Saham nyangkut adalah problem utama yang paling sering dihadapi trader saham. Sayangnya, banyak trader yang pada akhirnya menyalahkan pasar saham, analis, trader lain sebagai penyebab saham nyangkut. Padahal penyebab saham nyangkut sebenarnya ada pada diri anda sendiri.
Saya akui, semua trader saham (termasuk saya), juga pasti pernah mengalami SAHAM NYANGKUT. Se-hebat, se-mahir apapun trader saham, anda tetap berisiko menghadapi saham nyangkut.
Sebelum lanjut, untuk menyamakan persepsi, saham nyangkut merupakan saham yang setelah anda beli harganya turun (tidak naik sesuai harapan), sehingga saham yang anda tradingkan meleset dari target sebelumnya, namun anda tidak melakukan cut loss.
Sebagai contoh, anda beli saham INKP di harga 7.200. Anda berencana jual di harga 7.300. Namun setelah anda matched order buy di 7.200, INKP bukannya naik ke 7.300, tapi malah turun ke 7.150.
Dan sampai besok INKP anda masih belum naik. Berarti anda masih nyangkut di saham INKP, karena INKP anda belum profit. Faktanya, banyak trader yang sahamnya masih sering nyangkut ketika trading padahal mungkin:
- Anda sudah menggunakan analisa teknikal
- Anda sudah trading sesuai trading plan
- Anda sudah melakukan analisa sebelum beli saham
- Anda beli saham-saham yang pergerakannya bagus
Jadi kali ini, saya tidak akan jawab: "Saham anda nyangkut karena anda salah menganalisa, atau belum menganalisa".
Saya juga tidak akan jawab penyebab saham nyangkut karena "Anda tidak memasang proteksi cut loss". Karena faktanya, cut loss memang bukan ukuran mutlak dalam trading. Kadang kala, setelah kita cut loss, saham justru berbalik naik.
Selama bertahun-tahun menjalankan aktivitas trading saham, dan saya juga sering menerima pertanyaan dari rekan-rekan trader yang sahamnya nyangkut, penyebab saham nyangkut adalah: Tidak tahu apa yang harus dilakukan setelah sahamnya nyangkut, sehingga PSIKOLOGI-NYA JADI KACAU.
Dengan kata lain, anda tidak punya PLAN B. Anda harus pahami bahwa trading plan awal yang anda susun untuk membeli saham, itu dinamakan dengan PLAN A.
Anda mau beli saham WINS di harga 218 dan jual di 230. Itu adalah Plan A. Namun terkadang Plan A ini bisa saja meleset. Bukan karena anda yang salah memasang harga atau tidak menganalisa.
Tetapi kondisi market / IHSG / pasar saham itu sangat DINAMIS. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi besok. Menganalisa dan memprediksi saham, analoginya seperti MEMBACA MASA DEPAN.
Sekarang saya tanya pada anda: "Bung, apa yang akan terjadi satu minggu kemudian?"
Kira-kira anda bisa mengetahui nggak apa yang akan terjadi satu minggu kemudian? Tentu anda tidak akan tahu, karena tidak ada yang bisa melihat masa depan. Tapi kalau anda sudah punya planning apa yang mau dilakukan selama 1 minggu kedepan, maka at least anda bisa memprediksi apa yang akan terjadi minggu depan.
Tetapi sekali lagi, prediksi adalah berdasarkan analisa dan planning anda. Tetap bisa meleset juga. Analisis dan trading saham juga demikian.
Karena kita menganalisa masa depan, maka ada kemungkinan prediksi dan analisa kita meleset. Kita ambil contoh saham WINS tadi. Anda beli WINS di harga 218 dan anda memperkirakan saham WINS dalam waktu dekat bisa naik ke 230, sehingga anda pasang take profit di harga tersebut.
Saham WINS bisa saja naik ke 230. Atau sebaliknya, turun dibawah 218 alias tidak sesuai dengan harapan dan analisa anda. Ini artinya, kalau anda tidak cut loss WINS, bisa dikatakan saham WINS anda nyangkut.
Artinya, saham yang awalnya anda beli dengan Plan A, kemudian turun, itu wajar saja, karena kondisi market bisa berubah dan tidak ada orang mengetahui masa depan. Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan fluktuatif market.
Yang jadi persoalan sekarang adalah: Bagaimana anda menjalankan Plan B (kalau anda nggak mau cut loss), supaya saham anda yang nyangkut tadi bisa PROFIT, alias NGGAK NYANGKUT BERLAMA-LAMA?
Biasanya yang menyebabkan trader saham nyangkut berlama-lama di suatu saham karena beberapa kondisi berikut:
1. Menghabiskan modal karena terlalu percaya diri
Ketika saham yang dibeli nyangkut, trader tidak punya sisa modal untuk averaging down, karena trader sudah menghabiskan semua modal untuk membeli saham saat di Plan A. Trader terlalu optimis saham yang dibeli bakal langsung naik.
