Di pasar saham, salah satu anomali market yang cukup terkenal adalah JANUARY EFFECT. Sesuai namanya, January Effect selalu terjadi di bulan Januari. Kenapa Januari? Karena Januari adalah tahun baru, di mana tahun baru biasanya dikaitkan dengan optimisme investor/ trader terhadap pasar saham.
Di satu sisi, January Effect juga dikaitkan dengan efek lanjutan window dressing yang terjadi di Bulan Desember. Window dressing adalah tindakan perusahaan, manajer investasi untuk mempercantik kinerja laporan keuangan dan portofolionya (tanpa melanggar standar dan aturan-aturan), sehingga meningkatkan optimisme investor untuk memborong saham-saham di market.
Di web Saham Gain, kita juga sudah pernah membahas tentang Window Dressing. Anda bisa pelajari kembali disini: Efek Window Dressing dan Harga Saham.
January Effect adalah optimisme investor terhadap pasar saham, karena menyambut tahun baru dan sebagai efek lanjutan dari window dressing di bulan Desember. Efek lanjutan window dressing ini biasa disebut sebagai Santa Claus Rally.
Hal ini karena window dressing umumnya akan berlanjut sampai awal tahun baru. Di satu sisi, January Effect sebenarnya juga berkaitan dengan psikologis investor. Tahun baru seringkali dikaitkan dengan optimisme investor terhadap pasar saham.
Sehingga bulan Januari dipercaya sebagai bulan di mana pasar saham bisa memberikan return positif. Tapi apakah dalam praktikknya January Effect ini benar-benar terjadi?
Untuk melihat bukti yang lebih valid, kita harus melihat return IHSG minimal selama 10 tahun kebelakang setiap Bulan Januari.
JANUARTY EFFECT SAHAM IHSG
Sumber data: Stockbit.com
Pada data IHSG mulai tahun 2011-2021, setiap bulan Januari return IHSG mayoritas memang hijau (positif). Terdapat 7 kali return positif dan 3 kali return negatif (negatif). Artinya, kalau mengacu pada data diatas, probabilitas January Effectnya adalah 70% (terjadi): 30% (tidak terjadi).
Karena mayoritas return IHSG di bulan Januari positif (sampai 70%), dapat disimpulkan bahwa January Effect memang TERJADI DI PASAR SAHAM INDONESIA. Hanya saja tidak selalu.
Hal ini berbeda dengan IHSG di Bulan Desember. Anda bisa lihat return IHSG selama bulan Desember 100% selalu positif. Artinya, efek Window Dressing di bulan Desember memang lebih kuat dibandingkan January Effect.
"Pak Heze, berarti January itu waktunya koleksi saham ya? Kan IHSG biasanya positif" Tanya anda.
Tidak selalu. January Effect kadang "mengecewakan". Karena saya sudah lumayan lama di bursa saham, saya mengalami bulan Januari yang cukup variatif.
Terkadang IHSG di bulan Januari sangat bagus, dan saham2 yang saya simpan di akhir tahun naik terus di bulan Januari. Tetapi terkadang ada saat di mana bulan Januari pergerakannya relatif stagnan walaupun akhirnya IHSG tetap hijau.
Sebaliknya, ada saat-saat juga di mana bulan Januari justru berbanding terbalik dengan apa yang dioptimiskan market. Misalnya, awal tahun 2020 bulan Januari (anda bisa lihat return IHSG Januari 2020 bisa minus sampai -5,71%), saat itu saham-saham langsung longsor semua.
Karena di awal Januari 2020 kita sudah disuguhkan dengan berita-berita bencana alam, misalnya banjir Jakarta hingga mulai munculnya Covid 19 di Wuhan, China. Sehingga dalam kondisi seperti ini, pasar bukannya optimis tapi malah jualan saham besar-besaran dan mulai terjadi panic selling.
Biasanya pergerakan IHSG di bulan Januari itu juga tergantung dari sentimen pasar saham saat itu.
