Pergerakan IHSG di akhir tahun hingga awal tahun sampai kuartal 1 (bulan Maret) pada umumnya bergerak naik (uptrend). Karena di akhir tahun sampai awal tahun baru, biasanya banyak sentimen positif yang dapat menopang IHSG, dan membuat para pelaku pasar melakukan akumulasi di market.
Sentimen-sentimen positif di akhir tahun sampai awal tahun baru hingga kuartal 1 (Januari-Maret) biasanya adalah sentimen window dressing, January Effect, laporan keuangan tahunan (terbit bulan Maret-April) dan laporan keuangan kuartal 1 (terbit bulan april), pembagian dividen.
Pada bulan Januari-Maret, sentimen pembagian dividen dan laporan keuangan adalah dua hal yang ditunggu oleh investor. Kalau laporan keuangan emiten mayoritas bagus, banyak perusahaan yang membagikan dividen besar, maka pelaku pasar akan membeli saham.
Euforia dan psikologis market juga ikut mempengaruhi arah pergerakan pasar. Jika banyak sentimen positif, investor dan trader pemula akan ikut masuk ke pasar saham, sekedar untuk trading jangka pendek atau membeli saham-saham yang akan membagikan dividen besar.
Namun pasar saham pasti tidak akan terus bergerak naik. Ada saat-saat atau bulan-bulan di mana IHSG akan cenderung koreksi dan stagnan, khususnya ketika IHSG sudah bergerak uptrend, tetapi tidak banyak lagi sentimen positif di pasar.
Seperti yang terjadi saat ini. Sejak akhir tahun 2021 hingga April 2022, IHSG kita terus membentuk rekor baru hingga menembus 7.300. Sejak November-Desember 2021, hingga April 2022, IHSG kebanjiran sentimen positif:
- Window dressing dan January Effect
- Rata-rata emiten membagikan kenaikan dividen
- Laporan keuangan tahunan perusahaan banyak yang membukukan kinerja positif
- Kinerja perusahaan banyak yang diatas ekspektasi pasar
- Tren covid mulai melandai (mudik sudah diperbolehkan)
- Kenaikan harga komoditas (batu bara, minyak, CPO) yang membuat saham-saham komoditas naik dan mendongkrak IHSG
- Potensi kenaikan konsumsi & daya beli menjelang Hari Raya Idul Fitri
Yang perlu diperhatikan, pada 4 bulan pertama di tahun 2022, IHSG sebenarnya juga menghadapi sentimen-sentimen negatif:
- Perang Rusia-Ukraina, yang berdampak pada kenaikan harga bahan baku (gandum, pupuk, minyak, jagung)
- Risiko terganggunga pasokan bahan baku
- Potensi kenaikan inflasi yang cukup tinggi akibat perang
- Kenaikan suku bunga basis 0,25 point oleh the Fed (Per maret 2022)
Sentimen-sentimen negatif yang terjadi sejak awal perang Rusia Ukraina, seolah tidak memberikan efek pada IHSG. IHSG kita terus membentuk all time high dan sempat menyentuh area 7.355. Perhatikan chart IHSG berikut:
IHSG - IHSG terus membentuk all time high |
Tetapi di bulan Mei nanti, IHSG menghadapi beberapa tantangan berikut:
- Sell in May and go away
- Dampak lanjutan perang Rusia-Ukraina terhadap Indonesia
- Bank Indonesia akan menaikkan suku bunga mulai kuartal II
- Euforia sentimen laporan keuangan dan dividen sudah reda
Sell ini May and go away adalah fenomena di mana bulan Mei IHSG cenderung koreksi, karena pelaku pasar menjual saham pada bulan Mei. Hal ini disebabkan karena bulan Mei biasanya minim sentimen positif. Kita lihat data IHSG di bulan Mei selama 10 tahun terakhir:
Pada data IHSG 11 tahun terakhir mulai 2011-2021, di Bulan Mei IHSG mengalami koreksi selama 5 kali, dan 6 kali IHSG hijau. Namun secara average, di Bulan Mei IHSG koreksi / merah.
Dari data diatas, sebenarnya menunjukkan bahwa Sell in May and go away tidak selalu terjadi, karena selama 11 tahun terakhir, IHSG di bulan Mei hanya merah sebanyak 5 kali dan sisanya mencatatkan return positif.
Jadi sell in May and go away ini lebih ke faktor PSIKOLOGIS PASAR saja. Tapi apapun itu, koreksi IHSG di bulan Mei sangat mungkin untuk terulang, terutama jika pasar saham sudah tidak banyak sentimen positif lagi atau ketika IHSG di bulan-bulan sebelumnya sudah naik tinggi (market bisa profit taking di bulan Mei).
Perang Rusia dan Ukraina yang terjadi mulai 24 Februari lalu mungkin belum memberikan dampak yang terlalu signifikan di kuartal 1. Namun dampak tersebut kemungkinan besar akan mulai dirasakan perlahan memasuki pertengahan tahun.
Kecuali jika ketegangan politik reda, maka pasar saham kemungkinan akan tertahan dari koreksi besar. Risiko kenaikan inflasi akibat perang (kenaikan bahan baku) ditambah inflasi hari raya, dan The Fed yang sudah menaikkan suku bunga, membuat Bank Indonesia cepat atau lama akan menaikkan suku bunga, jika inflasi di Indonesia dirasa sudah cukup tinggi.
Bank Indonesia rencananya akan mulai menaikkan suku bunga pertengahan tahun ini. Kenaikan suku bunga bertujuan untuk meredam inflasi, dan menjaga capital inflow.
