Dalam trading saham, anda pasti tidak asing dengan istilah averaging up dan averaging down. Averaging up adalah menambah jumlah lot saham yang sama ketika harganya naik.
Sebagai contoh, anda membeli saham SIDO di harga 780 sebanyak 10 lot. Kemudian saham SIDO naik ke harga 800, dan anda membeli lagi sahamnya di harga 800 sebanyak 5 lot.
Sebaliknya averaging down adalah kebalikan dari averaging up, di mana anda menambah jumlah lot saham yang sama ketika HARGANYA TURUN.
Misalnya anda sebelum membeli saham SIDO di harga 780 sebanyak 10 lot. Kemudian saham SIDO turun ke 750. Anda membeli lagi saham SIDO di harga 750 sebanyak 7 lot. Itulah contoh dari averaging down. Baca juga: Averaging Down & Averaging Up Saham.
Pertanyaannya: Bolehkah melakukan averaging down saham?
Anda mungkin sering mendengar saran agar menghindari averaging down, karena averaging down itu risikonya cukup besar. Masalahnya saham yang turun, harganya bisa turun lagi lebih banyak, sehingga kalau anda membeli saham yang tren-nya sedang turun dan saham yang anda beli turun lebih banyak, maka saham anda bisa nyangkut dalam jumlah besar.
Yap, karena averaging down dilakukan dengan cara membeli saham yang sedang turun, averaging down seringkali diibaratkan menangkap pisau jatuh.
Tapi bukan berarti averaging down adalah strategi yang tidak boleh dilakukan. Pasar saham tidaklah kaku. Anda boleh menggunakan strategi trading apapun yang nyaman untuk anda.
Kesimpulannya, averaging down dalam trading ataupun investasi saham itu diperbolehkan. Tidak ada aturan baru yang melarang anda untuk melakukan averaging down.
"Apakah Pak Heze menerapkan averaging down?" Tanya anda.
Ya, saya termasuk salah satu trader yang juga menerapkan strategi averaging down. Namun averaging down memang harus dilakukan dengan pertimbangan dan analisa yang baik.
Karena ibarat menangkap pisau jatuh dalam averaging down menurut saya tidak salah. Sehingga kalau anda menerapkan averaging down yang benar, strategi averaging down yang anda lakukan justru dapat membuahkan profit, bukan hanya sekedar menangkap pisau jatuh dengan menambah risiko.
Jika anda ingin melakukan averaging down saham, ada baiknya anda melakukan analisa-analisa berikut:
1. Averaging down pada saham-saham yang teknikal & fundamentalnya baik
Tidak semua saham bagus untuk dilakukan averaging down. Saya sering menemukan trader yang averaging down di saham-saham gorengan.. Dan hasilnya saham yang dibeli trader nyangkut lebih banyak.
Kalau anda ingin averaging down, pertimbangkan untuk membeli saham yang pergerakan harga (teknikal / chartnya) dan fundamentalnya baik (untuk yang ingin averaging down dengan tujuan investasi).
Saham-saham yang punya fluktuatif bagus (ada pola naik turun 1-3 harian) akan lebih bagus untuk diterapkan averaging down ketimbang saham-saham yang trennya turun dan tidak likuid.
Karena saham2 yang trennya bagus dan banyak peminat, harga sahamnya juga mudah naik & diakumulasi lagi setelah harganya turun.
Pelajari juga cara-cara membaca saham yang bagus secara teknikal untuk trading disini: Analisis Teknikal untuk Profit Maksimal.
2. Hindari saham yang strong downtrend
Saham-saham yang sedang turun tajam dan belum ada tanda-tanda pembalikan tren. Atau saham2 yang sedang jatuh karena kondisi market sedang jelek, sebaiknya anda tidak averaging down di saham tersebut.
