Resesi (dan biasanya pasti diikuti dengan crash market), umumnya terjadi secara tidak terduga. Banyak pihak, mulai dari investor, trader, pengamat ekonomi, analis saham sekuritas tidak dapat memprediksi akan terjadinya resesi, dan resesi biasanya akan datang secara cepat, di saat yang tidak disangka.
Sebaliknya, kalau bertebaran berita resesi, di mana banyak youtuber, influencer, media-media besar 'menyuarakan': Akan terjadi resesi di Indonesia dan dunia, biasanya justru resesi dan crash market tidak terjadi.
Apalagi kalau bapak presiden (Pak Jokowi) dan ibu menteri (Ibu Sri Mulyani) yang belakangan "rajin" menyuarakan: Dunia gelap dan potensi resesi 2023, maka saya pribadi menangkap semua itu sebagai sebuah HIMBAUAN dan ANTISIPASI, supaya masyarakat hidup berhemat,
Jadi kalau sudah ada himbuan-himbauan seperti itu, maka ya sebenarnya potensi resesi ini sudah diantisipasi juga oleh pemerintah. Salah satunya kebijakan menaikkan suku bunga yang cukup agresif belakangan ini.
Karena kita semua tahu bahwa inflasi yang tidak terkendali, akan menjadi bom waktu yang dapat menyebabkan resesi dan tentu mengakibatkan crash market, maka antisipasi-antisipasi dan himbauan yang dilakukan pemerintah, diharapkan membuat ekonomi Indonesia tetap bertumbuh.
Jadi, resesi itu biasanya datangnya tidak terduga, dan hanya sedikit pengamat saham, pakar ekonomi yang bisa memprediksi akan terjadi potensi resesi.
Nah, kalau sekarang? Kondisinya justru berbanding terbalik. Banyak tebar fear soal resesi. Banyak influencer, youtuber, media yang memberitakan resesi. Kita pernah menghadapi beberapa kali resesi dan crash market sebelumnya.
TAHUN 2008
Tahun 2008 saat terjadi crash market, salah satunya karena subprime mortgage, tidak banyak yang mengatakan soal kemungkinan terjadi resesi. Bahkan di tahun 2007, sejak 4 bulan terakhir (September-Desember), IHSG selalu hijau berturut-turut.
Semua euforia. Semua memprediksi pasar saham akan bagus di tahun 2008. Saham-saham banyak yang naik signifikan. Memasuki tahun 2008, barulah saham-saham mulai jatuh dan terjadi crash market.
TAHUN 2020
Tahun 2020 terjadi resesi ekonomi karena pandemi. Namun di tahun 2019, adakah orang-orang atau influencer yang mengatakan: "Tahun 2020 akan terjadi resesi, akan ada virus yang menyerang dunia, dan melumpuhkan perekonomian?"
Tidak ada yang mengatakan hal demikian. Resesi terjadi secara tidak terduga. Di tahun 2019, para pakar ekonomi banyak yang memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi di tahun 2020 akan tetap positif. Ada yang memprediksi turun, namun masih dalam zona positif.
Dari beberapa kali resesi dan crash market yang sudah pernah kita hadapi, selalu terjadi secara tidak terduga, dan unpredictable.
Namun, resesi yang "sudah diprediksi" atau bahwa dipercaya akan terjadi dalam beberapa waktu kedepan, justru banyak melesetnya.
Kalau anda sudah masuk pasar saham sejak tahun 2018, anda pasti ingat bagaimana gencarnya media dan para trader saham membicarakan krisis ekonomi 2018, dengan alasan yang menurut saya konyol: Karena siklus ekonomi 10 tahunan.
TAHUN 2018
Kita pernah menghadapi crash market tahun 1998, kemudian 2008. Maka, banyak pendapat yang mengatakan bahwa tahun 2018 akan terjadi krisis ekonomi karena siklus ekonomi 10 tahunan.
Tetapi apa yang terjadi di tahun 2018? Ya, 2018 tidak ada yang namanya resesi dan krisis ekonomi, walaupun secara year to date IHSG minus, namun masih jauh dari kata-kata resesi dan krisis ekonomi.
Saat semua memprediksi akan terjadi krisis ekonomi 2018, banyak tebar fear, banyak ketakutan, justru disitulah tidak terjadi resesi.