Kenaikan suku bunga akan berdampak pada risiko turunnya harga saham / IHSG. Hal ini karena kenaikan suku bunga membuat return bunga deposito, obligasi, aset-aset di pasar keuangan lebih tinggi, sehingga pelaku pasar kemungkinan besar akan memindahkan dana-nya ke pasar uang.
Perusahaan-perusahaan besar yang membagikan dividen umumnya sudah dilakukan di bulan Maret-April, sehingga sentimen dividen di bulan Mei - pertengahan tahun tidak akan sebagus sebelumnya. Laporan keuangan tahunan dan kuartal 1 juga sudah keluar di bulan Maret-April.
Jadi intinya, bulan Mei hingga pertengahan tahun ini sentimen positif-nya sudah tidak sebanyak saat bulan Januari-April. Sedikit sentimen penggerak market. Bahkan potensi tekanan IHSG di bulan Mei - pertengahan tahun akan lebih besar.
Terutama rencana BI yang akan menaikkan suku bunga (dapat menekan laju IHSG), psikologis pasar yang cenderung profit taking di bulan Mei, dampak perang Rusia-Ukraina menyebabkan IHSG berpotensi untuk melambat.
IHSG BULAN MEI - PERTENGAHAN TAHUN, AKAN BERGERAK KEMANA?
Pasar saham tidak mungkin bergerak naik terus-menerus. Pasti ada masa-masa di mana IHSG bakalan mengalami koreksi / aksi profit taking. Kenaikan IHSG hingga membentuk all time high sejak Januari-April dikarenakan banyak sentimen positif penggerak market seperti yang sudah kita paparkan.
Selain itu, sentimen hari Raya Idul Fitri, di mana banyak orang yang ingin dapat 'THR' dari saham, turut membuat IHSG lebih atraktif, karena para pelaku pasar mencari profit di market.
Tetapi ketika semua sudah berakhir di bulan Mei hingga pertengahan tahun, maka IHSG sudah tidak banyak sentimen yang bisa menggerakkan market. Kemungkinan besar, IHSG di bulan Mei akan cenderung bergerak terbatas dan koreksi sehat.
Lalu, bagaimana potensi arah pergerakan IHSG di bulan Mei - pertengahan tahun? Perhatikan chart IHSG berikut:
Pada bulan Mei - pertengahan tahun dengan minimnya sentimen positif dan rencana BI menaikkan suku bunga, maka IHSG diprediksi bergerak koreksi menguji area-area support berikut:
Support 1: 7.141
Support 2: 7.023 - Fibo 23,6%
Support 3: 6.948
Resisten 1: 7.355
Resisten 2: 7.400
IHSG masih berada dalam tren naik yang kuat (strong uptrend), sehingga IHSG kemungkinan besar masih akan berada dalam jalur uptrend-nya, walaupun ada kemungkinan besar untuk koreksi / tertahan.
Koreksi IHSG diproyeksi masih akan tertahan di area 7.000-an dan jika mengalami koreksi lanjutan, maka IHSG diprediksi akan tertahan di area 6.800-6.900-an. 6.818 adalah area Fibonacci 38,2%.
So far, penulis masih melihat IHSG tetap bisa berada pada jalur uptrend, karena jika IHSG koreksi sampai 6.800-6.900-an, maka secara major tren, IHSG tetap berada dalam tren naik.
Kecuali kalau ada berita-berita yang menyebabkan tren IHSG berbalik arah signifikan, maka itu akan kita bahas pada pos lanjutan. Bulan Mei biasanya merupakan bulan koreksi atau setidaknya IHSG tertahan, namun penurunan IHSG di bulan Mei hingga pertengahan biasanya juga tidak terlalu drastis, kecuali ada bad news.
STRATEGI TRADING SAHAM
Para trader saham, anda perlu memperhatikan bahwa di bulan Mei-pertengahan tahun tidak banyak sentimen positif di market. Apalagi di kuartal II Bank Indonesia akan menaikkan suku bunga yang berisiko membuat saham-saham koreksi.
Apabila bulan Mei IHSG sudah mulai sulit breakout, maka anda perlu memperhatikan beberapa strategi trading berikut:
1. Wait and see & take profit
Kalau anda sudah memegang saham-saham sejak Januari-April dan saham-saham anda sudah pada naik, anda sudah dapat dividen, anda bisa pertimbangkan take profit.
Karena saham-saham yang sudah naik, umumnya akan rawan koreksi saat IHSG sudah tidak banyak sentimen positif. Wait and see dengan menunggu saham di support-support bagus bisa diterapkan supaya anda bisa mendapatkan harga beli yang lebih tepat.
2. Manfaatkan buy on weakness
Strategi paling tepat jika IHSG sedang koreksi / tertahan adalah menerapkan buy on weakness, yaitu membeli saham-saham ketika harganya sedang diskon, dengan memilih saham yang bagus secara teknikal ataupun fundamental. Pelajari juga: Full Praktik Memilih Saham Diskon & Murah.
4. Jangan all in modal
Jika market koreksi, strategi yang tepat adalah buy on weakness dengan strategi averaging. Anda bisa menerapkan averaging dua-tiga kali, untuk mengantisipasi risiko turunnya harga saham lanjutan. Apabila saham yang anda beli harganya masih turun, anda bisa melakukan averaging down pada harga yang lebih murah.
Karena bulan Mei tidak lama lagi, maka trader bisa mulai menganalisa market, dan menyusun strategi yang akan dilakukan di bulan Mei. Jika ada tanda-tanda IHSG koreksi / berat untuk naik, jangan ceroboh membeli saham dalam jumlah besar.
Pilih saham-saham yang diskon, wait and see dan terapkan strategi averaging. Jika IHSG koreksi, tentu ini adalah peluang emas untuk membeli saham pada harga murah.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.