Saham blue chip dan saham gorengan adalah saham-saham yang seringkali menjadi bahan perbincangan trader. Kedua saham tersebut memiliki perbedaan yang sangat jauh baik dari segi likuiditas, teknikal dan analisa fundamental.
Di satu sisi, baik saham blue chip maupun saham gorengan bisa digunakan sebagai sarana mencetak profit, sesuai dengan tipikal trader masing-masing. Tentu saja, saya sebagai trader & investor saham aktif, saya pasti akan mengatakan bahwa KUALITAS saham blue chip jauh lebih bagus dibandingkan saham gorengan.
Sebagai trader maupun investor saham, jangan sampai anda salah memilih saham untuk dibeli. Sekarang kita coba lakukan perbandingan saham blue chip dengan saham gorengan, beserta potensi return kedua saham tersebut.
SAHAM BLUE CHIP
Kalau anda pembaca setia web Saham Gain, saya sebenarnya sudah beberapa kali mengulas tentang saham. Anda juga bisa lihat saham-saham blue chip apa saja yang ada di Indonesia: Daftar Saham Blue Chip di Indonesia. Saham-saham blue chip memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut:
1. Kinerja fundamentalnya bagus & mapan
Saham blue chip disebut juga sebagai saham lapis satu atau saham-saham unggulan, karena yang masuk di saham blue chip adalah perusahaan-perusahaan yang punya kinerja fundamental bagus, yaitu yang memimpin di sektor industrinya, memiliki ketahanan laba jangka panjang, memiliki jumlah aset, ekuitas, laba yang paling besar di sektor industri, serta memiliki brand image kuat plus rajin membagikan dividen.
Sebagai contoh, anda bisa perhatikan perusahaan2 perbankan seperti BBCA, BBRI, BMRI, BBNI. Mereka memiliki brand image yang kuat, dan kinerja (perolehan laba, jumla aset, ekuitas) yang jauh diatas perusahaan2 perbankan go public lainnya.
2. Pergerakan harga lebih stabil
Saham blue chip memiliki pergerakan harga saham yang lebih teratur. Naik-turunnya saham blue chip cenderung stabil dan tidak terlalu volatil. Dalam kondisi pasar saham normal atau cenderung sideways, saham-saham blue chip biasanya bisa naik turun sekitar 1-3% sehari.
Hal ini karena saham blue chip adalah saham-saham yang memiliki kapitalisasi pasar yang sangat tinggi (diatas Rp40 triliun) dan memiliki saham beredar yang banyak, sehingga otomatis saham blue chip punya likuiditas yang tinggi.
Semakin likuid suatu saham, semakin banyak saham tersebut diminati. Kalau saham banyak ditradingkan, otomati bid-offer saham tersebut akan semakin banyak, sehingga pergerakan harga saham jauh lebih mencerminkan keinginan pelaku pasar sesungguhnya.
3. Pergerakan harga saham cenderung mengikuti arah IHSG
Saham blue chip adalah saham-saham yang naik-turunnya cenderung mengikut arah IHSG. Hal ini karena saham2 blue chip punya kapitalisasi pasar yang besar. Jadi naik-turunnya saham blue chip bisa memberikan efek yang besar ke IHSG kita.
Itulah mengapa kalau ada sentimen-sentimen negatif yang membuat IHSG jatuh, maka mayoritas saham blue chip harganya pasti ikut jatuh juga. Demikian sebaliknya, ketika IHSH mulai rebound atau bullish reversal, saham-saham blue chip lah yang harganya bakalan terbang lebih awal.
Dalam kondisi IHSG bullish, anda tidak akan sulit menemukan saham blue chip yang harganya bisa naik lebih dari 5% sehari, karena pergerakan IHSG cenderung searah dengan saham2 blue chip.
IHSG |
Saham blue chip - Saham BBCA |
Contohnya seperti saham BBCA diatas. Anda bisa bandingkan chart IHSG dengan chart saham BBCA, di mana trennya hampir sama. Saat IHSG sideways, BBCA juga cenderung sideways. Saat IHSG turun, BBCA cenderung turun. Saat IHSG rebound, BBCA juga cenderung rebound.
