Sejak masuk di Bursa saham kurang lebih 10 tahun hingga saat ini, saya menerapkan dua strategi sekaligus: Sebagai trader saham dan investor saham. Tipikal saya memang cenderung ke trading jangka pendek, karena lebih fleksibel dan bisa mencetak profit dalam waktu lebih cepat.
70%-75% modal saya untuk trading dan sisanya untuk investasi jangka panjang. Saya memisahkan dua akun untuk trading dan investasi, agar bisa mengelola dan memantau portofolio lebih terarah.
Karena saya mengalami keduanya (jadi trader dan investor), maka di pos ini saya ingin bercerita (sharing) pengalaman-pengalaman saya menjadi investor saham, dan saya membandingkan dengan aktivitas trading saham yang saya jalani.
Saham-saham yang saya investasikan, terkadang harganya tidak akan langsung naik walaupun sudah menunggu beberapa bulan (diatas 5-6 bulan). Harganya bisa stagnan, atau bahkan turun.
Padahal saham yang saya investasikan adalah saham-saham dengan fundamental bagus, valuasi murah, Good Corporate Governance (GCG) bagus, punya prospek bagus.
Di satu sisi, selama saham-saham yang saya investasikan turun, banyak sekali saham yang naik drastis. Di saat seperti inilah rasanya analisis yang saya lakukan salah. Hal ini saya rasa juga dialami oleh kebanyakan investor saham.
Beberapa contoh saham HRUM dan ASII yang pernah penulis investasikan juga mengalami hal tersebut. Analisis saham ASII juga pernah penulis bahas disini: Cara Analisa Saham Fundamental Bagus. Penulis pernah membeli saham HRUM di harga 5.400-5.500, yaitu saat sahamnya masih belum naik terlalu tinggi:
Penulis membeli saham HRUM di kisaran time period tersebut (tanda lingkaran hijau). Alasan penulis membeli saham HRUM adalah karena harga batu bara yang sudah di bottom. Di satu sisi, HRUM adalah perusahaan batu bara dengan fundamental bagus.
HRUM memiliki DER yang sangat kecil, dengan kas yang sangat besar, tapi harganya belum naik. Sehingga saham bagus yang sedang murah seperti ini, ada potensi untuk diincar oleh investor dan trader.
Namun dalam 3-6 bulan kedepan, harga saham HRUM hanya bergerak di harga itu-itu saja. Penulis membeli saham HRUM di kisatan 5.400-5.500, bahkan dalam beberapa bulan saham HRUM tidak banyak bergerak dan cenderung turun.
Di sisi lain, selama menunggu saham HRUM naik, banyak saham yang sudah naik lebih cepat. Demikian juga dengan ASII yang pernah penulis beli di 5.600. ASII nggak langsung naik ke 6.900-7.000.
Tetapi ASII stagnan bahkan sempat kembali ke harga 5.200 selama beberapa bulan. Di saat-saat seperti inilah, mental seorang investor akan diuji. Karena ketika saham yang kita beli adalah saham-saham dengan fundamental baik dan sahamnya nggak naik-naik.
Sementara itu, saham-saham yang tidak kita beli justru harganya naik tinggi, disitulah investor akan sering merasa analisanya salah, dan muncul rasa menyesal.
Namun dengan membeli saham yang punya fundamental bagus, valuasi murah, prospek bagus cepat atau lama orang-orang akan mulai menemukan saham-saham "mutiara terpendam" tersebut.
Sehingga pada akhirnya saham yang fundamentalnya bagus, tetapi harganya masih diam di tempat sahamnya akan naik dalam jangka panjang. Seperti saham HRUM, di mana fundamentalnya bagus tetapi sahamnya belum banyak dilirik investor.
Saat harga batu bara naik, kinerjanya meningkat, maka saham HRUM pun akhirnya naik sampai ke harga 14.000, bahkan return-nya melampaui kebanyakan saham-saham batu bara lainnya.
