Setelah Hari Raya Idul Fitri, IHSG langsung dibuka turun dibawah 7.000. Dan hanya dalam 1 minggu pertama trading di bulan Mei, IHSG langsung jatuh sampai menyentuh support 6.509. IHSG uji support Moving Average 200, yang menunjukkan MA 1 tahun sebagai MA untuk analisa tren jangka panjang.
Tetapi akhirnya IHSG breakdown dari MA200-nya, dan IHSG sempat kembali ke level 6.509. Perhatikan chart IHSG berikut:
Support 6.450-6.483 kini menjadi support penahan IHSG, karena di level 6.450-6.483 adalah acuan support rebound IHSG sejak Oktober 2021 (Support kuat).
Jika IHSG berhasil bertahan diatas 6.450-6.483, IHSG ada potensi berbalik arah / technical rebound. So far, IHSG masih berhasil bertahan diatas support tersebut, dan kembali ditutup di area 6.597, namun masih tetap berada dibawah MA200.
Breakdown MA200 menunjukkan IHSG sudah berada dalam tren bearish awal. Banyak yang tidak menduga kalau IHSG hanya butuh waktu 1 minggu untuk kembali dibawah 7.000, bahkan menyentuh level 6.500.
Tapi pelajaran yang bisa kita ambil dari tren market adalah: Semakin cepat / semakin tajam penurunan market, biasanya kenaikan / pantulannya nanti juga semakin cepat.
Kita bisa berkaca dari pengalaman awal pandemi lalu, yaitu minggu terakhir Februari 2020 pada saat IHSG jatuh karena shock pandemi.
Ketika itu, IHSG jatih dari 5.941 sampai ke level 3.980 hanya dalam kurun waktu 1 bulan (lihat grafik IHSG tanda lingkaran pertama). Sebelumnya tidak ada yang memprediksi kalau IHSG bakalan jatuh sampai ke 3.900-an dalam waktu hanya 1 bulan.
Setelah IHSG jatuh sampai Maret 2020, IHSG langsung berbalik arah dengan cepat sampai diatas 5.000 (walaupun kondisi IHSG belum sepenuhnya pulih). Dan sebelumnya banyak prediksi IHSG akan turun lebih lama, tetapi ternyata bearishnya "cuma" sebulan, karena penurunan IHSG ini ibaratnya sudah "diakumulasikan" dalam waktu 1 bulan.
Nah, jadi kalau anda sekarang melihat IHSG yang terjun bebas dalam 1 minggu, maka kita tidak perlu panik, parno, takut, tidak percaya market lagi. Karena pengalaman historis sudah menunjukkan bahwa semakin dalam IHSG jatuh, peluang naik / bullish reversal nanti akan semakin cepat juga.
Dan kalau kita lihat grafik IHSG diatas, walaupun ada tren bearish yang cukup signifikan saat pandemi, tetapi dalam jangka panjang, IHSG selalu bergerak uptrend lagi.
Jadi ini yang harus diperhatikan oleh trader dan investor. Jangan sampai karena takut, panik, parno, pada saat IHSG sudah kembali uptrend, trader justru ketinggalan momentum beli saham-saham bagus di harga bottom.
Terkait sampai kapan IHSG turun, tentu kita tidak ada yang tau, karena sampai saat ini, belum ada sentimen positif penggerak IHSG.
Sentimen positif IHSG sudah keluar semua sejak Januari-April (penurunan kasus covid, laporan keuangan, musim dividen dan lain-lain). Sedangkan kondisi sekarang justru sebaliknya.
IHSG overbought, IHSG turun karena tekanan sentimen global, kenaikan suku bunga the FED dan memang tidak banyak sentimen positif pada IHSG.
Seperti kita bahas pada awal paragraf, jika IHSG turun lagi, maka IHSG berpotensi menuju support 6.450-6.483. Kemudian IHSG berpotensi menguji beberapa support psikologis pada level 6.300, 6.200, 6.000 (dengan catatan support penahan 6.483 tertembus, so far IHSG masih berhasil balik arah ketika menyentuh support psikologis 6.500).
Dari penurunan IHSG yang terjadi selama 1 minggu, hingga breakdown MA200, ada beberapa poin penting yang bisa kita perhatikan.
Pertama, tidak setiap hari IHSG turun. Misalnya di hari Rabu kemarin, IHSG sempat rebound hampir 1%. Jumat akhir pekan juga sempat hijau walaupun ditutup turun tipis.
Artinya, dalam kondisi market bullish maupun bearish, kesempatan untuk dapat profit selalu terbuka. Dalam kondisi market bearish dapat dimanfaatkan oleh trader harian, scalper, trader jangka pendek untuk memanfaatkan technical rebound saham-saham yang sudah di support.
Kedua, perhatikan sektor-sektor yang bisa dikoleksi saat IHSG turun. Sektor consumer goods, seperti INDF, ICBP, MYOR, UNVR, CMRY, KLBF adalah sektor defensif yang relatif lebih aman saat IHSG turun.
Posting saya tanggal 27 Maret lalu, saya pernah bahas INDF dan ICBP karena valuasinya sedang murah. Anda bisa pelajari kembali disini: INDF & ICBP, The Next Unilever?
Saat itu, harga saham INDF masih di 5.775. Dan sekarang INDF sudah balik ke kisaran 6.500, dan secara valuasi juga masih murah.
Saham-saham second liner yang likuid seperti PWON, CTRA, HRUM, BIRD dan saham-saham yang sudah di support, saham-saham yang volatilitasnya cepat seperti HRUM, AALI bisa pertimbangkan untuk trading jangka pendek, dengan memanfaatkan technical rebound.
Saham-saham komoditas batu bara juga masih oke, karena tren harga coal masih berlanjut / bullish. Selain itu, saham-saham CPO bisa masuk watchlist, karena jika larangan ekspor dicabut, kemungkinan besar saham-saham CPO seperti AALI, SSMS, LSIP akan naik lagi. Sejauh ini, saham-saham CPO masih berfluktuatif, sehingga bisa trading untuk jangka pendek.
KESIMPULAN
IHSG sekarang mengalami penurunan dengan cepat, hingga kembali ke 6.500-an hanya dalam waktu 1 minggu. Kita tidak tahu sampai kapan IHSG turun, tetapi biasanya jika IHSG turun dalam waktu singkat, tidak lama kemudian IHSG akan mengalami konsolidasi.
Jika sisa bulan Mei IHSG masih turun, konsolidasi kemungkinan akan terjadi di Bulan Juni, namun tergantung dari sentimen2 yang muncul di market nantinya.
Dan semakin cepat IHSG turun, pulihnya IHSG nanti biasanya akan relatif cepat juga. Intinya, dalam kondisi market bullish ataupun bearish, sebagai trader anda tetap bisa memanfaatkan saham-saham untuk trading, dengan memanfaatkan technical rebound (untuk trading cepat).
Sedangkan untuk yang ingin buy and hold, disarankan membeli saham-saham secara bertahap alias akumulasi, karena saat market bearish, memiliki posisi CASH YANG BESAR adalah senjata utama anda untuk "serok" saham-saham yang murah.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.