KETAKUTAN RESESI
Ketakutan akan terjadinya resesi di Indonesia tahun 2023, awalnya disebabkan karena tingginya inflasi dan kenaikan suku bunga secara agresif, di mana kenaikan inflasi dan kenaikan suku bunga, akan menekan daya beli masyarakat yang menyebabkan resesi.
Namun bukankah inflasi dan suku bunga itu adalah bagian dari makroekonomi secara umum? Kalau inflasi naik, suku bunga harus dinaikkan supaya inflasi terkendali. Kalau inflasi terkendali, maka tidak akan terjadi resesi.
Kalau inflasi terkendali, maka Bank Indonesia akan menurunkan kembali suku bunga, sehingga daya beli masyarakat kembali terjaga. Kira-kira seperti itu penjelasannya.
Dan kebijakan BI seperti ini sudah diterapkan di tahun-tahun sebelumnya. Jadi, ketakutan resesi hanya karena terjadi inflasi dan kenaikan suku bunga, adalah ketakutan yang hanya disebabkan karena panik.
Data-data seperti GDP, laporan keuangan perusahaan saat ini masih bergerak positif dan bertumbuh, sehingga belum ada alasan yang kuat untuk mengatakan Indonesia akan terkena resesi, apalagi jika hanya menilai dari kenaikan inflasi dan suku bunga.
RESESI 2023, APAKAH INDONESIA AKAN JATUH KE JURANG RESESI?
Saya termasuk salah satu yang berpendapat bahwa Indonesia tidak akan terkena resesi di tahun 2023. Akan tetapi, ada kemungkinan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2023 akan cenderung MELAMBAT.
Ingat, melambat itu bukan resesi. Resesi adalah penurunan pertumbuhan ekonomi ke teritori negatif, selama dua kuartal berturut-turut. Kalau katakanlah pertumbuhan ekonomi kita turun dari 5% menjadi 4,5%, maka itu bukan resesi, karena masih bertumbuh.
Untuk negara-negara seperti Eropa, kemungkinan akan terkena resesi, karena adanya krisis energi, krisis pangan yang sudah mulai melanda negara-negara Eropa.
Namun Indonesia sebagai penghasil komoditas dan pangan, akan jauh lebih tahan terhadap resesi. Nah, fokusnya sekarang memang adalah pada kenaikan harga (seperti BBM) dan kenaikan suku bunga.
Karena kenaikan suku bunga secara agresif dan kenaikan harga barang, dampaknya baru kita rasakan beberapa bulan kemudian, tidak secara langsung.
Itulah mengapa saya mengatakan bahwa di tahun 2023, ada perlambatan ekonomi Indonesia, tetapi tetap bertumbuh dan tidak akan sampai jatuh ke jurang resesi.
Lalu, bagaimana dengan potensi IHSG di tahun 2023 nanti?
Return IHSG di tahun 2023, kemungkinan besar tidak akan setinggi di tahun 2022. Karena kalau mengacu pada historis IHSG di tahun-tahun sebelumnya, ketika IHSG sudah membentuk all time high (sudah terjadi di 2022), dan IHSG bergerak strong bullish di tahun tertentu, maka ada saatnya IHSG akan cooling down.
Dan mungkin ini akan terjadi di tahun 2023. Apalagi dampak kenaikan BBM, inflasi, suku bunga biasanya akan dirasakan beberapa bulan kedepan, tidak secara langsung.
Artinya, dampak-dampak tersebut mulai akan terasa minimal pada kuartal pertama 2023. Jika nanti pertumbuhan ekonomi ada sedikit penurunan, maka bisa jadi pasar akan bereaksi secara berlebihan dengan melakukan aksi jual, meskipun penurunan GDP bukanlah pertanda resesi.
Jadi kalau tahun 2022, anda sangat agresif dalam membeli saham, maka di tahun 2023, lebih baik banyak menunggu momentum diskon.
Sekali lagi, Indonesia tidak akan terkena resesi di tahun 2023, namun sentimen-sentimen negatif, dampak kenaikan suku bunga dan inflasi akan terasa di tahun 2023, yang membuat market bisa bereaksi secara berlebihan.
Namun anda juga tidak perlu sampai full cash karena ketatukan. Anda justru disarankan untuk tetap memiliki porsi di saham minimal 30%, dengan membeli saham-saham murah dengan fundamental bagus.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.