Di Bursa Efek, anda pasti tidak asing dengan istilah Auto Reject Bawah (ARB). ARB adalah penurunan harga saham hingga mencapai batas penurunan maksimum yang ditetapkan oleh aturan Bursa Efek Indonesia.
Let say BEI menetapkan bahwa dalam satu hari perdagangan saham, harga saham hanya boleh turun maksimal 7% dari harga pembukaan. Maka ketika harga saham turun sampai 7% di hari tersebut, saham akan langsung terkena auto reject bawah.
Lalu seperti apa ciri-ciri saham yang terkena ARB? Ciri-ciri saham yang kena ARB adalah antrian Bid (Permintaan beli) kosong / habis, dan hanya ada antrian Offer (Penawaran jual) saja.
Sehingga sisi sebelah kiri (Bagian bid / permintaan) kosong. Contohnya seperti saham PORT berikut yang pernah kena Auto Reject Bawah:
Tentang Auto Reject Atas dan Auto Reject Bawah, juga sudah pernah kita bahas pada pos berikut: Apa Itu Auto Rejection Saham? Anda bisa pelajari kembali.
Anda pernah menemukan antrian bid offer saham seperti diatas, di mana hanya ada antrian offer sedangkan antrian bid-nya kosong? Yap, berarti saham tersebut lagi kena auto reject bawah.
ARB terjadi karena para pelaku pasar menjual saham dan tidak ada yang membeli saham tersebut, sehingga tekanan jual saham sangat mendominasi, yang menyebabkan harga saham terus turun sampai mencapai batas penurunan maksimal dalam 1 hari.
Pada pos ini, kita akan membahas bagaimana cara menjual saham yang ARB. Karena tidak sedikit trader yang sahamnya nyangkut karena saham yang dibeli kena auto reject bawah, dan trader bertanya: "Kalau saham saya kena ARB, gimana cara saya jual saham tersebut?"
Sayangnya, kalau saham yang anda beli kena ARB, anda TIDAK BISA JUAL SAHAM tersebut. Kalau anda ingin jual, maka anda harus antri di harga offer price-nya, tidak bisa langsung matched.
Karena saham-saham yang kena ARB tidak ada bid (permintaan beli)-nya. Sehingga kalau anda mau menjual saham yang ARB, permintaan beli dan penawaran jual tidak akan ketemu, sehingga order anda nggak akan bisa matched.
Hal ini karena anda ingin menjual saham anda, tetapi tidak ada permintaan beli, yang ada hanyalah para trader yang punya pikiran yang sama dengan anda, yaitu semua trader pada ingin menjual saham yang sudah dibeli sebelumnya.
"Wah terus gimana Bung Heze cara jual saham ARB? Soalnya saya punya saham yang harganya sekarang lagi ARB?" Tanya anda lagi. Tenang.. Ada beberapa cara menjual saham yang lagi kena ARB:
1. Menjual saham di pasar negosiasi
Anda tetap bisa menjual saham anda di pasar negosiasi. Karena perdagangan pasar reguler berbeda dengan pasar negosiasi, di mana ketika saham kena ARB di pasar reguler, maka belum tentu hal ini terjadi di pasar negosiasi. Baca juga: Cara Transaksi Saham di Pasar Negosisasi.
Tapi masalahnya, transaksi di pasar negosiasi juga ada kekurangannya. Pertama, prosesnya cukup ribet, karena untuk jual saham di pasar nego harus melalui broker sekuritas anda, tidak bisa jual beli saham layaknya di pasar reguler.
Kedua, harga saham di pasar negosiasi biasanya lebih rendah dibandingkan harga di pasar reguler dan perbandingannya bisa cukup jauh.
Sehingga kalau anda jual di pasar nego, sama saja anda cut loss, tapi nominal cut loss anda mungkin bisa lebih besar apalagi kalau perbedaan harga saham di pasar nego jauh lebih murah dibandingkan harga di pasar reguler.
2. Menunggu saham kembali normal diperdagangkan
Kalau anda nggak mau jual saham di pasar nego, satu-satunya cara yang paling mudah ya anda harus menunggu saham kembali NORMAL DITRANSAKSIKAN lagi.
