Kalau anda belajar saham, anda pasti sering mendengar istilah STOCK SPLIT. Stock split merupakan salah satu aksi korporasi (corporate action) yang sering dilakukan oleh perusahaan, dan seringkali memiliki dampak yang besar terhadap harga saham.
Banyak pendapat mengatakan kalau stock split membuat saham jadi lebih menarik untuk trading. Benarkah demikian? Sekarang kita akan membahas tentang stock split, studi kasus stock split di market, dan pengaruh stock split ke harga saham.
APA ITU STOCK SPLIT?
Stock split adalah aksi korporasi yang dilakukan dengan memecah nominal lembar harga saham menjadi beberapa saham. Masih bingung? Silahkan perhatikan ilustrasi berikut:
Anda punya uang Rp20.000. Kemudian uang Rp20.000 yang anda punya, ditukar menjadi Rp10.000-an sebanyak dua lembar. Jumlah uang anda TIDAK BERKURANG atau BERTAMBAH, nominalnya tetap. Yang bertambah hanya JUMLAH LEMBAR-nya.
Tadinya anda hanya memiliki 1 lembar uang saja. Setelah ditukar, jumlah lembar uang anda menjadi 2, tetapi tidak merubah nilai nominalnya sama sekali. Itulah ilustrasi sederhana stock split.
Informasi stock split di pasar saham dalam bentuk rasio. Stock split yang sering dilakukan biasanya diterapkan dalam rasio 1:2, 1:3, 1:4, 1:5 dan tanggal pelaksanaan stock split. Kalau anda sering membaca berita tentang perusahaan yang akan melakukan stock split, contohnya seperti berikut:
MEMAHAMI RASIO STOCK SPLIT & TANGGAL STOCK SPLIT
Stock split selain diberikan dalam bentuk rasio, pasti akan diberikan tanggal pelaksanaannya. Sebagai contoh, ada informasi stock split berikut:
PT Distribusi Voucher Nusantara Tbk (DIVA) akan melakukan stock split dengan rasio sebagai berikut:
- Rasio stock split 1:2
- Akhir perdagangan saham dengan nilai nominal lama di Pasar Reguler & Negosiasi: 1 September
- Akhir perdagangan saham dengan nilai nominal baru di Pasar Reguler & Negosiasi: 2 September
- Harga saham DIVA sebelum stock split: 4.680.
Rasio stock split 1:2 artinya setiap 1 (satu) pemegang saham DIVA sampai tanggal 1 September akan mendapatkan 2 (dua) saham baru pada tanggal 2 September. Harga saham DIVA sebelum stock split adalah 4.680. Setelah stock split tanggal 2 September dengan harga baru, maka saham DIVA akan menjadi 2.340 (4.680 / 2).
Jadi katakanlah anda memiliki saham DIVA sebelum 1 September sebanyak 10 lot pada harga beli 4.500. Nanti pada tanggal 2 September, jumlah lot anda akan bertambah menjadi 20 lot, dan harga beli saham anda yang semula 4.500, akan menjadi 2.250.
Disini sebenarnya tidak ada perubahan apapun. Karena sebelum stock split, anda punya saham DIVA 10 lot di harga 4.500. Artinya modal yang anda keluarkan untuk membeli saham DIVA sebesar = Rp4.500.000 (4.500 x 10 lot x 100 lembar saham).
Setelah stock split, tetap sama Rp4.500.000 (2.250 x 20 lot x 100 lembar saham). Hanya jumlah lotnya yang bertambah dan nominal sahamnya menjadi lebih murah.
Sama seperti ilustrasi uang Rp20.000 yang ditukarkan menjadi Rp10.000-an sebanyak 2 lembar. Sebenarnya tidak ada perubahan nilai nominal apapun. Yang berubah cuma jumlah lembarnya saja.
Jadi jangan kaget kalau setelah stock split, saham anda tiba-tiba "turun drastis". Karena sebenarnya tidak ada perubahan apapun. Sudah paham sampai disini?
Demikian juga kalau nilai rasio stock splitnya 1:5 misalnya. Berarti setiap satu pemegang saham lama, akan mendapatkan lima saham baru nantinya. Dan harga saham akan dibagi 5. Katakanlah saham tersebut harganya sebelum stock split adalah Rp5.000, maka setelah stock split harganya akan menjadi Rp1.000 (5.000 / 5) menyesuaikan rasio stock split-nya. Harga beli saham anda juga akan dibagi lima.
