Dalam manajemen modal trading atau investasi saham, kita mengenal metode Dollar Cost Averaging (DCA) dan lump sump. Kedua metode ini adalah metode manajamen modal yang digunakan untuk membeli saham dan mengatur jumlah portofolio saham anda. Apa perbedaan keduanya? Dan mana yang sebaiknya digunakan?
Baik DCA maupun lump sump, keduanya memiliki keunggulan masing-masing. Sebaiknya trader dan investor saham menggunakan kedua metode ini pada saat yang tepat, sehingga saham yang anda beli bisa membuahkan return yang maksimal.
[Anda bisa perdalam strategi manajemen modal dan cara-cara simpel, efektif dan praktis memilih saham-saham bagus untuk trading disini: Panduan Simpel & Efektif Screening Saham Bagus.]
DOLLAR COST AVERAGING (DCA)
Dollar Cost Averaging (DCA) adalah metode membeli saham secara bertahap (averaging), tidak langsung sekali membeli saham. Atau istilahnya, menambah porsi saham secara bertahap. DCA dibagi menjadi dua, yaitu averaging up dan averaging down.
Averaging up adalah menambah porsi saham anda ketika harga saham anda naik. Dengan averaging up, harga beli rata-rata anda otomatis akan mengalami kenaikan. Begini contohnya, anda memiliki modal Rp20 juta untuk membeli saham BBRI.
Pembelian pertama saham BBRI anda di harga 4.570 sebanyak 21 lot. Kemudian harga saham BBRI naik menjadi 4.650. Anda membeli lagi BBRI di harga 4.650 sebanyak 21 lot juga. Maka harga beli rata-rata anda sekarang adalah 4.610 sebanyak 42 lot.
Sebaliknya averaging down berarti anda menambah / membeli lagi saham yang sama ketika harga saham anda turun. Kita masih menggunakan contoh yang sama. Anda membeli saham BBRI di harga 4.570 sebanyak 21 lot.
Ternyata setelah anda beli sahamnya, tidak lama kemudian saham BBRI turun ke harga 4.500. Anda membeli lagi saham BBRI di harga 4.500 sebanyak 21 lot. Jadi harga beli rata-rata anda sekarang adalah 4.535 sebanyak 42 lot. Karena anda menerapkan averaging down, maka harga beli rata-rata anda menjadi lebih murah.
Penjelasan averaging up dan averaging down kita pernah bahas secara lengkap disini: Averaging Down dan Averaging Up Saham.
Terkait berapa kali DCA dilakukan, dan berapa lama jeda untuk pembelian pertama ke pembelian kedua, tidak ada patokan pasti. Yang jelas, DCA biasanya dilakukan ketika trader belum ada modal yang cukup untuk beli saham secara langsung dalam jumlah besar.
Kedua, trader memang memiliki strategi untuk menerapkan DCA, karena trader beranggapan kalau saham yang dibeli masih ada potensi untuk turun, sehingga trader ingin melakukan testing terlebih dahulu.
Ada beberapa kelebihan beli saham dengan metode DCA yaitu sebagai berikut:
- Bisa mendapatkan saham dengan harga rata-rata lebih murah (averaging down)
- Memiliki sisa cash untuk menambah saham jika saham anda turun
- Lebih nyaman untuk psikologis, karena tidak langsung all in, sehingga anda masih memiliki banyak kas untuk averaging
- Cocok diterapkan ketika kondisi market atau saham anda sedang turun
- Cocok diterapkan untuk trader yang belum yakin membeli saham dengan semua modal
Sedangkan berikut beberapa kekurangan metode DCA:
- Harga beli rata-rata bisa menjadi lebih mahal (averaging up)
- Jika saham anda naik, anda hanya sempat membeli sedikit saham, kalau averaging up, harga beli rata-rata akan menjadi lebih mahal
- Kurang cocok diterapkan ketika kondisi pasar dan saham anda sedang strong bullish
Jadi, kalau anda belum yakin membeli saham dengan seluruh modal, atau ketika anda melihat saham anda peluang naiknya masih 50:50, anda bisa membeli secara bertahap. Dalam membeli saham, anda tidak harus langsung all in.