Toh, saham yang kena ARB bukanlah saham yang kena suspensi. Biasanya saham yang kena ARB hanya terjadi 1 hari (di hari tersebut). Keesokan harinya harga saham sudah diperdagangkan lagi (sehingga antrian bid offer-nya sudah muncul).
Kecuali dalam beberapa kasus, kita memang pernah menemukan saham-saham yang bisa kena ARB sampai beberapa hari berturut-turut. Kalau saham terkena ARB sampai berturut-turut, anda harus menunggu saham kembali normal diperdagangkan supaya anda bisa jual saham anda.
Hanya itu cara satu-satunya. Kalau anda nggak sabar ingin segera keluar dari saham ARB, anda bisa jual di pasar nego seperti yang kita bahas di poin pertama. Itulah cara menjual saham yang ARB.
HINDARI SAHAM GORENGAN YANG BERPOTENSI ARB
Saham-saham ARB bisa terjadi karena kondisi pasar saham sedang jatuh (Kondisi panic selling karena sentimen negatif), sehingga banyak trader yang berbondong-bondong menjual saham yang dipegang.
Hal ini membuat banyak saham kena ARB, dan bisa terjadi juga pada saham-saham LQ45. Namun saham ARB biasanya lebih banyak ditemukan pada saham-saham yang pergerakannya jelek alias saham gorengan.
Saham-saham yang fundamentalnya jelek, market cap-nya kecil dan harga sahamnya sangat rendah secara nominal, pola analisa teknikalnya tidak beraturan, adalah saham yang berpotensi terkena ARB.
Di market, kita sering menemukan saham-saham ARB, dan biasanya saham yang ARB adalah saham2 yang pergerakannya memang tidak likuid. Seperti yang kita bahas diatas, kalau saham sudah kena ARB, nggak banyak yang bisa kita lakukan.
Anda cuma menunggu saham kembali normal diperdagangkan. Masih mending kalau saham yang kena ARB adalah saham2 LQ45 yang turun karena koreksi pasar. Biasanya keesokan harinya saham sudah kembali normal diperdagangkan.
Tapi kalau saham yang kena ARB adalah saham-saham gorengan yang tidak likuid dan pergerakannya jelek, maka tentu risikonya akan lebih besar untuk trader.
Saran saya, daripada anda terjebak di saham-saham yang berpotensi kena ARB, sebaiknya anda melakukan tindakan preventif alias pencegahan, dengan cara menghindari saham-saham gorengan.
Kalaupun anda ingin beli saham gorengan, cobalah untuk trading dengan modal kecil (maksimal 5-10% modal anda saja), dan jangan lupa untuk selalu BATASI KERUGIAN (disiplin dalam cut loss).
Saham gorengan bukanlah saham yang cocok untuk menginap lama di portofolio. Kalau saham gorengan yang anda beli tidak bergerak sesuai harapan, anda harus menetapkan batasan cut loss untuk proteksi modal.
Tujuannya supaya anda tidak terkena potensi jebakan ARB, apalagi kalau ARB-nya sampai berturut-turut, tentu risikonya akan semakin besar.
Tambahan dari saya, sebaiknya hindari saham-saham gorengan yang sudah naik sangat tinggi apalagi jika saham tersebut sering kena Auto Reject Atas sampai beberapa hari berturut-turut.
Karena konsepnya, semakin cepat harga saham naik, risiko harga saham turun juga semakin cepat. Saham yang sering kena ARA berkali-kali, juga berpotensi terkena ARB jika harga saham sudah mulai jatuh.
Kebanyakan trader pemula yang nyangkut di saham-saham ARB, karena tergoda membeli saham gorengan yang lagi naik tinggi, karena "takut ketinggalan kereta".
Untuk trader pemula, sebisa mungkin hindari trading saham gorengan, untuk meminimalkan risiko ARB. Cobalah trading di saham2 yang lebih likuid, misalnya di saham-saham second liner, saham blue chip or saham-saham LQ45.
Sedangkan untuk trade level intermediate, kalau anda ingin coba trading saham gorengan, gunakan modal sekecil mungkin, dan disiplin dalam menetapkan take profit dan cut loss, sehingga anda tidak terkena jebakan saham ARB secara tiba-tiba.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.