Beberapa waktu lalu, saya bertemu dengan teman lama saya, yang juga merupakan teman seperjuangan trader saham, setelah hampir 6 tahun tak berjumpa. Teman saya ini juga saya anggap sebagai salah satu senior saya di pasar saham, karena memang secara pengalaman trading lebih lama daripada saya.
Saat bertemu teman saya, kita berbincang hal-hal di luar saham. Tiba-tiba teman saya nyeletuk:
"masih trading saham sekarang?"
Saya jawab: "Pasti saya masih trading, wong sudah bertahun-tahun kenal dunia trading, nanggung kalau ditinggalkan hehe".
Lalu saya tanya balik: "Kamu sendiri gimana tradingnya? Udah cuan banyak nih pasti".
Teman saya menjawab dengan jawaban yang agak berbeda: "Ah, ngapain trading buang-buang waktu, kebanyakan lihat monitor. Aku mid term atau investasi. Hold saham jual minimal 1-2 bulanan atau diatas 3 bulan. Cari saham yang lagi diskon tren-nya, beli di bulan-bulan IHSG koreksi. Ntar juga panen sendiri."
Saya cukup kaget dengan jawaban teman saya ini, karena teman saya alirannya sebenarnya murni trader saham dari dulu. Bahkan saya banyak belajar ilmu trading saham salah satunya ya dari teman lama saya ini.
Jadi saya bisa menyimpulkan, teman saya ternyata sudah "pindah haluan" dari trader menjadi investor atau mid term trader. Lalu karena saya penasaran saya tanya balik:
"Kenapa kok nggak trading lagi?"
Teman saya menjawab: "Kalau soal banyak dikitnya profit itu relatif mau trading atau investasi. Aku nggak trading lagi soalnya memang nggak punya banyak waktu. Sekarang kan sudah mengisi jabatan (teman saya bukan full time trader, namun bekerja di salah satu perusahaan besar swasta).
"Jadi kapan ada waktunya buat trading? Lagian kalau mantau market terus, kena ke psikologis, kecuali kalau bener-bener ada waktu ya oke-oke saja."
Seorang trader saham yang bisa profit dari trading, ternyata bisa berubah menjadi investor. Sebaliknya, orang-orang dulunya investor saham pun, juga bisa berubah menjadi trader jangka panjang.
Alasannya bukan hanya semata-mata karena investasi dianggap lebih menguntungkan daripada trading jangka pendek atau sebaliknya. Namun alasan-alasan seperti:
- Kondisi psikologis setiap orang
- Kecukupan waktu untuk memantau market
- Perubahan karakter (strategi trading dan investasi)
Juga bisa mempengaruhi seseorang untuk merubah total strateginya (dari yang dulunya trader sekarang jadi investor saham, atau sebaliknya yang dulunya investor sekarang jadi trader saham).
Dan itu sah saja selama anda menganggap perubahan strategi trading ke investasi atau sebaliknya, ternyata lebih menguntungkan dari segi waktu, psikologis atau bahkan dari segi profit.
Pada pos ini, saya ingin menyampaikan bahwa trading saham jangka pendek dan investasi saham jangka panjang itu sama bagusnya, tergantung dari SUDUT PANDANG mana anda melihat dan menganalisa.
Kalau anda bertanya ke trader saham, trader saham pasti akan memberikan sudut pandang dari segi jangka pendek. Trader saham memiliki konsep:
"Pasar saham itu berfluktuatif. Justru karena adanya fluktuatif yang tinggi di pasar saham itulah, maka saham adalah sarana yang bagus untuk mendapatkan profit jangka pendek."
Trader jangka pendek memiliki pandangan-pandangan bahwa dengan memanfaatkan volatilitas harga saham, berdagang saham beberapa hari, menganalisa pergerakan grafik, behavior (perilaku) market, akan memberikan keuntungan yang lebih konsisten di market, daripada harus berinvestasi jangka panjang.
Sebaliknya, investor saham memiliki prinsip yang berkebalikan dengan trader saham. Investor saham memiliki konsep:
"Pasar saham itu berfluktuatif. Ngapain dibuat trading jangka pendek? Yang ada stress, kena psikologis, sering kena jebakan. Saham itu sarana buat investasi jangka panjang, soalnya beli saham itu ibarat beli perusahaan. Simpan saja dan panen, jadi lebih tenang di psikologis dan bisa dapat pertumbuhan aset jangka panjang."
Itulah kedua perbedaan pandangan antara TRADER jangka pendek dengan INVESTOR jangka panjang.
Lalu, apa tujuan saya sharing pos ini?
Faktanya, banyak trader dan investor saham yang tersesat arah. Banyak trader yang ingin berdagang saham, namun justru menggunakan analisa fundamental. Sebaliknya, banyak investor yang ingin menyimpan saham jangka panjang, tetapi menerapkan mindset seorang trader.
Akibatnya, banyak investor yang menjadi trader (saham yang dibeli baru naik sedikit langsung dijual), dan banyak trader yang prediksi dan analisa-nya meleset karena tidak sesuai dengan analisa-analisa untuk jangka pendek.
Di satu sisi, banyak trader dan investor saham yang terjebak dengan pendapat-pendapat orang lain. Misalnya, kita sering mendengar perdebatan trader dan investor saham.
Trader berkata: "Untuk apa investasi jangka panjang, trading jangka pendek saja bisa dapat profit lebih cepat". Sebaliknya, investor saham berkata: "Ngapain harus trading jangka pendek, saham itu kan buat investasi bukan untuk jangka pendek".
Investor dan trader saham yang tidak punya pendirian seringkali terpengaruh dengan perdebatan-perdebatan ini, akhirnya trader menjadi investor saham hanya karena terpengaruh dengan pendapat seorang investor dan sebaliknya.
Padahal tidak sesuai dengan karakter-nya. Sekali lagi, investasi dan trading saham sama bagusnya, tergantung dari SUDUT PANDANG MANA ANDA MELIHAT. Baik anda yang ingin memilih trading ataupun investasi, semua harus disesuaikan dengan:
- Tujuan anda
- Karakter pribadi
- Tingkat kecocokan terhadap suatu analisa yang dipilih
Kalau anda ingin dapat profit jangka pendek, kuasai analisis teknikal. Kalau anda ingin dapat profit jangka panjang, kuasai analisa fundamental. Kalau anda lebih cocok belajar grafik, jadilah trader.
Kalau anda lebih suka dengan analisa laporan keuangan, jadilah investor. Kalau anda merasa psikologis anda selalu terbebani dengan trading, kemungkinan besar anda lebih cocok jadi investor atau minimal mid term trader.
Kalau anda sering tergoda jual saham yang sedang naik, kemungkinan besar anda tidak cocok jadi investor. Anda lebih cocok menjadi seorang trader. Kalau anda tidak punya banyak waktu trading, jadilah investor.
Kalau anda merasa lebih nyaman memantau saham di depan monitor, jadiah trader saham, jangan menjadi investor.
Sampai disini, menangkap intisarinya?
Seperti cerita teman saya yang "berubah haluan" dari trader menjadi investor... Teman saya menjadi investor bukan terpengaruh opini-opini subjektif dari luar, tetapi memang karena kondisinya sekarang lebih memungkinkan jadi investor daripada jadi trader. Maka teman saya lebih memilih jadi investor.
Nah, buat anda yang sekarang galau menentukan lebih baik modal anda dimasukkan untuk trading atau investasi. Anda bisa baca kembali poin-poin di pos ini, dan anda pasti akan menemukan jawabannya.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.