Tapi kalau anda membeli sahamnya setelah stock split, maka nominal saham anda sudah tidak dibagi dengan rasio stock splitnya. Hal ini karena saham sudah diperdagangkan dengan rasio dan harga yang baru.
RANGKUMAN STOCK SPLIT
Jadi dengan stock split, maka kita dapat menyimpulkan beberapa hal berikut.... Stock split:
- Menambah jumlah lembar saham (Jumlah saham beredar jadi lebih banyak)
- Menurunkan nominal harga saham
- Tidak merubah nilai kepemilikan saham anda
Stock split pasti akan menambah jumlah saham beredar, karena jumlah lembar saham pasti akan bertambah. Stock split membuat nominal harga saham menjadi lebih rendah, karena tujuan stock split untuk memecah nilai nominal saham. Namun stock split tidak merubah nilai kepemilikan saham yang anda punya.
TUJUAN PERUSAHAAN STOCK SPLIT
1. Membuat harga saham perusahaan menjadi lebih terjangkau dan likuid
Stock split biasanya dilakukan ketika harga saham perusahaan sudah naik sangat tinggi dan mahal, sehingga sulit dijangkau investor ritel. Perusahaan akan melakukan stock split dengan tujuan supaya harga saham perusahaan menjadi lebih terjangkau di market, karena dengan stock split, harga saham menjadi lebih murah.
Selain itu, stock split akan membuat likuiditas saham tersebut semakin tinggi, karena dengan stock split, jumlah saham beredar menjadi lebih banyak.
2. Sinyal positif untuk investor
Stock split memang tidak memberikan dampak secara langsung pada perusahaan. Karena stock split lebih berdampak pada harga saham perusahaan, bukan operasional perusahaan secara langsung.
Tetapi stock split merupakan sinyal positif perusahaan yang diberikan pada investor, bahwa perusahaan peduli terhadap investor. Perusahaan berusaha untuk membuat harga saham di pasar lebih menarik dan terjangkau bagi investor.
Dan perlu diingat juga, bahwa melakukan stock split juga membutuhkan biaya. Dengan aksi korportasi stock split, diharapkan juga investor juga lebih percaya pada manajemen dan kredibilitas perusahaan di pasar modal.
STUDI KASUS STOCK SPLIT: UNTUNG ATAU BUNTUNG?
Stock split bukan jaminan bahwa harga saham pasti akan naik tinggi keesokan hari atau beberapa minggu setelahnya. Dengan stock split, harga saham memang akan menjadi murah, namun bukan berarti investor dan trader pasti akan langsung memborong sahamnya.
Dalam praktikknya, kita sering menemukan saham yang setelah stock split, harga sahamnya justru turun. Coba perhatikan grafik saham DIVA berikut ini:
Perhatikan tanda panah. Itu adalah harga saham DIVA sehari setelah stock split. Harga sahamnya langsung turun, dan perhatikan tren harga saham setelahnya yang masih relatif downtrend. Namun volume transaksinya lebih tinggi (Tanda persegi).
Atau kita bisa perhatikan saham Unilever yang pernah stock split di awal tahun 2020. Saat itu, banyak asumsi kalau saham UNVR bakalan naik lagi ke 40.000. Tapi bisa anda lihat tren UNVR setelahnya:
Perhatikan tanda panah, itu adalah saham UNVR setelah stock split. Harga saham UNVR setelah stock split justru turun drastis. Jadi, tidak selalu saham yang setelah stock split harganya pasti akan naik.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi. Misalnya, sentimen dan kinerja fundamental. Saham UNVR diatas turun terus karena market sedang bearish dan kinerja fundamental UNVR sedang turun.
Selain itu, saham yang stock split bisa "diobral" market apabila pelaku pasar menganggap kalau harga setelah stock split masih terlalu mahal. Tetapi ada juga contoh di mana saham setelah stock split harganya menjadi jauh lebih atraktif dan bagus untuk trading.
Misalnya saham BBRI. Sebelum stock split fluktuatifnya lambat. Namun setelah stock split ke 3.000-an, harga saham BBRI jauh lebih bagus untuk trading. Anda bisa baca beberapa studi kasus pergerakan saham-saham setelah stock split disini: Analisis Saham BBRI: 1 Bulan Setelah Stock Split, Stock Split Saham: Untung atau Rugi?
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.