Dalam analisis fundamental, kita mengenal analisis VALUASI SAHAM. Valuasi saham merupakan analisa yang digunakan untuk menilai dan menganalisa harga atau nilai wajar suatu saham. Intinya, kalau saham tersebut berada diatas harga pasar saat ini, atau diatas valuasi rata-rata industri, saham dapat dikatakan mahal / overvalued.
Sebaliknya ketika valuasi saham berada dibawah rata-rata industrinya, berarti harga saham tersebut dapat dikatakan murah / undervalued.
Analisa valuasi saham paling sederhana, populer dan banyak digunakan di kalangan investor, analis adalah Price Earning Ratio (PER) dan Price to Book Value (PBV). Mengenai penjelasan dan cara menghitung PER dan PBV sudah kita bahas pada pos-pos berikut:
[Anda bisa perdalam analisis fundamental full praktik, cara-cara analisa laporan keuangan untuk level pemula - expert, strategi investasi saham disini: Ebook Analisis Fundamental Saham Pemula - Expert.]
Dalam analisis valuasi saham, PER yang murah (undervalued) biasanya lebih disarankan daripada PER atau PBV yang mahal, karena PER murah mengindikasikan bahwa harga saham sedang terdiskon.
Sesuai konsep di market, pada saat harga saham lagi turun / diskon, saham tersebut akan diborong lagi, dan ketika banyak permintaan market, maka harga saham akan naik.
Sedangkan PER yang mahal (overvalued) mengindikasikan bahwa harga saham tersebut sudah MAHAL / TINGGI. Umumnya saham dengan PER tinggi, tidak disarankan karena saham yang sudah mahal ada potensi untuk dijual / dilepas, sehingga harganya akan turun lagi.
Ibaratnya, trader / investor tidak akan mau membeli barang pada harga yang sudah terlalu mahal, karena beli barang di harga murah lebih menguntungkan untuk dijual pada harga tinggi ketika naik.
PER MAHAL VS PER MURAH
Namun dalam praktikknya tidak se-simpel itu. Kalau anda menemukan PER murah, belum tentu saham tersebut layak untuk dibeli. Sebaliknya, saham dengan PER mahal, belum tentu sahamnya harus dihindari.
PER atau PBV murah sebenarnya mengindikasikan hal sebaliknya, yaitu: VALUE TRAP. Kita ambil contoh rasio PER. PER rumusnya adalah Harga saham / Earning per Share (EPS).
Nah, kalau perusahaan mengalami penurunan laba bersih dalam hal ini adalah EPS, dan kemudian harga sahamnya juga turun banyak karena laba bersih jatuh, sehingga persentase penurunan harga saham MELEBIHI persentase penurunan EPS, maka yang terjadi adalah PER akan semakin rendah.
Tetapi PER yang rendah tersebut bukan berarti sahamnya secara valuasi diskon, murah dan bagus. Inilah yang dinamakan dengan value trap, yaitu PER rendah namun sebenarnya PER yang rendah disebabkan karena penurunan kinerja perusahaan, yang menyebabkan penurunan harga saham.
Dalam kondisi seperti ini, investor tidak disarankan membeli sahamnya, walaupun PER-nya mungkin sangat murah. Dalam banyak kasus di market, perusahaan-perusahaan dengan fundamental yang kurang menarik, sering memiliki rasio PER atau PBV yang rendah.
Namun valuasi tersebut tidak mencerminkan kinerja sesungguhnya (value trap), sehingga tidak jarang kita menemukan saham dengan valuasi murah, namun harga sahamnya dalam jangka menengah - panjang justru relatif turun.
Lalu bagaimana dengan PER yang mahal / tinggi?
PER yang mahal implikasi-nya adalah harga sahamnya sudah ketinggian. Namun PER yang mahal / tinggi, bisa jadi market memang MENGAPRESIASI HARGA SAHAM perusahaan tersebut.
Karena market menganggap bahwa fundamental perusahaan tersebut memang bagus, sehingga sahamnya layak dibeli. Ketika saham banyak dibeli dan harganya naik, dengan asumsi EPS tetap, maka hal ini akan membuat valuasi-nya menjadi semakin tinggi.
Ini artinya saham dengan PER yang tinggi, dan juga diimbangi dengan fundamental bagus, menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki prospek, kualitas dan daya tahan fundamental bagi investor.
Mana yang Sebaiknya Dipilih: PER Murah atau PER Mahal?
Dalam analisa fundamental, terutama analisis valuasi saham untuk value investor, selalu disarankan untuk memilih saham dengan PER MURAH. Tetapi dengan catatan: Didukung dengan kinerja fundamental yang baik.
Intinya, jangan membeli saham hanya karena anda melihat PER-nya. Padahal kinerjanya amburadul, banyak sentimen negatif, tata kelolanya jelek. Ini akan menimbulkan risiko value trap.
Sayangnya, banyak investor yang sering terjebak dengan konsep valuasi saham, di mana para investor menginvestasikan saham hanya karena saham tersebut punya PER atau PBV yang sangat-sangat murah. Di sisi lain, investor tidak mengamati fundamentalnya, atau bahkan hanya beli saham karena ikut-ikutan. Ini yang berbahaya.
Kasus-kasus saham seperti AISA, BEKS dan lain-lain yang pernah memiliki masalah dengan kinerja fundamental, sahamnya sempat menjadi murah secara valuasi. Namun murahnya valuasi disebabkan karena harga sahamnya yang turun. Baca juga: Analisis Jangka Panjang Saham BEKS.
Sedangkan untuk saham-saham dengan PER mahal / tinggi, memang anda harus lebih waspada khususnya bagi investor saham. Karena banyak saham fundamental bagus dengan PER mahal, biasanya pergerakan harga sahamnya cenderung agak lambat / stagnan.
Nah, kalau anda sudah punya pengalaman cukup mapan di market, anda pasti akan bisa membedakan saham dengan PER mahal yang layak dijadikan sebagai sarana investasi, dengan saham-saham PER mahal yang sebaiknya dihindari.
Tujuan investasi juga sangat menentukan analisa valuasi anda. Sebagai contoh, kalau anda ingin investasi untuk mendapatkan stabilitas income dari dividen, maka anda tidak perlu terlalu peduli dengan PER murah.
PER mahal bisa saja masuk kriteria anda, apalagi kalau perusahaannya punya fundamental yang sangat mapan, dengan dividen per saham yang cukup besar.
Dalam analisa valuasi seperti ini, pertimbangan subjektif, pengalaman investasi di market juga sangat mempengaruhi keputusan investasi dalam menganalisa valuasi.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.