Dua strategi trading yang paling sering diterapkan adalah buy on weakness (BOW) dan buy on breakout (BOB). BOW adalah strategi membeli saham di harga murah, yaitu beli saham ketika harganya sedang turun.
Sedangkan BOB adalah strategi membeli saham ketika harganya breakout dari resisten tertentu. Dalam BOB, trader menunggu konfirmasi harga saham naik terlebih dahulu untuk mengambil posisi beli.
Kalau anda trader yang ingin menerapkan strategi beli saham murah, anda bisa menerapkan strategi Buy On Weakness (BOW). Dalam praktikknya, BOW lebih mudah diterapkan karena saham yang sedang turun lebih banyak kita temukan ketimbang saham yang sedang breakout.
BELI SAHAM MURAH
Saya pribadi termasuk trader yang menerapkan strategi buy on weakness dan buy on breakout. Tetapi saya lebih sering menerapkan BOW, karena di market lebih mudah mencari saham-saham yang harganya sedang turun, daripada screening saham yang lagi breakout.
Siklus market di pasar saham secara rutin, selalu terjadi dalam dua siklus utama yaitu harga saham naik dan turun. Kalau harga saham sudah naik tinggi, cepat atau lama pasti saham akan turun lagi.
Demikian sebaliknya, jika harga saham sudah turun, saham pasti akan dikoleksi lagi, sehingga harganya akan naik. Di pasar saham, siklus market biasanya terjadi jangka pendek.
Saham-saham yang sudah turun 2-4 harian, akan diikuti dengan technical rebound setelahnya. Saham-saham yang sudah naik 2-4 harian, tidak lama kemudian biasanya akan turun (koreksi).
Karena konsepnya tidak ada harga saham yang terus naik tanpa turun. Jadi kalau ada saham yang sudah turun dan murah, anda bisa pertimbangkan untuk koleksi lagi dan menunggu saham anda rebound.
Keuntungan beli saham murah adalah bisa meminimalkan risiko saham nyangkut di harga puncak. Kedua, kalaupun saham yang anda beli masih turun, anda tidak perlu menunggu terlalu lama agar saham anda bisa naik lagi.
Tentunya, anda juga harus memilih saham-saham yang likuid dan pergerakannya bagus, karena saham yang bagus lebih mudah naik dan diakumulasi lagi daripada saham-saham yang tidak likuid dan teknikalnya jelek.
Anda bisa pelajari cara-cara menemukan saham diskon dan murah secara teknikal yang berpotensi naik jangka pendek disini: Full Praktik Menemukan Saham Diskon & Murah.
Di pos ini, saya ingin menceritakan salah satu pengalaman trading, di mana saya membeli saham di harga yang memang sudah murah. Yap, saya sempat trading saham BBRI dengan buy beberapa kali, sehingga harga average saya dapat di 3.790. Berikut rincian trading buy BBRI:
Saat saya beli saham BBRI, memang saham BBRI tidak langsung naik. Saham BBRI sempat turun dulu ke 3.750, 3.760, 3.740. Namun karena saya sudah membeli saham di harga bottom, dan saham yang saya beli juga likuid, maka nggak butuh waktu lama untuk menunggu saham BBRI rebound lagi.
Saham BBRI hanya butuh waktu 1-2 hari kemudian untuk naik lagi diatas 3.800. BBRI sempat naik ke resisten 3.850 setelah turun beberapa poin ke 3.750-an.
Sehingga dengan membeli saham murah, saya bisa meminimalkan cut loss. Saham yang turun setelah dibeli sebenarnya wajar saja. Namanya fluktuatif market, kita tidak bisa memastikan apakah saham yang kita beli pasti langsung naik signifikan.
Di market ada fluktuatif yang membuat harga saham bergerak naik turun. Tapi dengan beli saham yang murah dan sudah diskon, kita bisa meminimalkan penurunan harga saham yang terlalu tajam setelah dibeli, sehingga peluang profit anda lebih besar dan mengurangi risiko cut loss.
Itulah keuntungan membeli saham yang murah. Selain anda bisa mendapatkan saham dengan jumlah lot lebih banyak, saham yang anda beli punya potensi rebound lebih besar dibandingkan membeli saham-saham di harga puncak.
BELI SAHAM TURUN = 'MENANGKAP PISAU JATUH'?
Tetapi banyak juga pendapat yang mengatakan beli saham turun itu ibarat menangkap pisau jatuh, karena kebanyakan saham turun harganya masih bisa berpotensi turun lagi lebih dalam.
Beli saham turun ibarat meningkatkan risiko trading. Pendapat ini tidak sepenuhnya salah. Tetapi bukan berarti saham turun adalah saham yang berbahaya untuk dibeli. Maka dari itu, kalau anda ingin beli saham yang sedang turun, anda sebaiknya terapkan tiga strategi berikut:
Pertama, analisa apakah saham yang turun adalah saham yang sudah murah. Tidak semua saham yang turun adalah saham yang sudah diskon dan murah secara teknikal. Jadi pilihlah saham-saham yang memang sudah terdiskon secara teknikal, dan punya potensi rebound.
Pada pos berikut: Cara Memilih Saham Diskon & Murah, kita membahas analisa-analisa untuk memilih saham yang sudah murah secara teknikal dan berpotensi rebound.
Kedua, pilihlah saham turun yang fluktuatifnya bagus. Saham yang likuid dan punya pola rebound-koreksi yang beraturan, harga sahamnya akan lebih mudah naik ketika sudah di bottom. Jadi pilihlah saham yang chartnya bagus. Saham2 yang kurang likuid sebaiknya hindari untuk trading, karena risikonya besar.
Ketiga, analisa momentum market. Terutama buat anda yang mengincar saham-saham LQ45 atau saham second liner, biasanya pergerakan harga sahamnya mengikut pergerakan indeks.
Kalau IHSG lagi merah padam, sebaiknya anda tidak terburu membeli saham dalam jumlah besar, walaupun grafiknya sudah terlihat turun, karena bisa saja saham yang turun masih berpotensi turun lagi karena marketnya memang lagi jelek.
Momentum market juga harus diperhatikan supaya anda tidak terburu mengambil posisi beli yang berisiko. Ketika market mulai rebound atau hijau, anda bisa pertimbangkan untuk masuk di harga-harga supportnya.
Dengan strategi2 ini, anda bisa benar-benar memilih saham turun yang memang sudah murah, sehingga strategi beli saham murah yang anda terapkan bisa membuahkan profit di market, dan meminimalkan saham nyangkut serta cut loss.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.