Sentimen-sentimen pasar juga harus anda perhatikan. Misalnya seperti yang kita bahas tentang kondisi pasar saham saat Januari 2020. Sentimen negatif membuat saham-saham di bulan Januari justru banyak yang turun.
Selain itu, jika di Bulan Januari tidak banyak berita positif yang bisa mendongkrak pasar, kemungkinan besar IHSG ya bergerak di level itu-itu saja. Meskipun mungkin secara return total Januari-nya masih positif, tapi sangat mungkin January Effect tidak seperti yang anda harapkan.
Jadi jangan hanya percaya dengan anomali pasar (January Effect) dan beranggap hal itu pasti terjadi. Anda juga harus peka, jeli dan kritis dalam melihat kondisi pasar saham. Jangan membeli saham besar-besaran hanya karena anda percaya January Effect.
Dari data IHSG historis diatas, persentase January Effect terjadi adalah 70%. Artinya tetap ada probabilitas 30% tidak terjadi.
MENYIKAPI JANUARY EFFECT DAN WINDOW DRESSING
Sebagai trader saham yang cukup lama berkecimpung di market, saya pribadi tidak terlalu menanggapi efek Window Dressing ataupun January Effect. Mengapa?
Karena kalau banyak sekali trader yang terlalu optimis, terlalu gembar-gembor dan berkata: "Desember pasti cuan besar. Januari market bakal rally. Ayo borong saham yang banyak".
Justru disinilah akan terjadi ANTISIPASI PASAR. Saham-saham yang sudah naik banyak di bulan Oktober-November malah akan banyak dijual di bulan Desember dan Januari.
Sekali lagi, walaupun mungkin secara return IHSG-nya masih positif, tapi positif-nya market tidak sesuai dengan apa yang anda harapkan, karena market sudah mengantisipasinya.
Coba kalau setiap bulan Desember dan Januari anda amati pergerakan pasar saham, di bulan-bulan tersebut kadang-kadang pergerakan mayoritas saham tidak sesuai harapan. Misalnya anda bisa lihat pergerakan IHSG di bulan Desember 2021:
Perhatikan tanda persegi. Itu adalah pergerakan IHSG full bulan Desember. Anda bisa lihat, pergerakan IHSG bulan Desember 2021 cenderung stagnan. Bukan uptrend seperti yang anda bayangkan. Barulah awal Januari 2022 (dua candle hijau terakhir) IHSG mengawali tahun baru dengan kenaikan.
Nah, ini menunjukkan bahwa meskipun ada efek Window Dressing di bulan Desember, belum tentu pergerakan saham-saham sesuai dengan apa yang kita pikirkan.
Demikian pula dengan bulan January. Ketika banyak orang yang terlalu optimis dengan bulan January, justru disitulah terjadi antisipasi market. Banyak trader yang saham-saham-nya sudah naik bulan Desember, malah pada jualan di bulan Januari. Apalagi kalau market bulan January nggak banyak sentimen positif.
Itulah mengapa dari data historis IHSG, di bulan Januari terkadang kita juga menghadapi return negatif.
Saran saya, kita tidak perlu terlalu berlebihan menyikapi January Effect ataupun Window Dressing. Strateginya, anda harus tetap memilih saham-saham yang bagus. Kriteria-kriteria saham bagus itu antara lain:
- Murah secara teknikal
- Punya likuiditas baik
- Fundamental bagus, dengan catatan harganya masih relatif murah secara teknikal ataupun fundamental (karena saham dengan fundamental bagus biasanya akan naik lebih cepat ketika market lagi bullish)
- Saham-saham watchlist anda sendiri, karena saham-saham yang sudah anda hafal pola-nya akan lebih bagus untuk ditradingkan dibandingkan gambling pada saham-saham yang tidak anda pahami.
Dengan memiliki sikap rasional, tidak berlebihan dan tetap analitik, anda juga tidak akan kaget ketika menghadapi market di bulan Desember dan Januari yang ternyata tidak bergerak sesuai prediksi anomali pasar.
Anda bisa perdalam lebih banyak analisa-analisa untuk memilih saham-saham bagus dan layak trading, serta mendalami analisis fundamental disini:
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.