Dari sini, saya bisa menyimpulkan bahwa investasi saham memiliki beberapa perbedaan utama dengan trading saham, terutama dalam dua hal berikut:
1. Kesabaran
Apakah trading saham tidak butuh kesabaran? Trader juga butuh kesabaran. Tetapi ujian LEVEL kesabaran seorang investor jauh lebih besar daripada seorang trader.
Trader mengincar saham-saham untuk time horizon pendek. Sedangkan investor untuk jangka panjang. Seringkali saham yang anda investasikan, harganya justru tidak naik dalam waktu agak lama.
Disinilah akan muncul banyak penyesalan, dilema, rasa salah dalam melakukan analisa. Namun sebagai investor, bukan berarti ketika saham yang anda simpan harganya turun, anda langsung jual.
Atau sebaliknya, ketika saham yang anda beli naik 10%, bukan berarti anda harus langsung jual. Karena time horizon investor adalah jangka panjang, maka anda harus memiliki kesabaran yang lebih besar dalam menyimpan saham, walaupun saham anda turun sedangkan di market banyak saham naik yang tidak anda beli.
Selama perusahaan yang anda simpan fundamentalnya bagus, valuasi masih bagus, anda bisa tetap menyimpan saham anda.
2. Pengalaman yang panjang
Menganalisa fundamental, memilih saham-saham bagus untuk jangka panjang, membutuhkan banyak pengalaman. Semakin banyak pengalaman, level kesabaran anda juga akan semakin besar, dan anda tidak mudah panik ketika saham anda turun sendiri, sedangkan saham-saham lain naik sendiri.
Cara satu-satunya menambah pengalaman ya dengan belajar, menganalisa laporan keuangan, analisa sektoral, mengamati fundamental & pasar, praktik membeli saham secara langsung.
Dengan cara ini, pengalaman anda akan bertambah, sehingga jika saham yang anda investasikan belum bergerak sesuai harapan, anda tidak mudah panik.
Saya beberapa kali dapat curhat dari investor pemula, bahwa investor sering sekali merasa salah melakukan analisa, ketika saham fundamental bagus yang dibeli harganya turun, sedangkan saham-saham yang tidak dibeli harganya malah naik banyak.
Ini adalah hal yang wajar sebenarnya. Karena analisa fundamental itu berbeda dengan analisis teknikal. Analisa teknikal atau trading berarti anda mencari saham yang bisa naik jangka pendek.
Analisa fundamental atau investasi berarti anda mencari perusahaan yang bagus, yang bisa memberikan return dalam jangka panjang. Jadi di dalam investasi saham, FAKTOR KESABARAN dan PENGALAMAN sangat penting.
Jadi ketika anda beli saham untuk investasi, dan saham yang anda beli turun sendiri, maka sebaiknya anda tidak langsung minder dan menyimpulkan bahwa "investasi itu sering salah", karena tujuan investasi kembali lagi ke time horizon yang panjang. Berbeda dengan trading.
Selama saham yang anda beli sudah melalui proses screening, analisa fundamental, valuasi, analisa sektoral (prospek), penurunan dan fluktuatif dalam jangka pendek sampai menengah itu wajar.
MENJADI TRADER DAN INVESTOR SEKALIGUS
Nah, kalau anda tipe orang yang tidak tahan melihat fluktuatif harga saham, atau melihat floating loss, saran saya lebih baik anda menjadi seorang trader saham.
Atau solusi-nya jika anda memang ingin investasi juga, anda bisa menjadi trader dan investor saham sekaligus. Caranya, anda bisa membuka dua rekening saham, yang satu untuk trading dan satunya untuk investasi, seperti yang penulis terapkan.
Lalu, anda bisa memisahkan modal (manajemen modal). Misalnya, anda lebih cenderung ke trading saham. Anda bisa menggunakan modal 60:40 untuk trading dan investasi, atau 65:35 untuk trading dan investasi.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.