Salah satu indikator saham yang memberikan banyak manfaat untuk trader adalah indikator Moving Average (MA). MA dapat memberikan informasi mengenai tren harga saham (cenderung bullish atau bearish).
Selain itu, MA juga dapat menjadi alat bantu untuk menentukan support resisten, melihat potensi bullish atau bearish reversal suatu saham, dan bisa digunakan untuk meyakinkan sinyal beli jual saham (dikombinasikan dengan indikator leading).
Karena MA memiliki banyak manfaat, saya sendiri sering mendapat pertanyaan dari rekan trader mengenai setting indikator MA ideal.
Memang, walaupun MA memiliki banyak kelebihan namun ada salah satu kekurangan MA yang seringkali "mengganggu" trader, yaitu: Setting indikator MA yang cukup banyak dan variatif.
Moving Average |
[Anda bisa pelajari cara-cara menggunakan analisa kombinasi Moving Average yang simpel dan bisa diterapkan langsung untuk menganalisa saham2 yang berpotensi naik disini: Moving Average Praktis.]
Dalam satu garis indikator MA, anda bisa setting berbagai macam time frame MA, mulai dari MA5, MA10, MA15, MA20, MA25 dan seterusnya. Ada puluhan bahkan mungkin ratusan time frame garis MA.
Itu belum lagi kalau anda menemukan kombinasi2 time frame MA dari para "pakar saham" misalnya kombinasi MA18, MA7 dan lain-lain. Semakin mumet?
Selain itu, garis MA juga memiliki variasi mulai dari Simpel Moving Average (SMA), Exponential Moving Average (EMA) dan Weighted Moving Average (WMA).
Tapi tenang... Jangan bingung menggunakan Moving Average. Ada beberapa trading plan dengan Moving Average yang bisa anda terapkan supaya analisa MA anda dapat digunakan untuk mengambil keputusan trading lebih akurat:
1. Gunakan MA yang paling banyak dipakai
Karena time frame MA itu cukup banyak, maka ada baiknya anda menggunakan garis MA yang sering / banyak dipakai. Berikut beberapa garis MA yang sering dijadikan sebagai acuan analisa saham:
- MA5 (MA 1 minggu)
- MA10 (MA2 minggu)
- MA15 (MA 3 minggu)
- MA20 atau MA25 (tren saham 1 bulan)
- MA40 atau MA50 (tren saham
- MA200 (tren saham 1 tahun)
Anda bisa gunakan MA yang sering digunakan oleh analis2 atau broker saham. Karena MA yang sering dipakai dan populer, akan membuat kita lebih nyaman pakai ketimbang time frame MA yang asing dan jarang digunakan (misalnya MA7, MA18).
MA yang sering digunakan umumnya seperti garis2 MA diatas yaitu MA5 yang mewakili MA jangka pendek (1 minggu), MA10, MA15 dan seterusnya.
Namun kalau anda ingin eksperimen sendiri indikator MA tidak ada salahnya. Buat anda yang bingung menggunakan setting time frame MA, cobalah dulu untuk pakai time frame tersebut.
Kita sudah pernah bahas praktik2 Moving Average untuk trading dan buat screening saham disini: Panduan Simpel & Efektif Memilih Saham Bagus + Analisa Moving Average (283 halaman). Anda bisa mendapatkan materi dan full praktiknya.
2. Gunakan kombinasi analisa MA yang simpel & wajar
Moving Average memang bisa dikombinasikan dengan beberapa garis MA lainnya. Anda bisa menggunakan 2 atau 3 garis MA. Anda bisa menggunakan single Moving Average ataupun perpotongan kedua garis MA untuk mengambil keputusan trading.
Saran saya, supaya anda tidak bingung, sebaiknya anda gunakan kombinasi analisa MA yang simpel (bisa dipraktikkan). Hindari menggunakan terlalu banyak kombinasi garis MA yang pada akhirnya membuat anda bingung mengambil keputusan trading.
Idealnya, anda bisa gunakan 2-4 garis MA. Kalau anda merasa dengan semakin banyak garis MA pada chart saham membuat anda semakin bingung, ada baiknya anda mengurangi jumlah garis MA.
Karena semakin banyak garis MA bukan berarti analisa saham anda semakin efektif. Efektif tidaknya penggunaan garis MA ditentukan dari kualitas garis MA yang anda gunakan.
Cara-cara mengkombinasikan garis MA yang efektif dan simpel untuk trading, serta praktik2 MA yang bagus, bisa anda pelajari juga full praktiknya disini: Moving Average Praktis.
3. Gunakan time frame dan setting MA secara konsisten
Di dalam analisa Moving Average, terdapat beberapa settingan garis MA. Biasanya ada tiga jenis garis MA yang umum yaitu Exponential Moving Average (EMA), Simpel Moving Average (SMA) dan Weighted Moving Average (WMA).
Perbedaan ketiga garis MA sudah pernah kita bahas disini: Indikator Moving Average: Perbedaan EMA, SMA dan WMA. Anda bisa pelajari kembali. Dalam setting garis MA, ada beberapa tampilan metode MA yang bisa anda pilih seperti berikut:
Salah satu kendala trader adalah kebingungan trader dalam menggunakan setting MA. Apakah lebih baik pakai Simple, Exponential atau Weighted saja?
Anda mau menggunakan SMA, EMA maupun WMA tidak masalah, karena indikator2 tersebut sebenarnya sama baiknya. SMA biasanya digunakan oleh trader yang ingin melihat sinyal dan tren saham secara lebih smooth.
Sedangkan EMA banyak digunakan oleh trader harian, karena EMA memberikan sinyal lebih cepat dibandingkan SMA. Demikian juga dengan WMA, di mana WMA memberikan pergerakan sinyal yang lebih cepat lagi dibandingkan WMA.
Yang paling penting: Gunakan indikator MA SECARA KONSISTEN. Kalau anda ingin mencoba SMA, gunakan terus indikator SMA dan uji dalam trading plan anda. Jangan berpindah-pindah setting MA.
Kalau anda ingin menggunakan EMA karena anda ingin trading harian, pakailah secara konsisten. Dengan cara ini, anda bisa melihat dan menentukan apakah setting time frame MA tersebut memang cocok buat anda.
4. Single MA Vs Crossover MA
Anda boleh menggunakan single MA (satu garis MA untuk analisa tren dan menganalisa sinyal trading), maupun menggunakan crossover MA alias perpotongan dua garis MA untuk membaca sinyal trading seperti berikut (tanda lingkaran):
Saran saya, untuk pemula cobalah menggunakan single MA terlebih dahulu, karena single MA relatif lebih mudah digunakan, simpel dan praktis dibandingkan kalau anda mengkombinasikan beberapa MA untuk crossover MA.
Analisa-analisa single MA juga kita bahas disini: Moving Average untuk Profit Maksimal.
Itulah beberapa analisa trading plan dengan Moving Average yang bisa anda pertimbangkan buat trading..
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.