Apalagi pada saham-saham gorengan yang tren sahamnya tidak beraturan, ada baiknya anda hindari saham tersebut untuk averaging down. Jauh lebih baik jika anda disiplin menetapkan cut loss pada saham-saham yang pergerakannya kurang bagus, karena dengan averaging down anda justru berpotensi meningkatkan risiko.
3. Hindari saham yang jatuh dari tren puncak
Saham yang sangat berbahaya untuk averaging down adalah saham-saham yang harganya mulai turun dari tren puncak. Ketika anda menemukan saham yang trennya naik sangat signifikan, kemudian harganya mulai sideways di harga atas, maka saham-saham seperti ini biasanya mulai ada potensi turun.
Sebagai contoh, anda bisa perhatikan contoh chart saham INKP berikut:
Perhatikan chart INKP di mana tren saham INKP naik secara signifikan. Setelah menyentuh harga 15.000, INKP terlihat mulai berat untuk breakout dan ada pola double top (tanda persegi).
Tidak lama kemudian saham INKP jatuh selama beberapa bulan sampai ke harga 9.000. Dan saham INKP masih belum balik ke harga puncak sebelumnya.
Menurut pengalaman saya, averaging down yang paling berbahaya apabila anda melakukannya pada saham yang sudah berada di ujung tren naik. Hal ini karena harga saham tidak selamanya naik.
Ketika saham sudah naik tinggi, pasti para trader & investor yang punya saham di harga bawah akan menjual (take profit). Hal ini membuat saham tersebut berpotensi turun. Semakin cepat saham naik, potensi jatuhnya juga semakin eepat.
Jadi buat anda yang terjebak membeli saham di ujung tren naik, ada baiknya anda melakukan cut loss, ketimbang averaging down, karena averaging down risikonya akan besar, apalagi kalau saham tersebut sudah mulai turun dan valuasi atau secara teknikal sudah mahal.
Pelajari juga: Full Praktik Membaca Saham yang Akan Turun.
3. Averaging down pada saham yang sedang diskon
Jika anda ingin averaging down, anda bisa lakukan pada saham-saham yang memang sudah diskon secara teknikal. Saham-saham yang diskon dan murah punya potensi naik lebih cepat, sehingga anda lebih mudah menjual saham di harga lebih tinggi.
Baca juga: Full Praktik Menemukan Saham Diskon & Murah.
4. Hindari averaging down terlalu cepat
Averaging down sebaiknya tidak dilakukan dengan terburu-buru. Buat anda yang ingin averaging down di suatu saham, sebaiknya perhatikan: Teknikal masing-masing saham dan kondisi market saat itu.
Terkadang saham yang sudah turun, harganya bisa turun lagi karena IHSG memang lagi bearish atau teknikal saham tersebut masih menunjukkan pola-pola bearish continuation.
KEUNTUNGAN MELAKUKAN AVERAGING DOWN
Keuntungan utama dari averaging down adalah harga beli rata-rata saham anda menjadi lebih murah, sehingga untuk mendapatkan profit, anda tidak perlu menjual saham di harga terlalu tinggi.
Katakanlah anda beli saham PWON di harga 492 sebanyak 10 lot. Dengan asumsi fee beli dan jual adalah 0,17% dan 0,27%, anda minimal harus jual PWON di harga 496 agar bisa profit.
Tapi kalau harga saham PWON ternyata turun ke 486. Kemudian anda melakukan averaging down di 486 sebanyak 10 lot, maka harga beli rata-rata anda akan turun menjadi 489 (20 lot). Maka dengan menjual saham di harga 492 anda sudah bisa profit, tidak perlu menunggu harga naik ke 496.
Namun sekali lagi, untuk anda yang ingin averaging down, perhatikan poin-poin diatas tadi, yaitu perhatikan analisa teknikal, kualitas saham, tren saham dan kondisi marketnya sebelum memutuskan averaging down.
Averaging down ibarat pedang bermata dua: Bisa menguntungkan jika dilakukan dengan benar. Dan bisa berisiko apabila anda memilih saham dan momen yang salah.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.