Dalam analisa teknikal, kita mengenal istilah DEAD CAT BOUNCE. Istilah ini harus dikenali oleh pelaku pasar, dan lebih penting lagi, anda harus memahami penerapan dan strategi dead cat bounce dalam trading. Mari kita mengenal dead cat bounce, dan risiko dead cat bounce dalam analisa teknikal.
DEAD CAT BOUNCE
Dead cat bounce adalah kenaikan harga saham sementara yang terjadi di tengah-tengah tren turun. Dead cat bounce terjadi dalam kondisi saham downtrend (tren turun).
Ketika saham berada dalam downtrend, kemudian membentuk kenaikan sementara, lalu turun lagi membentuk newer low. Dead cat bounce bisa dikatakan technical rebound sesaat.
Dead cat bounce kurang lebih mirip seperti pullback, yaitu kondisi di mana harga saham naik sesaat di tengah tren turun, namun dead cat bounce terjadi dalam rentang waktu yang lebih pendek. Pelajari juga: Analisis Teknikal - Pullback Saham. Berikut adalah contoh dead cat bounce:
Diatas adalah contoh dead cat bounce pada tren sham SMGR. Perhatikan, dead cat bounce selalu terjadi pada saham yang sedang donwtrend secara major tren.
Perhatikan yang saya beri tanda-tanda lingkaran. Yap, itulah contoh dari dead cat bounce pada grafik saham, di mana harga saham mengalami kenaikan sementara di tengah penurunan tren.
Kenaikan ini hanya terjadi 1-3 harian, namun kemudian harga saham kembali melanjutkan penurunannya, seperti yang anda lihat pada chart SMGR diatas.
Pola-pola ini dikatakan sebagai dead cat bounce alias jebakan rebound karena biasanya banyak trader yang berasumsi kalau saham yang sudah turun banyak, dan kemudian mulai ada kenaikan, maka saham tersebut mulai berbalik arah.
Ternyata tidak. Kenaikan sementara hanyalah 'jebakan batman'. Setelah naik 1-3 harian, harga saham kembali turun, bahkan membentuk lower high dan lower low yang baru, sehingga secara major tren tetap saja saham tersebut bergerak downtrend.
Celakanya, kalau trader terlalu percaya saham yang baru naik 1 hari setelah turun tajam adalah saham yang bakalan berbalik arah menjadi bullish reversal, trader bisa terjebak dalam dead cat bounce tersebut, di mana trader membeli saham saat naik, namum hanya dalam waktu singkat harga saham langsung berbalik turun lagi.
Dead cat bounce membuat trader terkecoh dengan saham yang kelihatannya technical rebound, padahal itu hanya jebakan saham downtrend.
JEBAKAN DEAD CAT BOUNCE
Jebakan dead cat bounce adalah salah satu risiko yang sering dihadapi trader ketika membeli saham yang tren-nya sedang turun tajam, alias risiko menangkap pisau jatuh.
Karena anda membeli saham yang tekanan jual-nya masih tinggi, sehingga ketika saham tersebut anda beli saat naik sedikit, tidak lama kemudian harganya langsung jatuh. Dead cat bounce bisa terjadi karena beberapa hal berikut:
- Para pelaku pasar yang memanfaatkan untung cepat dari saham yang sedang downtrend
- Beberapa pelaku pasar memanfaatkan saham-saham yang oversold
- Beberapa pelaku pasar hanya ingin trading cepat di saham yang sedang downtrend, bisa jadi karena sebagian pelaku pasar menyadari risiko saham downtrend
Lalu, bagaimana cara mengetahui bahwa saham tersebut berisiko terkena dead cat bounce atau memang saham tersebut benar-benar akan naik / bullish reversal? Ada beberapa analisis yang bisa digunakan:
1. Kenaikan harga saham tidak terlalu signifikan, dan umumnya terjadi pada tren turun tajam.
2. Kenaikan sementara harga saham tidak didukung dengan volume tinggi. Volume cenderung rendah, atau bahkan turun.
3. Belum ada pattern yang menunjukkan bullish reversal, seperti double bottom, inverted head and shoulder dan pola-pola lainnya. Pelajari juga analisa chart pattern & candlestick pattern disini: Full Praktik Analisis Teknikal Saham PDF.
STRATEGI MENGHINDARI JEBAKAN DEAD CAT BOUNCE
Jadi ketika anda menemukan saham yang saat strong downtrend, kemudian saham tersebut hijau alias naik, maka jangan terlalu cepat berasumsi kalau saham tersebut bakalan mulai naik terus.
Kalau tidak ada tanda-tanda bullish reversal, belum ada chart atau candlestick pattern yang menunjukkan potensi bullish suatu saham, maka jangan terburu untuk masuk / membeli saham tersebut.
Saham yang sedang mengalami strong downtrend, tentu risikonya akan lebih besar. Saham downtrend artinya lebih banyak pelaku pasar yang menjual saham (bearish) dibandingkan yang membeli (bullish).
Strategi paling tepat untuk membeli saham yang sedang turun, adalah dengan strategi BUY ON WEAKNESS / beli saham di harga support. Namun tentu saja, trader harus menggunakan analisa tren, dan pola reversal untuk melihat potensi saham turun mana yang akan naik, dan saham turun mana yang masih berisiko.
Jika anda ingin membeli saham yang sedang turun, pilihlah saham-saham yang secara teknikal dapat dikategorikan sebagai SAHAM DISKON & MURAH. Saham diskon berarti saham tersebut harganya sudah turun dan punya peluang untuk naik.
Bukan sekedar dead cat bounce yang hanya naik beberapa poin lalu langsung turun lagi. Kombinasi analisa teknikal simpel, tren, support resisten memiliki peran penting untuk melihat saham-saham turun yang sudah terdiskon secara teknikal.
Anda bisa pelajari cara-cara menemukan saham-saham bagus yang sudah diskon dan murah untuk strategi buy on weakness disini: Full Praktik Menemukan Saham Diskon & Murah.
Dengan strategi buy on weakness yang benar, anda bisa melihat peluang saham-saham turun yang berpotensi naik, sehingga dapat meminimalkan risiko dead cat bounce saat trading.
Kesimpulannya, ketika anda menemukan saham downtrend dan ada kenaikan candlestick, jangan langsung terburu menyimpulkan bahwa harga saham akan berbalik menjadi bullish.
Gunakan analisa-analisa support resisten, tren, chart pattern & indikator, serta pelajari ciri-ciri saham yang berisiko terkena dead cat bounce. Tujuannya, supaya anda bisa memilah saham turun mana yang bagus dan saham turun yang hanya sekedar dead cat bounce.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.