Cut loss adalah bagian dari trading plan. Artinya, kalau saham yang anda beli tidak bergerak sesuai harapan, disarankan untuk melakukan cut loss. Hal ini karena cut loss merupakan bentuk proteksi kerugian terhadap modal. Cut loss akan "memotong" (cut) kerugian supaya kerugian anda tidak bertambah besar dari penurunan harga saham.
Tetap faktanya di market tidak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak trader saham yang tidak rela cut loss, karena dalam mindset psikologi trader: "Ngapain cut loss, nanti kan sahamnya naik lagi kalau sudah turun".
Dilema cut loss semakin terlihat apabila trader sudah mengalaminya sendiri, di mana setelah trader melakukan cut loss, saham yang dijual rugi ternyata berbalik naik diatas harga belinya. Hal-hal inilah yang pada akhirnya membuat banyak trader enggan cut loss.
Bolehkah anda menjadi trader ANTI CUT LOSS? Bukankah dalam trading itu disarankan untuk selalu disiplin cut loss?
Boleh saja anda anti cut loss. Tetapi untuk trader anti cut loss, disarankan untuk selalu punya PLAN A dan PLAN B dalam trading. Apa maksudnya Plan A dan Plan B?
Contohnya begini. Anda beli saham TLKM di harga 4.000. Anda mau take profit di harga 4.100. Anda tidak menetapkan cut loss, karena prinsip anda anti cut loss.
Pada saat anda menetapkan beli saham TLKM di 4.000 dan jual di 4.100, itulah yang dinamakan dengan Plan A. Semua trader tentu berharap Plan A akan tercapai secepat mungkin.
Masalahnya, bisa saja saham TLKM anda ternyata nggak langsung ke 4.100, tapi malah turun ke 3.900 setelah dibeli. Nah, disinilah anda harus punya Plan B. Plan B untuk trader anti cut loss adalah AVERAGING DOWN. Baca juga: Mana yang Boleh: Averaging Up atau Averaging Down?
Karena dengan averaging down, anda bisa mendapatkan harga beli rata-rata saham yang lebih rendah/ murah, sehingga bisa menjual / take profit lebih cepat. Katakanlah anda averaging down di harga 3.900, maka anda tidak perlu menjual di harga 4.100 untuk mendapatkan profit dengan nilai nominal yang sama. Anda bisa menjual lebih cepat.
Plan B kedua adalah: Siapkan manajemen portofolio kalau saham yang anda beli ternyata turun. Anda mau nambah jumlah / diversifikasi saham atau averaging down? Ini harus disesuaikan dengan kemampuan modal masing-masing.
Hal ini karena seringkali trader menambah terus diversifikasi saham ketika saham yang pertama dibeli turun, ahkrinya trader tidak memiliki modal lagi untuk averaging di saham yang turun, dan ujung-ujungnya sahamnya diisi oleh puluhan saham nyangkut.
Banyak kesalahan trader anti nyangkut yang terjadi seperti ini: Anda beli saham TLKM. Saham yang anda beli nyangkut dan turun. Akhirnya anda membeli saham JSMR dengan harapan JSMR ini bisa naik, profit dan menutup saham nyangkut anda di TLKM.
Ternyata saham JSMR yang anda beli juga turun. Lalu anda beli lagi saham ANTM dengan harapan ANTM akan memberikan profit. Ternyata saham ANTM turun. Modal anda habis karena terlalu banyak diversifikasi, dan tidak punya sisa modal untuk averaging down.
Ini menunjukkan bahwa trader tidak memiliki Plan B, dan hanya trading berdasarkan faktor emosi. Kalau saham anda turun, anda harus segera menyusun rencana averaging down di saham yang turun, jangan terburu menambah diversifikasi saham.
Tujuannya, supaya saham anda yang turun pertama tadi lebih cepat recovery, dan tidak nyangkut berlama-lama. Kalaupun anda ingin menambah diversifikasi, cobalah untuk menambah 1 diversifikasi saham saja. Jangan terlalu banyak.
Intinya, para trader anti cut loss harus menyiapkan sisa modal yang cukup besar di account balance, untuk averaging down alias menyiapkan strategi supaya jika terjadi saham turun, saham anda yang nyangkut di berlama-lama (anda bisa lebih cepat menjual saham anda profit).
Jadi para trader anti cut loss, kalau saham anda turun jangan hanya diam, merenung, apalagi menyalahkan pasar saham dan trader lain. Jalankan Plan B anda, supaya saham anda nggak nyangkut berlama-lama. Or at least, kalaupun nyangkut baliknya akan lebih cepat (anda tetap profit dan tidak perlu cut loss).
Inilah gambaran ringkas plan yang harus ditetapkan untuk trader anti cut loss. Intinya, anda harus memiliki Plan A dan Plan B, di mana P adalah action anda ketika saham yang dibeli turun, yaitu dengan menerapkan averaging down.
Sekarang the next "problem adalah: Averaging down juga tidak se-simpel menambah porsi saham ketika saham yang anda beli turun. Averaging down juga memerlukan teknik trading yang benar. Tidak asal averaging.
Selain itu, pemilihan saham saat anda masih di Plan A juga harus benar. Manajemen modal, manajemen portofolio harus diatur agar anda bisa menjalankan Plan B jika Plan A ternyata tidak berjalan sesuai rencana.
Karena averaging down juga ada risikonya. Pemilihan saham yang tidak tepat (baik dari segi kualitas saham maupun analisa / momentum) bisa meningkatkan risiko saham yang anda beli malah turun terus dan belum bisa kembali ke harga beli, walaupun anda sudah averaging down beberapa kali.
Jadi buat para trader anti cut loss, anda memiliki tantangan tersendiri untuk mengatur portofolio optimal.
Terutama buat trader jangka pendek, trader harian (intraday trader) yang anti cut loss, teknik Plan A dan Plan B untuk meminimalkan saham nyangkut itu sangat penting. Karena dalam praktikknya, banyak trader harian anti cut loss yang awalnya ingin trading harian, ujung-ujungnya justru sahamnya nyangkut.
Untuk trader harian / intraday, anda bisa perdalam cara-cara memilih saham untuk jangka pendek, dan plan-plan yang harus dijalankan untuk trader. Anda bisa perdalam disini: Ebook Intraday Trading Saham Pemula - Expert.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.