini:
Volume naik, harga turun |
Perhatikan yang saya beri nomor 1. Tampak bahwa volume RALS sangat tinggi, tetapi harga sahamnya justru turun (candlestick merah). Kemudian perhatikan juga nomor 2. Volume RALS juga cenderung tinggi dibandingkan transaksi2 sebelumnya.
Harga saham saat itu memang cenderung naik (candle hijau, tanda persegi). Tetapi setelah itu justru RALS mengalami koreksi.
Dalam banyak praktik trading, seringkali saham yang candle-nya ijo dan volume tinggi, harganya naik keesokan hari. Tetapi sekali lagi, kita tidak bisa menjadikan ini sebagai patokan atau rumus pasti.
Karena ya itu tadi, volume yang tinggi tidak selalu mengindikasikan lebih banyak trader yang beli, dan harga saham pasti akan naik. Volume menunjukkan seberapa ramai transaksi trading di suatu saham, bukan hanya transaksi beli, tapi juga transaksi jual.
Maka dari itu, dalam menganalisis saham, anda juga harus melakukan variasi analisa, seperti analisa support-resisten, momentum, chart pattern, indikator lainnya.
Karena dalam trading, volume hanyalah salah satu indikator trading, di mana indikator dalam trading sifatnya adalah sebagai 'alat bantu'. Baca juga: Analisis Teknikal untuk Profit Maksimal.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.