Kalau anda mengamati pergerakan harga saham dan membandingkan dengan kinerja fundamental perusahaan, pergerakan harga saham seringkali bergerak tidak rasional. Mengapa demikian?
Karena seringkali kita menemukan perusahaan dengan kinerja fundamental bagus, tetapi harga sahamnya malah turun. Sebaliknya, banyak perusahaan yang kinerjanya jelek, tetapi harga sahamnya naik tinggi.
Ini menunjukkan bahwa pasar saham itu seringkali bergerak tidak rasional. Saham-saham dengan kinerja bagus dan valuasi murah harganya turun dan saham-saham yang harganya sangat mahal secara valuasi harganya naik.
Ada banyak contoh yang terjadi di Bursa saham. Anda bisa lihat saham-saham seperti BREN, BRPT yang harganya sempat naik terus karena "digoreng" bandar, padahal kinerjanya tidak terlalu fantastis dan valuasinya sangat mahal.
Atau sebaliknya. Saham dengan fundamental bagus seperti ASII harganya turun tajam (walaupun valuasinya sudah relatif murah) hanya karena kepanikan hadirnya mobil BYD, dan masalah kerangka ESAF.
Banyak juga kita temukan saham dengan fundamental bagus yang laba bersihnya turun hanya karena menderita kerugian selisih kurs, namun operasionalnya tetap naik. Tetapi harga sahamnya terus turun drastis.
Jadi, pergerakan harga di pasar saham (khususnya dalam jangka pendek) bukan hanya ditentukan dari fundamental dan teknikal, tetapi PSIKOLOGIS dan PERASAAN manusia akan sangat menentukan pelaku pasar dalam mengambil keputusan.
Seringkali perasaan ini berlebihan, sehingga reaksi pasar juga berlebihan. Sebagai contoh, belum lama ini, saham ASII mengalami penurunan tajam dari harga 6.800 sampai 4.800-an.
Penurunan saham ASII ini dikarenakan adanya beberapa sentimen negatif: Masuknya mobil listrik BYD yang dikhawatirkan akan menggerus pangsa pasar Astra, kasus kerangka ESAF dan kekhawatiran market akan penurunan kinerja ASII di masa mendatang.
Sehingga walaupun valuasi ASII saat itu sudah murah, tetapi tetap saja sahamnya terus mengalami penurunan:
Kepanikan market ini membuat seolah-olah Astra sudah tidak ada prospeknya lagi. Padahal dengan risiko munculnya kompetitor baru, tentu saja manajemen (apalagi perusahaan segede Astra) pasti tidak akan tinggal diam.
Dan naik turunnya bisnis itu wajar. ASII masih tetap membukukan pertumbuhan laba bersih. Di saat yang bersamaan, justru banyak saham gorengan seperti BREN yang harganya naik tinggi.
Seperti saya tuliskan diatas, kepanikan market yang berlebihan menunjukkan bahwa pergerakan harga saham dalam jangka pendek sangat dipengaruhi oleh emosi dan psikologis investor.
Ada yang namanya fear, panik, euforia. Inilah yang menjelaskan kenapa banyak saham yang harganya sering direspon secara berlebihan. Walaupun faktanya tidak seburuk itu.
Namun suka tidak suka itulah yang terjadi. Logika yang kita gunakan dalam analisa saham, seringkali meleset karena adanya reaksi berlebihan terhadap suatu peristiwa.
Contoh lainnya, anda bisa perhatikan saham-saham properti seperti SMRA, PWON yang kinerjanya bagus dan punya recurring income besar, namun harganya terus turun hanya karena sentimen suku bunga.
Padahal kinerja saham-saham properti tidak hanya ditentukan dari suku bunga. Apalagi seperti PWON yang memiliki porsi recurring income besar. Akan tetapi, suka tidak suka market seringkali memberikan respon yang berlebihan terhadap suatu peristiwa, yang tercermin dari harga sahamnya.
PWON. Saham dengan fundamental bagus, recurring income besar, tetapi harganya turun terus hanya karena sentimen suku bunga |
STRATEGI BELI SAHAM SUPAYA PROFIT
Saya sering mendengar pendapat bahwa investasi / trading saham sekarang lebih sulit untuk mencetak profit dibandingkan 8-10 tahun yang lalu. Saya pribadi tidak menyangkal hal ini.
Apalagi sejak munculnya saham-saham IPO yang jelek, hal ini mempengaruhi persepsi pasar bahwa market Indonesia kurang bersahabat, sehingga tidak heran kalau banyak saham berfundamental bagus harganya ikut turun karena banyak dijual.
Di sisi lain, seperti saya tuliskan diatas, bahwa pelaku pasar pada umumnya selalu bereaksi secara berlebihan terhadap suatu peristiwa di market.
Reaksi tersebut tercermin dalam bentuk FOMO (jika sentimen sahamnya bagus), dan fear / takut berlebihan (jika sentimen sahamnya jelek).
Maka dari itu, untuk mengatasi kondisi di mana saham yang bagus harganya turun, dan saham-saham jelek harganya malah naik, sehingga anda bisa tetap profit di market, maka ada beberapa strategi yang bisa anda terapkan:
1. Fokus pada FUNDAMENTAL, bukan HARGA JANGKA PENDEK
Perusahaan yang kinerjanya bagus, harganya akan naik dalam jangka panjang. Dalam jangka pendek, harga saham dipengaruhi oleh psikologis (sikap fear dan / atau fomo), grafik, harga harian. Namun dalam jangka panjang, harga saham akan kembali ke nilai fundamentalnya.
Jadi kalau anda melihat kondisi market seperti saat ini di mana banyak saham bagus harganya justru turun dan juga kondisi sebaliknya, maka sebaiknya anda harus tetap fokus pada fundamental.
Tujuannya supaya anda tidak terjebak dalam arus psikologi pasar yaitu FOMO dan fear alias membeli atau menjual saham hanya berdasarkan sentimen sesaat.
Jika anda membeli saham dan fokus ke fundamental, maka saat anda membeli saham dan harganya turun terus karena sikap market yang berlebihan terhadap suatu berita, tidak perlu anda takutkan.
Anda tidak perlu cut loss saham anda, karena anda punya keyakinan berdasarkan analisa-analisa fundamental, bahwa saham yang anda beli adalah perusahaan bagus, di mana ketika kinerja dan market pulih, saham bagus yang sudah undervalued biasanya akan manggung duluan.
2. Untuk trader saham, bisa pertimbangkan diversifikasi strategi
Lalu bagaimana untuk trader jangka pendek? Yap, anda bisa pertimbangkan untuk melakukan diversifikasi strategi. Misalnya, 50% trading dan 50% swing / positioning trading.
Hal ini bertujuan supaya anda tidak hanya terpaku pada 100% short term trading, karena kalau anda hanya terpaku pada trading jangka pendek, kemungkinan besar anda akan cepat cut loss ketika harga saham yang anda beli turun, padahal bisa jadi itu hanya pergerakan jangka pendek.
Sedangkan sahamnya memiliki fundamental bagus dengan harga murah. Mengingat kondisi market saat ini yang agak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, di mana banyak saham bagus malah turun dan sebaliknya, maka mempertimbangkan diversifikasi strategi adalah salah satu opsi untuk meminimalkan cut loss, dengan menyimpan saham-saham yang bagus dan murah.
Melihat banyaknya saham bagus yang sedang turun karena reaksi market yang berlebihan, semoga kita semua bisa mengambil pelajaran penting, dan menyusun strategi portofolio saham untuk mendapatkan profit lebih maksimal. Salam profit.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.