Tetapi ketika saham-saham sedang strong bullish, metode ini kurang cocok, karena kalau saham-saham lagi bullish dan anda cuma beli saham sedikit, maka return yang anda dapatkan juga lebih kecil.
LUMP SUMP
Lump sump adalah metode membeli saham hanya satu kali dengan memasukkan semua modal anda. Istilah lain dari lump sump adalah all in (langsung memasukkan semua modal anda untuk beli saham).
Lump sump adalah kebalikan dari DCA. Katakanlah anda memiliki modal Rp50 juta untuk membeli saham TLKM. Maka anda langsung membeli saham TLKM dengan modal Rp50 juta tersebut. Anda tidak melakukan averaging, tetapi langsung all in.
Ada beberapa kelebihan metode lump sump, yaitu:
- Cocok diterapkan saat saham sedang strong bullish / uptrend, return bisa maksimal tanpa harus averaging
- Dengan lump sump, potensi return lebih maksimal jika saham yang dibeli langsung naik
Dibalik kelebihannya, terdapat kekurangan-kekurangan metode lump sump:
- Kurang cocok diterapkan saat market sedang turun
- Tidak memiliki sisa kas jika saham anda tidak bergerak sesuai harapan
- Terkadang psikologis trader menjadi terganggu, karena tidak punya sisa kas, terutama jika saham yang anda beli tiba-tiba turun
Lump sump disarankan jika anda memang benar-benar yakin dengan saham yang anda beli. Tentu, harus melalui proses analisa, screening mandiri dan dengan trading plan yang baik.
Kalau anda sudah yakin dengan saham yang anda beli, silahkan langsung all in. Apalagi ketika pasar saham bergerak dalam tren naik, saham-saham anda lagi bagus-bagusnya, anda tidak perlu menunggu momen untuk averaging.
Dengan lump sump, return anda akan lebih maksimal, karena anda memasukkan semua modal untuk trading. Namun kalau anda belum yakin dengan saham yang dibeli, dan market sedang bergerak turun, metode lump sump bisa menjadi "bumerang", karena anda sudah tidak punya modal untuk averaging down.
Padahal dengan averaging down saat pasar saham sedang koreksi / turun, anda memiliki kesempatan untuk dapat harga beli yang murah, sehingga anda bisa realisasi profit lebih cepat.
MANA YANG TERBAIK: DCA ATAU LUMP SUMP?
Tadi kita sudah memaparkan setiap kelebihan dan kekurangan metode DCA dan lump sump masing-masing. Semua metode bagus untuk diterapkan, dan semua metode juga memiliki kekurangan.
Oleh karena itu, sebelum membeli saham, trader saham disarankan untuk melihat kondisi market, psikologis pribadi dan kondisi saham yang akan anda beli.
Apakah anda yakin dengan saham yang anda beli? Kalau masih ragu, sebaiknya terapkan DCA. Kalau anda beranggapan saham yang anda beli masih ada potensi koreksi, sebaiknya lakukan testing jangan langsung all in.
Sebaliknya, jika anda sudah yakin dengan saham yang anda beli, anda beranggapan saham anda akan bergerak uptrend, psikologis anda juga sudah mantap, barulah anda bisa menerapkan strategi lump sump.
Jadi perlu diingat bahwa strategi beli saham itu bukan hanya lump sump (sekali beli). Anda juga berhak menerapkan strategi SCA, jika anda masih ragu membeli saham dalam jumlah besar, atau ketika psikologis anda masih belum merasa tenang ketika memasukkan semua modal untuk trading.
Strategi lump sump maupun DCA bisa digunakan trader secara fleksibel, sesuai dengan tren market dan saham, serta psikologis masing-masing trader. Dan tentunya, kedua strategi tersebut merupakan bagian dari manajemen modal.
Semoga pos ini menambah wawasan trader dan investor tentang cara melakukan manajemen modal untuk beli saham melalui kedua strategi tersebut. Salam Profit.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.