Bulan Desember merupakan bulan yang ditunggu-tunggu oleh trader dan investor saham. Hal ini karena pada bulan Desember kita mengenal istilah window dressing. Window dressing adalah tindakan perusahaan memodofikasi angka-angka pada laporan keuangan, tanpa merubah substansi dari laporan keuangan itu sendiri.
Tujuan window dressing adalah untuk "mempercantik" kinerja perusahaan, agar lebih menarik bagi investor. Tentu saja, kegiatan ini sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku, sehingga tidak melanggar aturan.
Window dressing juga merupakan momen di mana para manager investasi merombak portofolio sahamnya, di mana manager investasi akan membeli / mengoleksi saham-saham perusahaan dengan kinerja bagus, dan menjual saham-saham perusahaan yang kinerjanya dianggap kurang baik.
Karena manager investasi melakukan pembelian secara besar untuk saham-saham bagus, dan penjualan untuk saham-saham jelek, hal ini mengakibatkan adanya perubahan pada harga saham.
Yap, saham-saham yang bagus akan cenderung naik, dan saham-saham jelek akan cenderung turun. Itulah efek dari window dressing.
Selain adanya window dressing di Bulan Desember, pada bulan Desember IHSG biasanya cenderung naik, karena adanya optimisme investor mengenai pasar saham.
Di bulan Desember, banyak perusahaan membagikan dividen interim. Kedua, bulan Desember sudah dekat ke tahun baru, di mana awal tahun baru sampai kuartal 1 tahun depan, adalah musim pembagian dividen tahunan.
Biasanya harga-harga saham akan cenderung naik beberapa bulan sebelumnya, yaitu saat bulan Desember ketika terjadi euforia. Bulan Desember juga ada momen natal dan menjelang tahun baru, sehingga ketika konsumsi masyarakat meningkat, dampaknya juga akan ke pasar saham.
Tapi, benarkah window dressing itu terjadi? Apakah windoe dressing itu hanyalah stigma yang ada di market, dan diyakini oleh kebanyakan pelaku pasar?
Untuk membuktikan validitas window dressing di bulan Desember, kita harus melihat data return historis IHSG selama bulan Desember. Perhatikan data historis IHSG berikut ini:
Perhatikan, diatas saya ambil data IHSG selama 11 tahun terakhir. Jika anda lihat data historis IHSG di bulan Desember, maka selama 11 tahun berturut-turut, IHSG SELALU HIJAU alias selalu mencetak return positif.
Jadi selama bulan Desember, return positif IHSG 100%. Hal ini hanya dialami pada bulan Desember saja. Pada bulan-bulan lainnya, return IHSG tidak pernah positif sampai 100% selama 11 tahun berturut-turut, pada ada merahnya.
Dari data diatas, menunjukkan bahwa window dressing effect di bulan Desember memang ada. Kita bisa melihat dari return positif yang selalu terjadi pada bulan tersebut.
Namun, bukan berarti ketika bulan Desember, anda harus menghabiskan seluruh duit cash anda untuk membeli saham. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan tentang window dressing effect ini:
1. Window dressing effect biasanya terjadi pada minggu kedua bulan Desember
Return positif di bulan Desember tentu saja tidak terjadi setiap hari selama bulan Desember. Kenaikan IHSG biasanya mulai terlihat pada minggu kedua bulan Desember.
Jadi di awal bulan Desember, bisa saja IHSG masih sideways atau bahkan merah. Saya sering mendapatkan pertanyaan dari trader: "Pak Heze ini kan sudah bulan Desember, kenapa IHSG malah merah? Apakah window dressing itu sudah tidak valid di market?"
Pertanyaan ini sangat sering saya terima. Jadi, faktanya window dressing effect itu tidak terjadi sepanjang bulan, tetapi bsa saja baru terjadi dua minggu terakhir di bulan Desember.
2. Tidak semua saham naik dari adanya window dressing effect
Ini yang harus diperhatikan oleh para pelaku pasar. Banyak trader yang membeli saham tanpa pertimbangan, karena terlalu percaya kalau window dressing berdampak pada semua saham di Bursa.
Kenyataannya, tidak demikian. Saat saham-saham naik karena window dressing di akhir tahun, banyak juga saham yang turun.
Jadi, kalau anda ingin memanfaatkan momentum window dressing untuk koleksi saham, anda tetap harus melakukan screening saham. Lakukan screening dengan menganalisa, untuk melihat saham-saham apa saja yang bagus untuk dikoleksi.
Saham-saham blue chip, saham-saham high dividend, saham-saham yang sektornya sedang bagus, biasanya adalah saham-saham yang bagus untuk dikoleksi menjelang window dressing. Selalu pilih saham yang kinerja fundamentalnya bagus.
Apalagi saham-saham high dividend, akan relatif lebih menarik, karena di kuartal 1 tahun depan, investor akan mendapatkan dividen besar, sehingga jika harga sahamnya masih terkoreksi, anda bisa membelinya dengan memanfaatkan momentum window dressing tersebut.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.