Di pembahasan sebelumnya: Memahami Saham Big Cap, kita sudah mengulas kriteria saham big caps. Saham big caps adalah saham2 yang punya kapitalisasi pasar diatas Rp100 triliun. Di pasar saham, bukan hanya terdiri dari saham big cap, namun ada juga saham-saham middle cap.
Di market, jumlah saham middle cap cukup banyak, sehingga anda perlu memahami kriteria suatu saham dikatakan sebagai saham mid cap. Saham middle cap adalah saham yang punya kapitalisasi pasar dengan jumlah sedang.
Artinya, market cap-nya tidak terlalu besar, dan juga tidak terlalu sedikit. Dalam hal apa suatu saham dikatakan sebagai saham middle cap?
Kalau saham big caps adalah saham-saham dengan market cap diatas Rp100 triliun. Sedangkan saham small cap adalah saham-saham yang kapitalisasi pasarnya dibawah Rp1 triliun, maka yang dikategorikan sebagai saham middle cap adalah saham-saham dengan market cap diatas Rp1 triliun sampai dengan dibawah Rp100 triliun.
Di pasar saham ada yang namanya Indeks SMC Liquid. Indeks ini adalah indeks saham yang berisi saham-saham dengan kapitalisasi pasar kecil-menengah atau Small Medium Cap (SMC) yang likuid.
Nilai kapitalisasi pasar indeks SMC antara Rp1 - 50 triliun. Jadi yang dikatakan saham middle cap adalah saham-saham yang punya kapitalisasi pasar antara Rp1 triliun sampai dibawah 100 triliun.
Namun saham-saham yang market cap-nya dibawah Rp5 triliun, umumnya likuiditasnya sangat rendah. Sehingga kita bisa klasifikasikan lagi saham mid cap menjadi saham middle-small cap dan saham middle cap:
1. Saham Middle-small cap
Saham middle-small cap punya kapitalisasi pasar antara Rp1-10 triliun. Contohnya seperti saham2 PPRO, APLN, SMBR, ASRI, KRAS, CLEO, KREN, GIAA.. Yap, mayoritas pergerakan saham2 tersebut tidak terlalu atraktif, pergerakan hariannya lama, dan sahamnya lebih mudah digoreng bandar.
Kalau anda perhatikan saham2 seperti GIAA APLN SMBR, walaupun saham2 ini pergerakannya lambat, namun di saat-saat yang tidak terduga sahamnya bisa naik puluhan persen. Semakin kecil market cap suatu saham, semakin mudah bagi bandar untuk 'menggoreng' sahamnya.
2. Saham Middle Cap
Diatas Rp10 triliun sampai Rp70 triliun. Semakin besar market cap-nya, biasanya sahamnya semakin likuid dan sulit digoreng bandar.
Contoh saham2 middle cap seperti JPFA, PWON, MDKA, BSDE, KAEF, ACES, INKP, TKIM, JSMR, CTRA, PTBA, ANTM, WIKA, WSKT, AALI, PGAS, MNCN, SIDO dan masih banyak lainnya. Saya yakin banyak dari trader saham yang sering mentradingkan saham2 diatas.
Saham2 seperti PWON ANTM, SIDO CTRA JSMR juga sering menjadi ulasan-ulasan para analis dan broker saham. Dengan market cap diatas Rp10 triliun, maka sahamnya lebih likuid di market, sehingga ketika sahamnya likuid, anda lebih mudah untuk menganalisa pola2 chart-nya.
3. Saham mid-big cap
Sedangkan ada lagi saham2 yang menurut versi penulis adalah saham2 mid cap namun sudah mulai menuju ke saham big cap. Menurut penulis, saham2 ini punya market cap diatas Rp70 triliun sampai dibawah Rp100 triliun. Contohnya BRPT, UNTR, KLBF, SMGR.
SAHAM MIDDLE CAP UNTUK TRADING
Perbedaan paling jelas antara saham middle cap dengan saham blue chip biasanya terlihat pada harga saham (nominal) dan kinerja fundamentalnya. Saham2 big caps umumnya punya harga saham yang cenderung mahal secara nominal.
Sehingga, banyak saham big caps yang akhirnya melakukan stock split karena harga sahamnya relatif tinggi. Misalnya saham2 BBRI BMRI UNVR yang pernah melakukan stock split.
Walaupun ada juga beberapa saham mid cap yang harga sahamnya relatif tinggi seperti ITMG AALI, namun mayoritas saham mid cap biasanya harganya lebih kecil dibandingkan saham2 big caps.
Saham mid cap adalah saham2 yang bisa menjadi alternatif para trader untuk trading jangka pendek. Banyak trader saham dengan modal terbatas yang ingin beli saham, namun karena belum bisa beli saham2 big caps, akhirnya trader kerap kali mencari saham gorengan dan waran karena lebih terjangkau dengan modal kecil.
Padahal saham2 gorengan dan waran risikonya besar. Hal inilah yang membuat banyak trader pemula mengalami kerugian besar, karena membeli saham namun trader tidak memahami polanya.
Nah, daripada anda memilih saham2 gorengan, ada baiknya buat trader yang punya modal kecil, anda bisa alokasikan modal untuk trading di saham2 mid cap (saham lapis dua).
Karena mayoritas saham mid cap punya pergerakan yang lebih likuid dibandingkan saham2 gorengan, harganya juga terjangkau secara nominal, dan cenderung lebih mudah dianalisa dengan analisa teknikal (chart).
Jumlah saham mid cap cukup banyak, seperti yang saya contohkan diatas. Dan sebenarnya masih banyak lagi saham2 mid cap di Bursa Efek.
Oleh karena itu, dalam memilih saham2 mid cap, sebaiknya anda memilih saham2 yang paling potensi, chart dan fluktuatifnya bagus. Anda bisa gunakan cara-cara screening saham bagus seperti yang sudah kita ulas disini: Panduan Simpel & Efektif Screening Saham Bagus.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.