Di Bursa Efek, kita mengenal kebijakan Auto Reject Bawah (ARB). ARB adalah kebijakan yang ditetapkan BEI mengenai batas penurunan maksimal harga saham dalam sehari. Anda bisa baca peraturannya lebih detail disini: Apa Itu Auto Rejection Saham?
Kalau ada saham yang turun drastis hingga terkena ARB, maka saham tersebut tidak akan ada antrian bid-nya (Antrian bid price kosong), dan hanya ada antrian offer. Karena saham ARB artinya saham tersebut hanya diisi oleh orang-orang yang ingin menjual saham, sehingga tidak ada permintaan belinya (bid).
Dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa saham yang terkena Auto Reject Bawah (ARB) umumnya adalah saham-saham yang pergerakannya tidak sehat. Karena penurunan harga saham yang terlalu drastis adalah saham-saham yang berisiko.
Pergerakan saham yang sehat adalah saham yang likuid dan memiliki antrian bid offer yang likuid. Saham yang mudah kena ARB biasanya banyak ditemukan pada saham2 yang tidak likuid, dan antrian bid offernya tipis.
Di pos ini, saya ingin sharing mengenai bahaya atau risikonya trading di saham-saham gorengan yang likuiditasnya rendah. Pernahkah anda menemukan grafik saham seperti berikut ini:
Diatas adalah contoh grafik saham BIKA. Dalam analisa grafik, kita seringkali menemukan bentuk candlestick merah yang hanya berbentuk seperti garis (Lihat tanda-tanda lingkaran diatas). Yap, jadi tidak ada body candlestick-nya, tapi cuma membentuk garis merah.
Apa artinya pola candle seperti itu?
Pola candlestick merah berbentuk garis tipis menunjukkan bahwa saham tersebut langsung terkena ARB di hari itu tepat ketika OPEN market. Jadi saat market dibuka, saham langsung ARB tanpa ada antrian bid sama sekali.
Kalau kita perhatikan lagi chart BIKA diatas, candlestick merah berbentuk garis bisa terjadi sampai 3-4 harian. Ini berarti ARB bisa terjadi hingga 3-4 hari berturut-turut.
Dengan kata lain, selama 3-4 hari, ketika open market, saham BIKA langsung ARB sampai closing market dan terus terjadi selama 3-4 hari berturut-turut.
Jadi katakanlah anda membeli saham BIKA dan saham anda nyangkut, maka anda nggak bisa cut loss saham yang anda punya. Anda nggak akan sempat jual saham anda sama sekali, karena begitu open, saham langsung kena ARB tanpa ada transaksi beli.
Anda hanya bisa melihat saham anda kena ARB setiap open market, tanpa ada banyak hal yang bisa anda lakukan, kecuali anda jual di pasar negosisasi atau menunggu saham ada momen rebound lagi atau sudah tidak ARB.
Inilah yang membuat banyak trader terjebak di saham ARB tanpa sempat menjual sahamnya sama sekali dan ketika dibiarkan 3-5 harian, floating loss-nya sudah minus 25% lebih.
Di market, ada banyak saham gorengan yang polanya seperti ini, di mana setelah saham tersebut naik drastis, tidak lama kemudian sahamnya langsung kena ARB berhari-hari tanpa ada transaksi bid (Saat open langsung ARB), sehingga trader yang nyangkut di harga pucuk tidak sempat menjual sahamnya sama sekali.
Biasanya saham yang berpotensi ARB dengan cepat adalah saham yang likuiditasnya rendah. Salah satunya bisa anda lihat dari antrin bid offer lotnya yang sangat tipis (hanya ada puluhan-ratusan lot untuk tiap antrian harga). Contohnya seperti tampilan bid offer berikut:
Karena bid offernya tipis, bandar tidak membutuhkan modal besar untuk menaik-turunkan harga saham. ARB bisa terjadi secara cepat, karena tidak banyak perlawanan beli dikarenakan sahamnya memang sepi transaksi alias tidak likuid.
Sebagai trader, anda tidak harus anti dengan saham gorengan. Bagaimanapun juga, banyak trader yang diversifikasi di saham-saham third liner.
Namun buat yang ingin trading di saham gorengan, pilihlah saham gorengan yang bid-offernya ramai. Dan kalau grafik saham gorengan polanya sudah kelihatan nggak beraturan, misalnya pattern candlesticknya banyak yang membentuk garis-garis tipis, itu berarti pergerakannya sangat berisiko.
Pergerakan harga saham bisa terulang (history repeat itself). Kalau ada saham yang sudah pernah kena ARB berhari-hari, bisa jadi kemungkinan kena ARB akan terulang lagi.
Jadi untuk yang ingin trading saham gorengan, anda harus jauh lebih selektif. Selalu lihat ramai tidaknya bid offer saham tersebut, dan pilihlah saham yang analisa teknikalnya lebih berpola dan mudah dianalisa.
Anda bisa perdalam juga analisa bid offer (tape reading) untuk trading cepat, dan untuk analisa sehat tidaknya bid offer suatu saham disini: Tape Reading Saham PDF.
Intinya, jangan mudah terjebak dengan saham-saham yang mudah naik puluhan persen dalam waktu cepat, apalagi saham-saham yang market capnya kecil. Kalau anda perhatikan kembali contoh grafik saham BIKA diatas, sebelum terjadi ARB berhari-hari, selalu diawali dulu dengan kenaikan harga saham yang sangat tajam selama beberapa hari.
Jika saham sudah naik berhari-hari dan anda belum membeli sahamnya, sebaiknya tidak perlu dikejar, karena risiko saham tersrbut turun dan kena ARB sangat besar. Syukur-syukur kalau ARB-nya nggak langsung terjadi saat open market, anda masih ada kesempatan jual.
Tapi kalau begitu market dibuka langsung ARB, anda hanya menunggu dan anda tidak tahu sampai kapan ARB akan terjadi.
Ingatlah bahwa pasar saham itu BAIK, karena pasar saham bisa membuat anda profit. Sebaliknya, pasar saham itu KEJAM, karena pasar saham tidak peduli dengan kerugian anda. Saham bisa turun berhari-hari dan tidak banyak yang bisa anda lakukan.
Nah untuk meminimalkan risiko-risiko di market, maka anda sendirilah yang harus bisa menekan setiap risiko, salah satunya dengan menghindari saham-saham gorengan yang tidak likuid dan sering kena ARB.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.