2. Menambah diversifikasi terus-menerus
Trader seringkali menambah diversifikasi saham yang lain, pada saat saham pertama yang dibeli nyangkut, dengan harapan saham yang lain bisa menutup floating loss saham yang nyangkut pertama.
Demikian seterusnya, sampai akhirnya portofolio trader diisi oleh saham-saham nyangkut. Ini menunjukkan bahwa trader tidak punya PLAN B, dan tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika saham yang dibeli tidak sesuai harapan.
Menambah diversifikasi terus-menerus ketika saham anda nyangkut, ibarat anda menambah lubang di kapal yang bocor, dengan harapan air di kapal akan segera keluar. Yang terjadi, justru air yang masuk akan semakin banyak.
3. Marah, kecewa, sedih
Banyak trader yang tidak melakukan langkah apapun ketika sahamnya nyangkut. Yap, trader hanya kecewa karena tidak sesuai harapan, atau marah / sedih dan mulai menyalahkan pasar saham, menyalahkan trader lain sebagai penyebab floating loss yang dialami.
Sekali lagi, seperti yang saya paparkan, bahwa penyebab utama saham nyangkut bisa jadi karena trader tidak punya the next action ketika saham yang dibeli turun, sehingga jatuhnya akan ke psikologis.
4. Beli saham yang jelek, atau beli saham di harga yang jelek
Harus diakui, banyak juga trader yang sahamnya nyangkut karena membeli saham-saham gorengan, saham IPO, saham-saham fluktuatif-nya tidak beraturan, atau memang membeli saham di harga jelek (pada harga yang terlalu tinggi misalnya).
SOLUSI SAHAM NYANGKUT, JIKA ANDA TIDAK MAU CUT LOSS
Supaya saham anda tidak nyangkut berlama-lama, disarankan untuk menerapkan strategi-strategi berikut (yang merupakan bagian dari Plan B):
1. Averaging down
Averaging merupakan solusi untuk trader yang sahamnya sedang nyangkut. Dengan averaging down, anda bisa mendapatkan saham di harga beli rata-rata yang lebih murah, sehingga saham anda bisa recovery lebih cepat.
Namun tentu saja, averaging down tidak boleh dilakukan asal-asalan. Momentum averaging down yang benar juga diperlukan, agar saham yang anda beli bisa profit lebih cepat.
Anda bisa pelajari kembali tentang strategi averaging down disini: Strategi Averaging Down yang Benar.
2. Manajemen modal di awal (Saat Plan A)
Membeli saham sebaiknya tidak dilakukan dengan full modal. Selalu sisakan modal paling tidak 60-70% di account balance. Yap, sisa modal ini untuk berjaga-jaga (averaging down), apabila saham yang anda beli tidak bergerak sesuai harapan (Plan B).
Tetapi kalau anda memasukkan 100% modal untuk beli 1-2 saham karena anda overconfidence dan ingin dapat profit banyak dalam waktu singkat, jika saham yang anda beli turun, anda tidak akan punya sisa modal untuk averaging. Sehingga anda hanya bisa menunggu saham nyangkut anda balik naik.
3. Beli saham di harga yang bagus atau diskon
Membeli saham di harga yang diskon / murah, meningkatkan peluang saham naik / rebound lebih cepat. Walaupun mungkin saham yang anda beli masih turun lagi, namun saham-saham yang sudah murah umumnya tidak butuh waktu lama untuk naik lagi.
Hal ini berbeda kalau anda membeli saham yang harganya sudah mahal secara teknikal, atau bahkan membeli saham-saham yang pattern dan pergerakannya tidak beraturan, maka risiko saham nyangkut akan lebih besar.
Anda bisa perdalam cara-cara dan strategi memilih saham-saham murah untuk trading disini: Full Praktik Menemukan Saham Diskon & Murah.
4. Jangan melakukan terlalu banyak diversifikasi
Jika saham yang anda beli nyangkut, usahakan untuk tidak menambah diversifikasi terlalu banyak. Terapkan Plan B dengan cara averaging down, dan "tuntaskan" saham anda yang nyangkut tersebut sampai anda profit.
Kalau anda ingin diversifikasi, lakukan diversifikasi 1-2 saham saja. Masalahnya, kalau anda terlalu banyak diversifikasi, anda tidak akan memiliki sisa modal untuk averaging down jika saham-saham yang ada di portofolio anda turun.
Dan ingat, untuk meminimalkan risiko saham nyangkut, belilah saham-saham yang pergerakannya bagus, yang anda pahami pola-nya dan belilah saham-saham di harga yang murah.
Saham yang anda beli bisa saja tidak bergerak sesuai harapan. Itulah mengapa saya selalu menyarankan pada trader untuk tidak overconfidence dalam trading.
Saya juga selalu menyarankan agar trader memiliki Plan B, karena kondisi pasar saham itu dinamis. Kita juga tidak bisa memastikan apa yang terjadi di masa mendatang (pergerakan saham-saham yang dibeli).
Plan B akan mengarahkan trader supaya jika ada saham yang turun / nyangkut setelah dibeli, trader tahu apa yang harus dilakukan (tidak hanya diam).
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.