4. Saham-saham yang low risk di Bursa Efek
Karena saham blue chip punya kinerja fundamental yang bagus dan likuiditasnya tinggi, maka saham blue chip identik dengan saham-saham low risk. Saham low risk maksudnya adalah saham-saham yang naik-turunnya stabil.
Berbeda dengan saham gorengan yang bisa turun puluhan persen dalam waktu singkat, di saham blue chip kita jarang sekali menemukan saham2 yang bisa turun puluhan persen dalam sehari (kecuali saat market sedang jatuh atau mengalami crash market).
Jadi saham blue chip cocok untuk trading bagi trader dan investor jangka panjang konservatif (tidak menyukai risiko tinggi).
SAHAM GORENGAN
Saham gorengan adalah kebalikan dari saham-saham blue chip. Kalau anda ingin mengetahui apa saja contoh saham gorengan, anda bisa pelajari tulisan saya disini: Daftar dan Contoh Saham Gorengan. Saham-saham gorengan memiliki karateristik sebagai berikut:
1. Kinerja fundamental kurang bagus
Saham gorengan umumnya laporan keuangannya tidak terlalu baik. Sering mengalami rugi bersih, nilai asetnya kecil (di sektor industrinya), ekuitas negatif. Selain itu, perusahaan2 yang sering bermasalah (terlambat menyampaikan laporan keuangan, terkena masalah hukum), atau sahamnya sering terkena suspensi, itu adalah ciri-ciri saham gorengan.
Ada banyak contohnya seperti TRAM, POSA, BUMI, CPRI dan lain2. Jika anda menemukan saham-saham yang kinerjanya kurang bagus atau nggak menonjol, saham tersebut umumnya juga punya pergerakan yang tidak terlalu bagus, dan saham2 seperti inilah yang seringkali masuk di saham2 lapis tiga (saham gorengan).
2. Jumlah saham beredar sangat kecil
Saham gorengan punya jumlah saham beredar yang sangat sedikit, sehingga kapitalisasi pasarnya juga cenderung kecil (dibawah Rp1 triliun). Karena jumlah saham beredar sedikit, sahamnya sedikit peminat alias nggak banyak ditradingkan.
Kalau saham tidak banyak ditradingkan, otomatis sahamnya tidak likuid. Semakin tidak likuid suatu saham (sahamnya sepi), semakin mudah bagi para bandar saham untuk mengatur harga sesuai keinginannya, sehingga pergerakan harga saham tidak lagi mencerminkan keinginan pelaku pasar (para permintaan penawaran) yang sesungguhnya. Baca juga: Bandar Sahm: Apa yang Disukai Bandar Saham?
3. Fluktuatif harga saham tidak beraturan
Karena harga saham tidak likuid dan mudah dipermainkan bandar (poin 2), maka saham-saham gorengan otomatis punya fluktuatif harga yang sangat tidak beraturan. Yap, saham2 gorengan bisa naik dengan mudah 20% sehari.
Sebaliknya, hanya dalam hitungan menit, saham gorengan juga bisa turun 20% secara drastis, dengan tingkat likuiditas yang sangat rendah.
Semakin tidak likuid saham, naik-turunnya harga akan semakin cepat & volatil, karena tidak dibutuhkan modal terlalu besar dan tidak ada banyak perlawanan dari trader ritel dari segi permintaan dan penawaran.
4. Saham gorengan adalah saham-saham high risk
Sehingga, dapat dikatakan saham gorengan adalah saham-saham yang high risk untuk trading. Anda bisa berpotensi mendapatkan profit puluhan persen dalam waktu singkat. Tetapi saham anda juga berisiko turun puluhan persen dalam hitungan menit.
SAHAM BLUE CHIP VS SAHAM GORENGAN
Saham blue chip tentu saja lebih bagus digunakan untuk investasi jangka panjang, passive income dan untuk trader konservatif (tidak menyukai risiko tinggi). Saham blue chip juga bagus untuk intraday (trading harian, 1-3 hari), swing trading maupun positioning.
Saham gorengan lebih bagus digunakan untuk anda yang ingin menerapkan scalping trading (menitan), dan saham gorengan tidak cocok digunakan untuk swing trading apalagi investasi jangka panjang. Anda harus lebih disiplin dalam manajemen modal saham gorengan. Saran saya, gunakan maksimal 10% modal jika anda ingin membeli saham gorengan.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.